7 Fakta Ekonomi Ini Bakal Membuatmu Tidak Bisa Tidur!

author surabayapagi.com

- Pewarta

Minggu, 14 Jul 2019 12:33 WIB

7 Fakta Ekonomi Ini Bakal Membuatmu Tidak Bisa Tidur!

SURABAYAPAGI.com - Seperti yang sudah diketahui bersama, definisi ekonomi adalah salah satu cabang ilmu sosial yang mempelajari perilaku manusia dalam hubungannya dengan faktor produksi, distribusi dan konsumsi terhadap barang dan jasa. Salah satu hukum ekonomi yang paling populer adalah,"semakin tinggi permintaan, maka semakin tinggi pula penawaran." Hukum ini biasa disebut dengan hukumdemand and supply. Untuk sementara, semuanya tentang ekonomi tampak logis. Namun demikian, rupanya terdapat beberapa hal-hal yang justru aneh dalam ekonomi. Suatu produk yang nilainya mesti lebih mahal karena faktor kebutuhan, justru terdapat produk-produk yang jauh lebih mahal padahal tidak terlalu dibutuhkan. Selain itu, terdapat beberapa fakta tentang ekonomi lainnya yang bakal membuatmu geleng-geleng kepala. 1. Paradoks Nilai (Paradox of Value) **foto** Seperti yang sudah disebutkan sebelum ini, produk yang benar-benar dibutuhkan tetapi harganya murah adalah air bersih. Di sisi lain, produk yang tidak dibutuhkan malah mahal, dalam hal ini adalah berlian. Pakar ekonomi menyebut fenomena ini denganDiamond-Water Paradox alias Paradoks Berlian-Air. Siapa yang tidak tahu kalau air itu bermanfaat? Bahkan, tanpa air manusia bisa meregang nyawa. Dengan kalimat lain, air adalah penting bagi kelangsungan hidup manusia. Lalu mengapa berlian bisa lebih mahal, padahal tanpa berlian, manusia bisa hidup? Argumen para produsen berlian adalah, berlian lebih langka daripada air. Dengan begitu, permintaan (demand) menjadi lebih tinggi daripada pasokan (supply) yang berarti harga akan naik. Namun, pertimbangkan terdapat fakta bahwa kurang dari 1% air bumi dapat diminum. Juga pertimbangkan fakta bahwa akses ke air bersih adalah salah satu masalah paling mendesak di dunia. Setiap tahun dua juta orang meninggal dan setengah miliar menjadi sakit karena kekurangan air bersih. Penjelasan terhadap paradoks ini terdapat padaTeori Nilai Subyektif (Subjective Theory of Value). Teori tersebut menyebutkan, sebuah nilai didasarkan pada keinginan(wants) dan kebutuhan (needs) masyarakat, sebagai lawan dari nilai yang melekat pada suatu objek. Contohnya, di negara yang melimpah air bersih, maka hal itu dianggap sebagai hak. Oleh sebab itu mereka tidak perlu membayar air. Hal itu membuat mereka menggunakan uangnya untuk membeli berlian, yang tidak tidak mengucur otomatis dari keran mereka. Sebaliknya di negara-negara berkembang, bakal memberikan nilai lebih tinggi pada air bersih. Pasalnya, jumlah maupun akses ke air bersih sangat minim. 2. Postulat KhazzoomBrookes **foto** Postulat Khazzoom-Brookes ini dipopulerkan oleh dua ekonom kesohor dunia Daniel Khazzoom dan Leonard Brookes. Mereka berdua mengkritisi bagaimana upaya-upaya efisiensi energi justru meningkatkan konsumsi energi. Lho, kok bisa? Menurut Khazzoom-Brookes, peningkatan efisiensi energi, secara paradoks, cenderung mengarah pada perilaku peningkatan konsumsi energi oleh pemakainya. Dan ramalan merea terbukti benar pada tahun 1990-an. Jadi bagaimana mungkin? Wikipedia menjelaskan Postulat Khazzoom-Brookes dengan sangat jelas,Peningkatan efisiensi energi dapat meningkatkan konsumsi energi dengan tiga cara. Pertama, peningkatan efisiensi energi membuat penggunaan energi relatif lebih murah, sehingga mendorong peningkatan penggunaan. Kedua, peningkatan efisiensi energi mengarah pada peningkatan pertumbuhan ekonomi. Akibatnya, hal ini juga mendorong penggunaan energi di seluruh perekonomian. Ketiga, peningkatan efisiensi energi di salah satu sumber daya bottleneck yang mana saja, bisa meningkatkan penggunaan semua teknologi, produk, dan layanan pendamping yang sedang dikendalikan olehnya. Dengan begitu, efisiensi energi adalah isapan jempol belaka? 3. Efek Lipstik (Lipstick Effect) **foto** Ekonomi memiliki banyak kategori untuk "barang" (goods). "Barang Mewah" (luxury goods) adalah barang-barang yang orang beli lebih banyak saat pendapatan mereka naik. Hal ini berlawanan dengan "Barang Kebutuhan" (necessity goods) seperti makanan dan tempat tinggal yang permintaannya tidak terkait dengan pendapatan. Contoh barang mewah adalah perhiasan, mobil sport mahal dan pakaian desainer. Nah, Efek Lipstik (Lipstic Effect) adalah teori yang menyebutkan, selama bencana ekonomi, orang membeli barang-barang mewah yang lebih murah. Alih-alih membeli mantel bulu, orang akan membeli lipstik mahal. Idenya adalah, bahwa orang-orang yang membeli barang-barang mewah bahkan selama kesulitan ekonomi, mereka hanya akan memilih barang-barang yang kurang berdampak pada keuangan mereka. Barang mewah lain yang lebih murah selain kosmetik adalah gadget. Fakta Menarik: Setelah serangan teroris 9/11 di Amerika, penjualan lipstik naik dua kali lipat. 4. Tragedi Milik Bersama (Tragedy of the Commons) **foto** Tragedi milik bersama adalah situasi ketika banyak individu, yang bertindak secara independen dalam menghabiskan sumber daya bersama. Contoh terbaik dalam kasus ini adalah nelayan. Di dunia ini, tidak ada yang mempunyai hak kepemilikan atas populasi ikan di bumi. Soalnya, ikan adalah sumber daya bersama. Siapa pun boleh menangkap ikan. Ikan sendiri adalah sumber makanan yang baik bagi orang-orang di seluruh dunia. Permintaan akan ikan pun terus meningkat. Akibatnya, ada banyak nelayan yang bersaing untuk mendapatkan ikan. Setiap nelayan akan mencoba untuk menangkap ikan sebanyak mungkin untuk memaksimalkan keuntungannya. Namun, sejatinya kepentingan terbaik para nelayan ini adalah mempertahankan populasi ikan. Dengan begitu, masih ada banyak ikan untuk ditangkap dalam masa mendatang. Jika setiap nelayan di dunia peduli dengan keberlanjutan (sustain), dan jika mereka tidak ingin mencari pekerjaan baru dalam waktu dekat, secara teoritis para nelayan akan turut bekerjasama demi melestarikan populasi ikan. Namun di sinilah masalahnya. Tidak ada kepercayaan! Contoh, seorang nelayan yang menangkap ikan secara bertanggung jawab dan membatasi jumlah yang dia tangkap, maka pendapatannya akan kacau jika nelayan lainnya tidak bertindak serupa dirinya. Jelasnya, nelayan lain bakal mendapatkan lebih banyak ikan daripada dirinya, menghasilkan lebih banyak keuntungan, dan pada akhirnya akan mengurangi populasi ikan. Jadi, setiap nelayan percaya, bahwa nelayan lain akan mengambil lebih banyak ikan dari bagian berkelanjutan yang telah mereka niatkan. Pada akhirnya, para nelayan akan menangkap ikan sebanyak yang dia bisa. Ujungnya, persediaan ikan dunia akan habis, meskipun tidak ada satu pun manusia di muka bumi yang menginginkannya. 5. Tragedi AntiCommons **foto** Berlawanan dengan tragedi milik bersama yang disebutkan di atas, tragedi ini adalah situasi di mana terlalu banyak pemilik tidak mendukung pencapaian hasil tertentu, yang diinginkan secara sosial. Contohnya adalah hak paten. Jika suatu produk memerlukan banyak komponen atau teknik yang dipatenkan oleh orang atau perusahaan yang berbeda, maka hal itu akan menjadi sulit terwujud. Pasalnya, untuk mewujudkannya, bisa memakan waktu dan biaya yang sangat mahal untuk bernegosiasi dengan semua pemilik. Pada akhirnya, produk tersebut tidak jadi diproduksi. Ini bisa menjadi kerugian besar jika produk tersebut sangat diminati atau akan memiliki manfaat sosial yang nyata. Semua orang kehilangan dalam situasi ini. Contohnya adalah pemegang paten, calon produsen dan konsumen yang akan membeli produk. Fakta menarik: Satu microchip berisi hingga 5.000 paten berbeda. Tidak ada yang dapat membuat microchip kecuali setiap pemegang paten tunggal setuju untuk melisensikan paten mereka. 6. Insentif yang Jahat (Perverse Incentive) **foto** Insentif jahat adalah insentif yang menimbulkan efek tidak diinginkan sekaligus berlawanan dengan tujuan awal. Sebuah contoh historis yang dengan tepat menggambarkan hal ini. Ahli paleontologi abad ke-19 yang berada di Tiongkok, biasa membayar petani untuk setip potongan tulang dinosaurus yang mereka berikan. Lama kemudian, baru diketahui kalau para petani sejatinya menemukan tulang dalam keadaan utuh, lalu menghancurkannya supaya menjadi banyak. Tujuannya, tentu saja untuk mendapat lebih banyak pembayaran. Apa yang dilakukan oleh para petani tersebut secara signifikan jelas telah mengurangi nilai ilmiah pada sebuah benda peninggalan sejarah. Nah, contoh yang lebih modern adalah membayar arsitek dan insinyur secara terpisah. Hal ini bisa membuat biaya proyek menjadi terlalu mahal karena pembangun mengeluarkan uang yang tidak perlu untuk menghasilkan uang. 7. Efek Ular Kobra (Cobra Effect) **foto** Efek ular kobra ini adalah ketika solusi untuk memecahkan masalah sebenarnya, malah membuat masalah menjadi lebih buruk. Istilah Cobra Effect sendiri berasal dari kolonial India. Dahulu, Pemerintah Inggris berniat mengurangi populasi ular kobra berbisa, sehingga mereka menawarkan hadiah untuk setiap ular yang mati. Namun, orang India mulai mengembangbiakkan ular kobra untuk mendapatkan penghasilan. Ketika Pemerintah Inggris menyadari apa yang sedang terjadi, hadiah itu dibatalkan dan para peternak ular lantas membebaskan ular-ular itu. Akibatnya ular-ular kobra itu berlipat ganda dan meningkatkan populasi kobra. Istilah Efek Ular Kobra ini sekarang lazim digunakan untuk menggambarkan asal-usul stimulasi yang salah dalam politik dan kebijakan ekonomi. Sayangnya, beberapa krisis yang dihadapi dunia kita adalah hasil dari upaya jujur untuk menyelesaikan masalah. Itulah tujuh fakta ekonomi yang aneh dari seluruh penjuru dunia. Jangan terlalu dipikirkan, nanti malah tidak bisa tidur!

Editor : Redaksi

Tag :

BERITA TERBARU