SURABAYAPAGI.COM, Surabaya - Bahwa ada kondisi-kondisi khusus yang membuat model atau pola pergerakan sosial di masyarakat termasuk aksi unjuk rasa tersebut, terjadi seperti melibatkan banyak anak muda.
Itu juga ada sedikit banyak pengaruhnya, seperti situasi pandemi kejenuhan orang berupa mungkin itu menjadi sarana katarsis lalu itu tersalurkan semua dan itu kelihatan dari banyak peserta unjuk rasa yang sekedar ikut-ikutan daripada yang memahami dengan benar isi UU cipta kerja.
Baca Juga: Aktivis Praja Sumenep Demo Soroti Peredaran Minol
Tindak anarkis yang dilakukan oleh para pelajar, memiliki karakteristik kerumunan.
Godaan untuk berbuat anarkis atau terjerumus menjadi gerakan anarskis memang sangat besar.
Baca Juga: APMP Jatim Gelar Aksi di Kantor KPU Bangkalan
Kerumunan itu tergantung siapa yang memulai, sebab modelnya imitatif. Satu memulai melempar batu maka semuanya ikut. Karena siatuasinya orang kan merasa bisa bersembunyi dari identitas sosialnya.
Dengan adanya kerumunan tersebut, maka tidak dikenal secara individu dan menjadi bagian dari kelompok kerumunan tersebut.
Baca Juga: Demo Tuntut KPK Putuskan Status Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor
Makanya tergantung koordinator lapangannya itu kah mereka bisa mencegah disusupi kelompok yang memang tujuannya menginginkan anarkisme. Ini implementasi dari sub kultur anak muda marjinal yang cenderung resisten dan menemukan medianya. Jadi ada aksi unjuk rasa, mereka seperti menemukan wadah yang makin mendorong mereka untuk melakukan itu. Mereka menemukan momentumnya. byt
Editor : Moch Ilham