Home / Pilpres 2019 : Catatan Akal Sehat Demokrasi Indonesia Pilpres 201

Andi Arief, Dikaitkan Hoax, Logis

author surabayapagi.com

- Pewarta

Minggu, 06 Jan 2019 21:03 WIB

Andi Arief, Dikaitkan Hoax, Logis

Baru untuk pertama kalinya dalam pemilihan presiden 2019, ada penggabungan dengan pemilihan para anggota legislatif dan senat (DPD). Pemilihan ini dilakukan serentak pada tanggal 17 April 2019. Akhir Desember 2018 lalu, surat terbuka saya ke Capres Jokowi dan Prabowo, saya sudahi. Kini saya menulis lebih menggunakan akal sehat. Tulisan akal sehat saya yang jurnalis ini berbeda dengan pengamat politik. Sejauh ini, pengamat politik adalah tokoh krusial dalam menentukan cara pandang atas nama publik terhadap situasi yang sedang terjadi dalam kampanye Pilpres 2019. Tulisan berakal sehat saya ini untuk membedakan peristiwa yang baik dan yang benar, berpikir logis dan bukan sekedar klaim retoris. Tujuan saya menulis yang berakal sehat ini untuk memberikan pencerahan agar kita sebagai anak bangsa tidak gampang dikibuli, ditipu dan diakali oleh pengamat politik yang kadang menulis sesuai pesanan. Tulisan akal sehat saya ini mencangkok dari konsep reportase interpretasi dan reportase mendalam yang berusaha komprehensif. Saya yang sejak muda berusaha menempatkan sosok wartawan yang berpikir dan merasa, bersikap rasional sekaligus sensitif. Catatan akal sehat saya ini semata berdedikasi kepada dunia obyektif di luar sana dan kepada dunia subyektif di dalam sini (kebenaran), dimana saya yang pembelajar menerapkan cara kerja bebas dan independen memotret fakta yang disertai pertimbangan atas akal sehat, kepekaan serta komitmen pada kebenaran dan keadilan. Cara saya ini tak ubahnya seperti orang hidup dalam makna yaitu hidup di atas validitas yang mendekati lengkap, ada validitas akal sehat, estetis, etik dan religious serta dari berbagai referensi yang biasa dilakukan orang-orang pembelajar. Andi Arief, yang kini jadi sorotan karena cuitannya, bukan seorang guru, dosen, wartawan atau tukang cukur. Dia sekarang memiliki jabatan Wakil Sekjen Partai Demokrat (PD). Pernah juga menjadi Staf Khusus Presiden SBY, bidang Bantuan Sosial dan Bencana Alam. Aktivis mahasiswa UGM Joga ini, dulu termasuk korban penculikan. Andi diculik di Lampung, 28 Maret 1998. Teman-temannya seangkatan seperti Desmond J. Mahesa (kini Komisi III DPR-RI dari Partai Gerindra) mengenalnya sebagai salah satu aktivis mahasiswa yang aktif berdemonstrasi. Saat 1998, peralihan rezim Orde Baru ke Orde Reformasi. Saat itu, Andi Arief, merupakan Ketua Senat Mahasiswa Fisip UGM 1993-1994 dan Pemimpin Umum Majalah Mahasiswa Fisipol 1994-1995. Bagi politisi sekelas Andi Arief, ia tahu perbedaan politisi 1945 dan sekarang. Saat itu, menurut sejarah, politisi itu bernegara. Tetapi sekarang politisi acapkali disebut negarawan politisi. Andi Arief saya kira tahu perbedaan bernegara politisi dulu dan sekarang. Dulu, politisi umumnya menghormati rakyat. Mengingat, politisi pada umumnya sadar bahwa mereka wakil rakyat. Tapi sekarang rakyat harus hormati Politisi. Bahkan dulu negarawan memperjuangkan nasib rakyat, bangsa dan Negara. Sekarang politisi ada yang memanfaatkan nasib rakyat, bangsa dan negara untuk kepentingan mereka pribadi bahkan ada politisi yang memiliki sifat, tidak lebih dari penjajah, yaitu memecah belah (devide et impera). *** Sejak minggu yang lalu, Andi Arief dianggap telah ikut menyebar isu hoaxadanya tujuh kontainer surat suarayang telah dicoblos untuk kemenangan capres tertentu. Dan atas tweet-nya soal 7 kontainer surat suara, Andi Ariefdipolisikan Tim Kampanye Nasional (TKN) Joko Widodo-Maruf Amin ke Bareskrim Polri. Andi diduga menyebar berita bohong soal isu adanya tujuh kontainer yang membawa surat suara tercoblos pada Kamis 3 Januari 2019. TKN menilai cuitan Andi seperti menuduh pasangan Jokowi-Maruf. Laporan atas Andi Arief tercatat nomor LP/B/0013/I/2019/BARESKRIM tanggal 3 Januari 2019. Politisi PD ini dilaporkan atas dugaan kejahatan terkait pemilihan umum, penyebaran berita bohong (hoax), pencemaran nama baik melalui media elektronik, dan penghinaan. Cuitan Andi meminta agar kabar 7 kontainer surat suara yang sudah dicoblos untuk pasangan nomor urut 01 Jokowi-Maruf Amin dicek kebenarannya. Cuitan itu kemudian dihapus dari Twitter Andi. Bahkan ada suara dalam rekaman yang meminta bahwa kabar adanya surat suara untuk dicek oleh kubu Prabowo-Sandiaga, seperti voice note yang disebar. Sekarang ini ada 7 kontainer di Tanjung Priok, sekarang lagi geger. Marinir sudah turun, dibuka satu, isinya kartu suara yang sudah dicoblos nomor 01. Sudah dicoblos Jokowi, itu mungkin dari Cina itu. Total katanya itu kalau 1 kontainer itu 10 juta, berarti kalau ada 7 kontainer itu 70 juta suara sudah coblos nomor 01. isi voice note yang tersebar di media sosial. Benarkah, apa yang dilakukan oleh Wakil Sekretaris Jenderal Partai Demokrat Andi Arief sebuah kegaduhan jelang debat Capres 17 Januari 2019 nanti? Kegaduhan dimulai usai Andi mengunggah cuitannya di akun Twitter-nya @AndiArief_. Cuitan tersebut berisi kalimat, "Mohon dicek kabarnya ada 7 kontainer surat suara yang sudah dicoblos di Tanjung Priok. Supaya tidak fitnah harap dicek kebenarannya. Ternyata, Andi Arief membantah bahwa dirinya menyebar informasi bohong mengenai adanya surat suara yang sudah tercoblos. Andi mengatakan, informasi yang diunggah melalui akun Twitter-nya hanya permintaan agar kabar yang beredar itu dicek kebenarannya. "Saya mengimbau supaya dilakukan pengecekan," ujar Andi ketika dikonfirmasi, Kamis (3/1/2019). Oleh karenaitu, Andi menyayangkan ada pihak-pihak yang justru menudingnya sebagai penyebar hoax. Atas cuitannya, KPU dan Bawaslu, langsung mengecek kebenaran berita itu ke kantor Bea Cukai di Tanjung Priok. Ternyata, setelah dicek, kabar 7 kontainer berisi surat suara yang telah dicoblos itu ternyata hoaks. KPU langsung melaporkan kasus ini ke Kepolisian dan meminta agar pelaku penyebar hoaks segera ditangkap. *** Hoax atau hoaks adalah sebuah pemberitaan palsu untuk menipu atau mengakali pembaca atau pendengarnya agar mempercayai sesuatu yang ditulis dan didengarkan. Padahal sang pencipta berita palsu tersebut tahu bahwa berita tersebut adalah palsu. Penggemar film, tahu bahwa kata hoax sebenarnya muncul didasarkan pada sebuah judul film yang berjudul The Hoax. The Hoax adalah sebuah film drama Amerika tahun 2006 yang disutradarai oleh Lasse Hallström. yang diskenario oleh William Wheeler. Film ini dibuat berdasarkan buku dengan judul yang sama oleh Clifford Irving dan berfokus pada biografi Irving sendiri, serta Howard Hughes yang dianggap dianggap membantu menulis. Banyak kejadian yang diuraikan Irving dalam bukunya yang diubah atau dihilangkan dari film, dan penulis kemudian berkata, saya dipekerjakan oleh produser sebagai penasihat teknis film, tapi setelah membaca naskah terakhir saya meminta agar nama saya dihapus dari kredit film.itu mungkin disebabkan karna plot naskah tak sesuai dengan novel aslinya Sejak itu, film The Hoax dianggap sebagai film yang banyak mengandung kebohongan, sehingga kemudian banyak kalangan terutama para netizen yang menggunakan istilah hoax untuk menggambarkan suatu kebohongan. Tak tahu kaitannya, tetapi dalam masyarakat sekarang, penggunaan kata hoax di kalangan netizen makin gencar. Bahkan kabarnya kata hoax digunakan oleh netizen di hampir seluruh belahan dunia, termasuk Indonesia. *** Andi Arief, disebut sebagai salah seorang yang ikut menyebarkan berita yang menyebut ada 7 kontainer berisi surat suara yang telah dicoblos. Logiskah? Apakah politisi sekelas Andi bisa dikaitkan dengan harapan agar politisi harus memiliki karakter yang kuat. Bila tidak, bisa menjadi politikus busuk. Walahualam. Akal sehat saya menilai sebaran surat suara coblosan ini mesti dilihat orang yang menyebarkan berita hoaks melalui akun media sosial. Apakah ia politisi, guru, dosen, wartawan atau tukang cukur. Ternyata Andi Arief, tercatat Wakil Sekjen PD. Berarti ia politisi, bukan wartawan atau guru dan tidak juga seorang tukang cukur. Maka itu berpikir menggunakan akal sehat saya, tudingan hoax ke Andy Arif logis. paling tidak diukur dari pendekatan extraordinary. Jadi, atas laporan diatas, Andi Arief logis dipanggil Bareskrim Polri. Minimal untuk dimintai keterangan motifnya mencuit di twitternya lalu dimatikan. Logikanya, sebagai politisi ang dulu aktivis, Andi Arief, mengapa tidak menggunakan kewisdemannya?. Bila ia politisi negarawan seperti politisi tahun 1945, sekiranya Andi Arief, mendengar kabar itu apakah harus tidak dicuitkan di twitternya? Mengapa Andi Arief, yang memiliki jaringan luas di partai politik dan penegak hukum tidak memilih datang ke kantor polisi atau datang ke KPU (Komisi Pemilihan Umum). Datang untuk dilakukan cek and ricek, bukan dipublikasikan lebih dulu ke publik. Padahal informasinya diakui belum tentu benar yaitu masih perlu dilakukan pengecekan. Akal sehat seorang komunikator, suatu pesan yang dicuitkan itu sebenarnya ada niat menyebarkan berita yang belum jelas (bohong). Maka, masih menggunakan akal sehat, cuitan seorang pejabat teras partai yang pernah berkuasa di negeri ini mesti dipikirkan maska-masak. Bisakah ciutannya akan membentuk opini publik ke arah yang saling curiga mencurigai. Sebagai politisi mestinya Andi Arief bisa berpikir negarawan, cuitan semacam itu bisa berpotensi menimbulkan perpecahan di dalam dunia perpolitikan yang saat sudah kian memanas selama ini. Riil politik, cuitan Andi Arief ini telah membuat gaduh publik, terutama KPU, Bawaslu, Polri dan elite partai politik peserta Pemilu serentak 2019. Logikanya, siapa pun orangnya (termasuk tukang cukur), sejauh bisa menulis dan memiliki saluran media, maka tulisan dia yang ada di media akan menjadi konsumsi publik. Artinya, sebuah cuitan dalam twitter bisa dibaca oleh orang atau masyarakat. Pemahamannya, terlepas apakah informasi yang disampaikan itu, mendidik atau tidak mendidik, menyampaikan kejujuran atau hasutan, dan mengandung nilai-nilai keadilan atau keberpihakan. Apalagi cuitan yang bernada provokasi. Dalam bahasa gaul, bisa jadi cuitan Andy Arief ini termasuk tweetbay yaitu berjualan informasi di twitter. Bahkan ciutan Andi Arief, nyaris jadi Trending Topic, yang sedang dibicarakan oleh pemakai twitter secara real time. Kini tinggal bagaimana Bareskrim Polri menindaklanjuti cuitan Andi Arief yang oleh sekelompok orang dikategorikan hoax. ([email protected], bersambung)

Editor : Redaksi

Tag :

BERITA TERBARU