AS Tolak Usulan Rusia Bentuk Badan Investigasi

author surabayapagi.com

- Pewarta

Kamis, 25 Jan 2018 00:34 WIB

AS Tolak Usulan Rusia Bentuk Badan Investigasi

Mandat Mekanisme Investigasi Bersama (JIM) PBB dan Organisasi Larangan Senjata Kimia (OPCW) berakhir pada bulan November menyusul sejumlah usaha yang gagal oleh DK PBB untuk memperluas kewenangannya. Moskow telah berulang kali mengkritik penanganan JIM atas penyelidikan serangan kimia di Suriah, termasuk insiden bulan April di Khan Shaykhun di provinsi Idlib. NEW YORK, John Robbinson. Amerika Serikat (AS) menolak dengan tegas resolusi Dewan Keamanan (DK) PBB yang dirancang Rusia terkait serangan senjata kimia di Suriah. Rusia mengusulkan untuk menyelidiki semua tuduhan serangan kimia di Suriah berdasarkan data yang tidak tercela dan tak terbantahkan. "Kami ingin mengatasi perbedaan tersebut dan mengusulkan pembentukan badan investigasi internasional yang baru, bertugas untuk menetapkan fakta dan mencari mereka yang bertanggung jawab atas penggunaan senjata kimia di Suriah berdasarkan data yang tidak tercela dan tak terbantahkan yang diperoleh secara transparan dan kredibel," ucap utusan Rusia untuk PBB, Vasily Nebenzia, kepada Dewan Keamanan disitir dari Russia Today. Moskow percaya bahwa investigasi JIM penuh dengan kekurangan sistemik dan spekulasi, tidak memiliki bukti kuat, sementara kesimpulannya sering diambil dari pernyataan yang dibuat oleh sumber yang dipertanyakan. Poin utama perdebatan adalah bahwa tim tersebut tidak menghormati prinsip dasar rantai dokumentasi barang bukti (chain of custody), yang mengharuskan OPCW untuk memperoleh sampel biomedis dan lingkungan. Pertemuan DK PBB disebut oleh Rusia untuk membahas situasi di Suriah, termasuk tuduhan baru terhadap pemerintah Suriah atas dugaan serangan kimia di daerah pinggiran Damaskus. Duta Besar AS untuk PBB Nikki Haley, bagaimanapun, dengan sungguh-sungguh menolak usulan Rusia tersebut. Haley pun menuding Moskow mencoba melindungi Bashar al-Assad dari dugaan kejahatan yang terus dilakukannya. "Ketika Rusia tidak menyukai fakta, mereka mencoba dan mengalihkan pembicaraan. Itu karena fakta berulang-ulang kembali ke kebenaran yang ingin disembunyikan oleh Rusia bahwa rezim Assad terus menggunakan senjata kimia terhadap rakyatnya sendiri," kata Haley kepada Dewan Keamanan. "Amerika Serikat dan masyarakat internasional tidak akan tertipu. Kami tetap teguh dalam mengejar pertanggungjawaban bagi mereka yang menggunakan senjata kimia," imbuhnya sebelum meninggalkan rapat. Terkait hal itu, Nebenzia mencatat, penolakan yang cepat dan penuh semangat atas inisiatif Moskow cukup jelas dan membuktikan bahwa pembentukan mekanisme investigasi profesional dan independen adalah hal terakhir yang ingin Washington lihat. "Fakta bahwa resolusi kami langsung diberhentikan menunjukkan skalanya. Ini sekali lagi mengungkapkan kebenaran, bahwa kita dengan amat sayang sudah tahu. Amerika Serikat tidak memerlukan mekanisme profesional yang independen. Tidak hanya itu Anda mengungkapkan kebenaran, tapi Anda menunjukkan warna sejati Anda di depan masyarakat internasional," cetus Nebenzia. Sebelumnya pada hari Selasa dalam sebuah konferensi internasional di Paris, Menteri Luar Negeri AS Rex Tillerson menyalahkan pemerintah Suriah atas dugaan insiden kimia di Ghouta Timur. Jelang pertemuan 24-negara 'Kemitraan Internasional untuk Menghindari Impunitas untuk Senjata Kimia', beberapa laporan muncul dari kemungkinan serangan gas klorin pada hari Senin, di mana lebih dari 20 warga sipil diduga terluka. Laporan itu dikeluarkan White Helmets dan Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia (SOHR) yang berbasis di Inggris, dan belum diverifikasi secara independen. Kurangnya bukti tidak menghentikan diplomat tertinggi AS tersebut secara langsung menuduh Rusia mengizinkan insiden terkait senjata kimia di Suriah. "Siapa pun yang melakukan serangan tersebut Rusia pada akhirnya bertanggung jawab atas korban di Ghouta timur dan banyak orang Suriah lainnya yang ditargetkan dengan senjata kimia sejak Rusia terlibat di Suriah," kata Tillerson. 07

Editor : Redaksi

Tag :

BERITA TERBARU