Belajar dari Bencana Gempa

author surabayapagi.com

- Pewarta

Jumat, 26 Jan 2018 03:18 WIB

Belajar dari Bencana Gempa

Baru-baru ini, gempa kembali terjadi di negeri ini. Tepatnya di kawasan Banten dan sekitarnya. Namun efeknya terasa hingga ibukota Jakarta. Musibah alam ini sangat menyita perhatian masyarakat luas. Apalagi tidak terlalu lama jaraknya antara kejadian gempa di satu daerah dengan kejadian gempa di kawasan lain di Indonesia. Kegelisahan dan kekhawatiran semacam ini tentu saja wajar sekali. Mengingat tidak ada seorang pun yang ingin mengalami musibah dan bencana, termasuk gempa bumi. Pertanyaannya bagaimana sikap kita terkait masalah gempa di tanah air? Barangkali jawaban yang tepat adalah kita perlu mulai banyak belajar tentang gempa dan bagaimana sebaiknya kita menghadapinya. Lebih idealnya lagi, bagaimana kita ikut mencoba mengatasi dan mencari solusinya. Jawaban pakar gempa ketika melihat masalah gempa biasanya melihat asal-usulnya. Dari kondisi struktur lempeng bumi, tanah, dan tinggi rendahnya area bencana. Ada yang melihat dari gerakan lempeng cincin api Pasifik. Indonesia dideteksi termasuk salah satu negara yang masuk wilayah cincin api. Dimana pergerakan ring of fire itu bisa berdampak pada perubahan iklim, gunung meletus hingga gempa. Indonesia bukan satu-satunya negara yang masuk wilayah cincin api. Ada pula negara Selandia Baru, Jepang Filipina, Alaska, Amerika, Meksiko dan sekitarnya. Lingkaran area cincin api Pasifik seperti cekungan tapal kuda. Meletusnya gunung Agung di Bali, beberapa saat yang lalu disinyalir akibat rentetan pergerakan cincin api. Analisis bencana gempa di sejumlah daerah dan negara disinyalir dari asal usulnya. Asal usul terus dicermati dan dideteksi untuk mencari jalan keluarnya. Bila posisi dan kondisinya tidak ideal, tentu upaya idealisasi perlu dilakukan. Pakar lain dari ilmu lingkungan biasanya melihat masalah gempa dari kurangnya antisipasi dan perhatian pada masalah ekologi dan lingkungan alam sekitar. Demikian pula, ahli gempa yang lain tentu memiliki pandangan yang lebih beragam. Pemerintah selaku pihak yang bertanggungjawab atas keselamatan warganya, biasanya memberikan peringatan dini. Early warning semacam ini berguna untuk kesiapan semua pihak sebagai solusi preventif atas masalah gempa yang mungkin kembali terjadi tanpa diketahui kapan waktunya. Saat berada di gedung, tentu cara menghadapi gempa berbeda dengan posisi kita di lokasi lapangan terbuka. Demikian pula, saat kita di rumah akan berbeda dengan saat kita berada dalam kendaraan. Semua model antisipatif itu merupakan cara dan strategi belajar menghadapi gempa yang perlu diperhatikan kita semua. Intinya, keselamatan dan keamanan setiap orang perlu diutamakan. Dalam hal ini, banyak pelajaran yang bisa dipetik kita bersama. Gempa merupakan sistem peringatan alami. Gempa terjadi sebagai bukti kuasa campur tangan Tuhan. Karena itu, kita tidak boleh lupa untuk berdoa. Tujuannya untuk membuktikan keyakinan dan keimanan kita terhadap eksistensi Tuhan. Bila dipahami secara rasional, gempa merupakan adaptasi alam untuk menjaga keseimbangan. Keseimbangan alam kurang sempurna bisa mengakibatkan terjadinya gempa. Dalam kondisi semacam ini, gempa merupakan efek atau akibat dari sebab yang menimbulkan ketidakseimbangan. Mungkin saja, keseimbangan itu terjadi akibat ulah tangan manusia yang terlalu kreatif dalam memperlakukan alam semesta. Misalnya saja, penebangan pohon secara liar. Pembangunan tanpa memperhatikan ekosistem yang imbang dan adil terhadap alam dan lingkungan sekitar itu mengakibatkan terjadi banyak masalah alam hari ini. Pemanasan global, perubahan iklim dan gempa adalah fenomena alami yang tidak bisa kita hindari hari ini. Bila ingin nyaman dan aman, tentu banyak hal rahasia alam ini yang perlu terus kita pelajari, hayati dan renungkan. Menjaga keseimbangan alam tentu bukan pekerjaan mudah. Meskipun banyak alat teknologi canggih, namun sikap dan sifat kita dalam memperlakukan alam semesta tidak sesuai yang diharapkan, maka itu sama saja. Terus berupaya yang terbaik dalam memperlakukan dimulai dari diri sendiri merupakan jalan yang lebih realistis. Apalagi, bila pengurus dunia ini memiliki komitmen bersama satu tujuan, peduli terhadap alam dan lingkungan di muka bumi ini dengan semangat belajar dari gempa untuk keselamatan dunia. (*)

Editor : Redaksi

Tag :

BERITA TERBARU