Bila Tak Melarikan Diri, Nyawa Taruhannya

author surabayapagi.com

- Pewarta

Rabu, 11 Des 2019 08:59 WIB

Bila Tak Melarikan Diri, Nyawa Taruhannya

Kisah Perantau Tiongkok Mendarat di Surabaya (18) Dapat dibayangkan, dalam kurun waktu yang begitu lama, peristiwa 5 kaum minoritas utara dan 16 negara, peperangan tanpa akhir, dimana-mana terjadi kesengsaraan, bila tidak melarikan diri, apakah masih bisa hidup? Konon leluhur kita marga Chen justru pada saat itu meninggalkan Yi Barat kampong halamannya, berpindah-pindah terakhir menetap di kabupaten Gan. Kontributor SurabayaPagi, Putri SURABAYAPAGI.COM, Surabaya -Bulan nan terang adalah bulan di kampung halaman, pada awalnya, para leluhur kemungkinan hanya ingin menetap sementara, namun lama-kelamaan menjadi biasa. Ahirnya membangun pemukiman, mereklamasi lahan, memelihara ternak, bermukim untuk selamanya, dari sementara menetap yakni tamu sampai bermukim selamanya. Demikian menjadi Hakka selamanya. Perlu dicatat, eksodus adalah suatu metode yang khusus. Konon Raja Qin untuk membangun istana Epang, menggiring puluhan ribu tukang kayu menuju Gan Selatan membalak hutan untuk membangun negara, bagi ang tidak mati kelelahan lalu menetap disana, ini kira-kira leluhur Hakka yang paling awal di Gan selatan. Kebudayaan Hakka selain mempertahankan ciri utama kebudayaan Dataran tengah, di samping itu masih menampung intisari kebudayaan etnnnis setempat. Orang Hakka sering kali menjadikan pahlawan pria sebagai suri teladan, hal tersebut memberikan inspirasi untuk mendidik anak cucu, dapat belajar dari para senior yang telah berhasil dan berjasa dalam karirnya. Ada yang berkata: Dimana ada matahari, disana pasti ada orang Tionghoa; dimana ada orang Tionghoa, disana pasti ada orang Hakka. Masih ada orang yang berkata:Dimana ada matahari, disana pasti ada orang Hakka; dimana ada lahan, disana pasti ada orang Hakka berkelompok dan bermukim, dengan jerih payah berkarya, berkembang biak dan turun temurun. Dikarenakan orang Hakka berlalang buana ke seluruh dunia, bermigrasi secara global, bahkan dikalangan bisnis luar negeri banyak yang berhasil, sehingga ada yang dijuluki Orang Yahudi dari timur. Tempat tinggal orang Hakka dikenal dengan sebutan Tulou ( rumah tanah). Tulou terdiri dari berbagai jenis bentuk, ada yang berbentuk bulat, persegi empat, bentuk U, setengah bulat, bentuk segi delapan seperti bentuk bagua dan sebagainya. Bahasa Hakka (Hakka-fa;) merupakan salah satu dari tujuh bahasa utama di Republik Rakyat Tiongkok. Walau saling terpisah-pisah, para penutur Bahasa Hakka yang berbeda logat dan dialek dapat berbicara satu sama lain. Kemana pun mereka pindah, orang Hakka masih mempertahankan kebudayaan, terutama bahasa. Bahasa Hakka memiliki kekerabatan yang lebih dekat denganBahasa Mandarin daripada bahasa Tionghoa lain.Bahasa Hakka Meixian (Moiyan Hakka-fa;) terdiri dari 6 nada menjadi bahasa standar.

Editor : Redaksi

Tag :

BERITA TERBARU