3 Bulan Turun Drastis, Startup Pantang Menyerah

author surabayapagi.com

- Pewarta

Selasa, 16 Jun 2020 22:12 WIB

3 Bulan Turun Drastis, Startup Pantang Menyerah

i

Anas Pandu Gunawan, founder Mumtaz Kitchen, harus akrobat membawa bisnis kulinernya di tengah pandemi Covid-19 ini. Meski omzet menurun drastis, Pandu tetap lakukan beragam cara, bahkan menjadi mitra salah satu merek Pempek.

 

 

Baca Juga: Jelang Tahun Politik, Mendag Zulhas Minta Pengusaha Tetap Tenang

 

Kali ini harian kita mengangkat perjuangan anak-anak muda Surabaya, berbisnis saat pandemi covid-19. Ada pebisnis startup, ada korban PHK dan ada pasangan suami-istri usia muda yang tak menyerah saat bencana global. Harian kita mengangkat topik wirausaha muda Surabaya untuk mengajak warga kota usia milenial tak cuma andalkan jadi karyawan. Apalagi kini banyak perusahaan merumahkan dan PHK karyawan. Tim Wartawan Surabaya Pagi mengangkat liputan khusus ini dalam tiga angle yaitu uletnya pebisnis kuliner online dan tak menyerahnya para korban PHK. Laporan tim wartawan Surabaya Pagi yang terdiri Raditya Mohammar Khadaffi, Aditya Putra, Byta Indrawati, Septyan Ardiyanto dan Patrick Cahyo disertai pendapat pengusaha muda Kadin Surabaya Ali Afandi dan HIPMI Jatim, Satria Wicaksono.

 

SURABAYA PAGI, Surabaya – Tak semua Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) menyerah di tengah pandemi corona (Covid-19). Sebagian dari mereka menerapkan strategi khusus hingga menciptakan tren baru di bisnis kuliner, salah satunya memanfaatkan teknologi digital. Ini strategi pebisnis muda saat pandemi corona. Ada yang “akrobat” bertahan hidup. Termasuk marketing menggunakan media sosial, layanan Go-Food dan Grab Food hingga manfaatkan broadcast message di pesan singkat WhatsApp. Mereka memanfaatkan teknologi itu untuk tetap survive, meskipun omzet dalam tiga bulan selama pandemi, sejak Maret 2020, menurun drastis.

Hal itu diungkapkan beberapa pebisnis startup di bidang kuliner seperti Wahyu Darmawan dan Rini Kusuma, pemilik Kedai Ketan Punel kemudian, Anas Pandu Gunawan salah satu pengusaha startup kuliner Mumtaz Kitchen, pengusaha startup Pendidikan Think Indonesia Cici Esti Nalurani, pengurus Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) Jatim Satria Wicaksono, dan Ketua Kamar Dagang Indonesia (Kadin) Surabaya Andi Ali Affandi yang dihubungi dan ditemui Surabaya Pagi, secara terpisah Selasa (16/6/2020) kemarin.

Beberapa pengusaha startup tersebut, dalam tiga bulan terakhir, atau selama pandemi Covid-19 masuk ke Indonesia, terpaksa harus memutar strateginya agar bisa menjalankan bisnisnya yang dirintis dari awal.

 

Omzet Terjun Bebas

Seperti dialami oleh seorang mantan wartawan salah satu media online, Anas Pandu Gunawan. Pandu, yang dalam empat tahun terakhir, memberanikan diri terjun di bisnis startup bidang kuliner, mengaku, dalam tiga bulan terakhir, usaha kulinernya terjun bebas.

"Jika di total dari bisnis-bisnis yang saya lakukan, dari rental mobil hingga Mumtaz kitchen itu sekitar 40 juta rupiah per bulan. Di beberapa bulan terakhir hanya sekitar 8-10 juta saja," jelasnya.

Namun dirinya juga mengatakan sebagai seorang pengusaha tetap harus survive di situasi apapun. Dirinya juga melakukan "akrobat" dengan cara berdagang cabai, distributor frozen food, hingga menjadi mitra pempek farina.

"Bisnis itu bukan masalah bisa atau tidak, tapi mau atau tidak mau. Itu lah kuncinya survive ditengah pandemi Covid-19 seperti ini. Jangan gengsi dan jangan menyerah,"

 

Tak Pikirkan Untung Rugi

Anas juga tidak memikirkan untung rugi ditengah pandemi ini, dirinya hanya memikirkan bagaimana menggaji karyawan yang sudah loyal kepadanya. "Saya mendengar mereka bilang mau digaji berapapun nilainya saja sudah terharu dan mau menangis, maka dari itu saya juga akan berusaha semampu saya agar bisa menggaji mereka yang sangat loyal kepada saya," pungkasnya.

Pandu sendiri menceritakan ditengah pandemi Covid-19 ini tidak ada apa-apanya bila mengingat awal mulai bisnisnya. Sejak awal 2015, dirinya memulai dengan bisnis kuliner wingko. Dia memulainya dari nol dan sendirian dan dialami jatuh bangun. Hingga akhirnya dirinya mampu untuk menggaji asisten untuk produksi dan ia hanya fokus untuk pemasarannya saja. Hingga akhirnya dirinya mendirikan Mumtaz Kitchen di akhir tahun 2017. Yaitu konsep bisnis kuliner berbagai macam menu nasi kotak yang dapat digunakan untuk berbagai macam acara. "Pokoknya bondo nekat aja mas. Sekarang kan era digital juga, jadi tidak perlu takut untuk berbisnis. Semua ada di Google dan Youtube. Saya juga memasarkannya lewat WhatsApp dan Facebook. Meskipun ada juga yang dari mulut ke mulut, tapi kebanyakan dapat customer dari online," ujar Anas saat menjelaskan tentang awal mula bisnisnya kepada Surabaya Pagi, Selasa (16/6/2020).

 

Baca Juga: Dokter Paru Mereaksi Jokowi Soal Endemi

Sepi Kena Dampak PSBB

Bila Pandu memulai awal startup dari kuliner online, berbeda bagi pemilik Kedai Ketan Punel Wahyu Darmawan dan Rini Kusuma. Sejak adanya pandemi Covid-19 dan pelaksanaan pembatasan sosial berskala besar (PSBB), Kedai Ketan Punel miliknya terpaksa harus tutup dan omzet serta pelanggan yang datang kedainya, di Jalan Raya Darmo dan Jalan Tunjungan harus turun drastis bahkan cenderung sepi.

“Itupun sudah terasa sekali kalau pelanggan kami berkurang. Kedai kami tidak seperti biasanya yang ramai dikunjungi pembeli, apalagi pas malam Minggu” ujar Wahyu Darmawan, pemilik Kedai Ketan Punel saat diwawancarai Surabaya pagi, Selasa (16/6/2020).

Lanjut Wahyu, lama kelamaan pembeli makin sedikit yang datang ke Kedai Ketan Punel. Ditambah adanya kebijakan penutupan dua jalan protokol di Surabaya, Jalan Raya Darmo dan Jalan Tunjungan, membuat Wahyu terpaksa menutup kedainya.

“Mau gimana lagi, kita taat pada aturan yang diberlakukan. Imbasnya pegawai kita rumahkan karena kami tidak bisa buka warung,” tandas bapak dua anak ini.

 

Ketan Punel WFH

Lantas, upaya apa yang dilakukan agar tetap bisa berpenghasilan di tengah pandemi Corona? Pria asal Kota Brem Madiun ini memilih untuk ‘memindahkan’ tempat jualannya ke rumah dengan melayani penjualan via online.

“Ya istilahnya ketan punel WFH (Work from Home), jualan dari rumah gitu. Melayani pembelian dan order pembeli via online. Alhamdulillah respons dari pelanggan kami cukup baik,” terang mantan jurnalis media cetak di Surabaya itu.

Upaya ini dilakukan Wahyu yang sudah enam tahun berjualan ketan punel, semata-mata agar dapurnya tetap mengebul. Belum lagi tanggung jawabnya terhadap sembilan pegawai yang untuk sementara dirumahkan.

Baca Juga: Kadin Jatim Dorong Pengusaha Sediakan Pelatih Khusus Anak Magang

 

Delivery Order 24 Jam

“Akhirnya saya dan istri sepakat untuk berjualan ketan dari rumah. Delivery order 24 jam nonstop. Ini terobosan yang kami lakukan, agar para pelanggan yang kangen ketan punel bisa beli kapan pun. Bisa pagi, siang, bahkan malam sekalipun,” katanya.

“Kan kalau di kedai kami baru buka sore hari. Sekarang kalau dari rumah, permintaan jam berapa pun kami layani. Silakan anda di rumah, ketan punel yang akan mendatangi anda,” ucap Wahyu sambil berpromosi.

 

Pesanan Online Meningkat

Soal menu pemesanan, tambah Wahyu, rata-rata toping yang dipesan pembeli adalah toping yang selama ini menjadi best seller di Kedai Ketan Punel. Yakni ketan bubuk kedelai, ketan durian dan cokelat keju. Namun ada juga pembeli yang order ketan serundeng pedas, ketan rainbow, ketan keju susu dan ketan alpokat.

“Sampai saat ini pembelian terbanyak via online ada yang pesan hingga 125 bungkus untuk satu pembeli. Ada juga yang pesan 40 bungkus, 20 bungkus. Ada juga yang hanya beli 5 bungkus,” katanya.

“Bahkan ada pembeli yang ongkir driver online-nya lebih mahal dari harga ketannya. Biasanya yang seperti itu adalah pelanggan setia kami,” papar pria 46 tahun tersebut. adt/byt/tyn/pat/rm

Editor : Aril Darullah

BERITA TERBARU