Home / Pilpres 2019 : Analisis Pakar Politik Surabaya

Aksi 22 Mei, Diduga Ditunggangi ISIS

author surabayapagi.com

- Pewarta

Rabu, 22 Mei 2019 22:47 WIB

Aksi 22 Mei, Diduga Ditunggangi ISIS

Laporan: Rangga Putra (Wartawan Surabaya Pagi) Pengamat politik asal Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisip) Universitas Airlangga Surabaya Suko Widodo menilai, aksi 22 Mei 2019 tidak sama dan tidak akan menjadi aksi Mei 1998. Pasalnya, lawan rakyat ketika tahun reformasi 98 itu adalah sama, yaitu presiden yang telah berkuasa dengan sangat lama. Berbeda dengan aksi Mei 2019 yang datang dari pihak peserta pilpres yang kalah. Selain itu, konsetrasi aksi Mei 2019 hanya berpusat di Jakarta saja, sementara aksi Mei 1998 meluas hingga ke seluruh penjuru nusantara. "Saya kira tidak (akan seperti 1998)," cetus Suko, "soalnya dulu lawannya sama, sekarang kan tidak demikian." Walau kedua aksi baik 1998 maupun 2019 sama-sama jatuh korban jiwa, menurut Suko kerusuhan kali ini harus ditelusuri dengan lebih cermat apakah benar peluru tajam itu melesat dari senjata polisi atau tidak. Selain itu, polisi juga punya kemampuan untuk melacak sumber kerusuhan dengan komunikasi forensik. "Polisi bisa melakukan uji balistik dan komunikasi forensik untuk menentukan siapa di balik kerusuhan itu," papar Suko. Pria yang juga menjabat sebagai ketua Pusat Informasi dan Humas Unair ini menilai, dalam situasi politik yang semakin panas ini, sulit untuk menentukan apakah suatu gerakan massa itu murni atau ditunggangi. Apalagi, ada yang menyebut kerusuhan di Jalan Petamburan, Tanah Abang, Jakarta pada Rabu dini hari tersebut adalah by design untuk semakin menyudutkan capres 02 Prabowo Subianto. "Sulit untuk menentukan. Bisa jadi kedua belah pihak saling menunggangi," tukas Suko Widodo. Ditunggangi ISIS Sementara itu, pengamat politik asal Universitas Islam Negeri Sunan Ampel (Uinsa) Surabaya Dr Abdul Chalik menyebut aksi massa yang berujung korban jiwa berpotensi kuat disusupi kelompok-kelompok yang terpinggirkan karena tidak puas dengan pemerintah. Bahkan, kelompok ISIS dia tuding sebagai dalang di balik jatuhnya korban jiwa. Diduga ditunggangi kelompok ISIS dalang kericuhan aksi ini, tegas Dr. Abdul Chalik. Sementara di sisi lain, polisi menyebut kerusuhan yang terjadi adalah by design alias direncanakan. Soalnya, polisi menemukan satu unit mobil ambulans berlogo parpol tertentu yang mengangkut tumpukan batu. Artinya, kerusuhan bukanlah spontanitas, melainkan sudah direncanakan sebelumnya. "Kerusuhan itu bisa saja terjadi karena pihak-pihak yang tidak puas dengan hasil pemilu," papar Chalik. "Tapi di sisi lain, kelompok yang antipemerintah boleh jadi menyusupi aksi itu." Untuk digarisbawahi, pihak kepolisian sendiri sebelumnya telah menegaskan, sesuai standar operasional prosedur (SOP), mereka tidak akan menggunakan peluru tajam untuk mengamankan unjuk rasa. Sementara, para korban jiwa maupun korban luka-luka, justru diketahui tertembus timah panas. Menurut pendiri Sunan Giri Foundation ini, kerusuhan yang terjadi di Jalan Petamburan, Tanah Abang, Jakarta ini sejatinya tidak terlepas dari rangkaian peristiwa-peristiwa sebelumnya, seperti penangkapan polisi terhadap puluhan terduga teroris jelang aksi 22 Mei ini. "Yang dikhawatirkan pemerintah itu kan aksi yang ditunggangi kelompok-kelompok tertentu." sebut Abdul Chalik. "Anggota ISIS berpotensi kuat menyusupi aksi massa." Walau demikian, sambung Chalik, secara umum situasi nasional relatif aman. Pasalnya, tidak seperti peristiwa Mei 1998, peristiwa Mei 2019 tidak meluas sampai ke daerah-daerah. "Sejauh ini masih aman," tutur Chalik, "Tapi kalau sudah merambah ke daerah-daerah seperti 98, itu baru legitimasi pemerintah dipertanyakan."

Editor : Redaksi

Tag :

BERITA TERBARU