Bank-Bank di Spanyol mulai Merger

author surabayapagi.com

- Pewarta

Senin, 23 Nov 2020 21:56 WIB

Bank-Bank di Spanyol mulai Merger

i

Salah satu Bank di Spanyol yang melakukan merger.

SURABAYAPAGI.COM, Jakarta - Saat Pandemi virus Corona alias Covid-19, sejumlah bank di Spanyol melakukan merger. Keputusan merger perbankan di Spanyol juga dipengaruhi oleh meningkatnya persaingan dari perusahaan rintisan teknologi keuangan (fintech).

CaixaBank, bank terbesar ketiga Spanyol, dan Bankia, bank terbesar keempat, pada bulan September lalu menyetujui merger. Persetujuan ini diprediksi akan berdampak pada pemberian pinjaman domestik terbesar negara dengan aset sekitar €664 miliar (US$ 788 miliar).

Baca Juga: Tentara Bayaran WNI di Ukraina, Bisa Propaganda Rusia

 

Kurangnya Profitabilitas

Sementara BBVA, bank terbesar kedua di Swiss, Senin lalu mengumumkan bahwa pihaknya sedang dalam pembicaraan dengan Banco Sabadell, bank terbesar kelima di Spanyol, mengenai kemungkinan kerja sama.

Jika sukses, kerja sama itu akan menciptakan bank domestik terbesar kedua di Spanyol, jauh di depan Santander yang akan tetap menjadi bank terbesar negara dari sisi total aset karena kehadiran dana internasionalnya yang besar.

Ada pula pemberi pinjaman kelas menengah seperti Liberbank dan Unicaja yang mengkonfirmasi pembicaraan merger pada Oktober 2020.

Xavier Vives, dari IESE Business School Barcelona, mengatakan tren ini bukanlah hal baru di Spanyol. Hal serupa pernah terjadi di mana lusinan bank menghilang dalam gelombang merger usai krisis keuangan 2008, atau ketika Madrid menerima bailout Uni Eropa sebesar €41,3 miliar untuk sektor perbankan yang sakit. "Operasi baru ini defensif untuk menghindari masalah di masa depan," kata Vives seperti dikutip AFP, Senin (23/11/2020).

Namun, berbeda dengan krisis sebelumnya, ketika pemberi pinjaman menghadapi masalah solvabilitas. Kali ini, masalahnya adalah kurangnya profitabilitas.

"Suku bunga rendah, kurva imbal hasil sangat datar, dan dengan pandemi Covid, revisi suku bunga ditunda. Dalam keadaan seperti ini, bisnis perbankan tidak terlalu menguntungkan," imbuhnya.

Baca Juga: UNESA Gandeng Universitas Islam Madinah Perkuat Mutu Pendidikan dan Jaringan Internasional

 

Persaingan dengan Fintech

Pada saat yang sama, bank juga menghadapi persaingan sengit dari perusahaan rintisan fintech yang beroperasi secara online dan memiliki biaya operasional yang jauh lebih rendah daripada bank tradisional.

Pastinya, dengan suku bunga negatif sangat sulit mendapatkan uang.Tapi masalah besar bagi bank adalah tidak mungkin meraup untung dengan model berbasis bank yang memiliki cabang, terutama jika pesaingnya fintech dan operator baru," kata Ricardo Zion, pakar bank dari EAE Business School.

Zion menganalogikan persaingan tersebut ibarat maskapai penerbangan tradisional dengan armada dan pilot sendiri yang berpenghasilan €400 ribu setahun, melawan maskapai penerbangan bertarif rendah yang menggunakan pesawat sewaan dan pilot yang berpenghasilan €60 ribu.

Baca Juga: Pesawat Japan Airlines Tabrak Pesawat, 400 Penumpang Selamat

Oleh karena itu, merger menjadi relevan. Pasalnya, saat bank meningkatkan provisi mereka untuk menghadapi kenaikan kredit macet, operasi merger ini memperkuat solvabilitas mereka.

"Berbeda dengan krisis yang lalu, ketika bank bermasalah, sekarang mereka harus menjadi bagian dari solusi," tambahnya.

Kendati demikian, konsolidasi perbankan yang akan mengarah pada penutupan cabang-cabang dan PHK, telah meningkatkan kewaspadaan serikat pekerja.

Pepe Alvarez, pemimpin serikat UGT yang merupakan serikat terbesar kedua di Spanyol, mengaku khawatir tentang besarnya PHK. "Lembaga keuangan harus menyadari upaya yang dilakukan oleh negara ini untuk membuat mereka bertahan selama krisis terakhir dan mereka tidak dapat membalas budi dengan lebih banyak pemecatan," ujarnya dalam sebuah wawancara dengan radio publik Spanyol. afp/cnn/er/crk

Editor : Moch Ilham

BERITA TERBARU