Anggota ISIS "The Beatles" : Akan Ada Banyak Serangan di Eropa

author surabayapagi.com

- Pewarta

Selasa, 10 Apr 2018 09:07 WIB

Anggota ISIS "The Beatles" : Akan Ada Banyak Serangan di Eropa

SURABAYAPAGI.com, Damaskus - Awal bulan ini, dua anggota kelompok Negara Islam di Irak dan Suriah ( ISIS) asal Inggris yang dijuluki "The Beatles" dan telah ditahan pada Januari lalu, mengakui penyesalannya atas pembunuhan terhadap sandera. Kepada Sky News, Alexanda Kotey dan El Shafee Elsheik menyebut, akan ada lebih banyak serangan di Eropa yang terinspirasi dari ISIS. Mereka tidak secara khusus menyampaikan kecamannya terhadap serangan yang telah terjadi di London, Manchester, Paris, dan Brussels. Kotey dan Elsheikh ditangkap oleh Tentara Demokratik Suriah (SDF) yang didukung Amerika Serikat pada awal tahun ini. Keduanya berasal dari London barat, dan tidak menyangkal posisinya sebagai anggota sel ISIS yang terdiri dari empat pria asal Inggris. Ditemui di fasilitas penahanan di Suriah utara yang dikuasai Kurdi, mereka mengatakan akan menunggu sidang pengadilan untuk membuktikan keterlibatannya dalam menahan 20 sandera dan mengawasi pemenggalan 7 tawanan. Menurut Kotey, video yang dirilis ISIS tentang pemenggalan kepala merupakan propaganda dan dia menyalahkan media barat. Namun, keduanya menyatakan tidak bertanggung jawab atas kekerasan yang dilakukan ISIS, sama seperti warga Inggris yang tidak bertanggung jawab atas tindakan militer Inggris. "Anda menjadi warga negara Inggris, Anda tidak akan berbalik ketika Inggris melakukan kejahatan perang dan mengatakan tapi saya tidak mendaftar untuk ini," kata Elsheikh. "Kami sama sekali tidak membenarkan apapun yang dilakukan ISIS. Ini bukan kewajiban saya untuk membenarkan atau menyalahkan," tambahnya. Pemimpin kelompok ISIS "The Beatles" Mohammed Emwazi yang dikenal sebagai Jihadi John, telah tewas dalam serangan pesawat tak berawak pada 2015. Kotey pernah bertemu dengan Emwazi di sebuah masjid di Notting Hill. Dia meninggalkan kehidupan London dan dua anaknya untuk melakukan perjalanan ke Suriah pada 2009. Kementerian Luar Negeri AS menyebut, Kotey bertindak sebagai pasukan penjaga ISIS dan kemungkinan terlibat dalam metode penyiksaan yang kejam. Sementara Elsheikh datang ke Inggris sebagai pengungsi anak-anak dari Sudan dan tinggal di White City. Sebelumnya, dalam wawancara dengan Associated Press seperti dikutip dari BBC, mereka juga mengeluhkan, tidak mendapatkan pengadilan yang adil karena pemerintah Inggris telah menanggalkan kewarganegaraan mereka. "Ketika Anda punya dua orang yang tidak memiliki kewarganegaraan, jika kami menghilang suatu hari, lalu ke mana ibuku akan pergi dan mengatakan di mana putraku?" kata Elsheikh.

Editor : Redaksi

Tag :

BERITA TERBARU