Bonek Warning Azrul

author surabayapagi.com

- Pewarta

Jumat, 01 Nov 2019 01:45 WIB

Bonek Warning Azrul

Sebagai Pendukung Setia, Bonek Merasa tak Ada Hubungan Baik dengan Manajemen maupun Pemain Persebaya. Beda Jauh ketika Persebaya di Tambaksari Fauzan BCH, Farid Akbar, Alqomar-Hendarwanto, Tim Wartawan Surabaya Pagi Manajemen Persebaya berbenah setelah kalah menyakitkan dari PSS Sleman, yang memicu rusuh di Stadion Gelora Bung Tomo (GBT) Surabaya. Kamis (31/10/2019) kemarin, Aji Santoso dikontrak untuk mengarsiteki Persebaya sampai akhir Liga 1 pada 2020. Meski begitu, kalangan Bonek tetap me-warning keras Presiden Persebaya Azrul Ananda. Pasalnya, sejak tim berjuluk Bajul Ijo ini dikelola di bawah mantan bosJawa Pos itu, mereka merasa tidak ada hubungan yang baik antara Bonek, manajemen dan pemain Persebaya. Padahal, Bonek yang berjumlah ribuan di berbagai daerah itu sudah menunjukkan kesetiaannya mendukung Persebaya. Mulai membelimerchandise hingga memadati tribun stadion setiap Persebaya bertanding. -------------- Hamin Gimbal, Ketua Yayasan Supporter Surabaya (YSS), tentu tidak asing di kalangan Bonek. Ia menyebut kericuhan di GBT bukan hanya karena kekalahan di kandang. Tapi juga karena pola permainan Persebaya yang berubah. Tidak sesuai jiwa aslinya dengan permainan ngeyel. Banyak faktor, tapi utamanya tim ini sudah tidak lagi terjalinnya hubungan baik antara manajemen, pemain hingga kami (Bonek) sebagai supporter, ungkap Hamin kepadaSurabaya Pagi, kemarin. Beda dengan Persebaya saat masih tinggal di mess. Menurut Hamin, pemain Persebaya yang tinggal di mess dulu lebih dekat dengan supporter. Tak hanya bisa menonton mereka latihan, tapi juga bisa bertatap muka dan saling bertukar pikiran. Sekarang beda, tandasnya. Ia mengakui Manajemen Persebaya di bawah Azrul Ananda memiliki kelebihan dalam hal finansial. Manajemen, lanjutnya, juga mengetahui cara memanjakan pemain. Tapi apa dengan cara seperti itu dapat berprestasi? Dulu dengan adanya di mess sering kumpul dan diskusi dengan pemain ada kedekatan. Kami dulu juga bisa memotivasi dan mengangkat moril pemain. Sekarang kita tidak bisa seperti dulu, ungkap pria yang mengikuti kiprah Persebaya sejak bermain di Gelora 10 November Tambak Sari. Dari kedekatan itu, menurut Hamin, terbangun tim yang kuat. Mulai manajemen, pemain dan supporter merasa memiliki dan saling mendengar. Dulu Persebaya itu mendengarkan Bonek, sebaliknya kita juga mendengarkan Persebaya. Dapat dilihat ketika dulu kita ingin kisruh dan pemain mengacungkan tangan, para Bonek langsung sungkan. Sebaliknya juga ketika kami berteriak harus ganti pemain karena dirasa pemain tidak bagus, maka Persebaya melakukan tersebut, papar dia. Transparansi seperti itu sangan dirindukan oleh semua Bonek untuk membangun Persebaya, imbuh Hamin. Background Azrul Koordinator Green Nord, Cak Cong, juga mengungkapkan hal senada. Ia menceritakan pihaknya sebenarnya sempatwalk out ketika turun minum babak pertama saat melawan PSS Sleman di GBT. Ketika walk out itu sangat bertolak belakang dengan hati nurani kami, tapi suara kami di sini sepertinya tidak dapat merubah semua itu, kata Cak Cong yang ditemui terpisah. **foto** Ia mengkritik Azrul Ananda yang hobi gonta-ganti pelatih, tapi hasilnya mengecewakan. Ini rekor, satu musim 3 kali berganti pelatih. Boleh saja Azrul begitu, siapa tau memberi hadiah kemenangan (juara). Tapi kalau dilihat semua itu butuh mukjizat, Persebaya sekarang berada di peringkat 9 setelah permainan kemarin (kalah dari PSS Sleman, red), ungkap Cak Cong. Cak Cong melihat Presiden Persebaya Azrul Ananda masih berhati-hati mengelola Persebaya. Orientasinya masih bisnis. Ia pun memaklumi, karena Azrul baru 3 tahun mengelola. Latar belakangnya juga bukan orang bola. Selama ini Azrul lebih dikenal di kalangan basket dan pecinta balap F1. Pendidikannya juga di Amerika. Mungkin karena latar belakangnya itu seperti itu cara pandangnya berbeda dengan Bonek. Tapi jangan lupa apa dan untuk yang ada di Surabaya, dengan ciri khas suppoternya yang mengangkat Persebaya dengan slogan wani dan kesolidannya, tandas Cak Cong. Karena itu, ia berharap Azrul bisa belajar memahami karakter Bonek yang asli Surabaya. Azrul harus belajar dari pengalaman, jangan asal terima laporan dari orang-orangnya yang asal bapak senang (ABS), harusnya lebih menggali apa potensi yang ada di tim ini, harap Cak Conk. One Man Show Pengamat sepak bola dari Universitas Negeri Surabaya (Unesa) Achmad Widodo Membuka kelemahan managemen Persebaya. Menurutnya Azrul Ananda telah salah memilih orang-orang yang ditunjuknya sebagaicoach. Hal ini berpengaruh terhadap pemain, apabila orang-orang tersebut tidak kompeten dengan bidangnya. Karenanya, yang perlu ditelaah Asrul adalah tidak semua pelatih luar negeri memahami karakter pemain, bahkan karakter sepak bola Indonesia. "Jangan mengelola Persebaya denganone man show. Asrul ini kalau menunjuk orang-orang di bawahnya ini kompeten atau tidak. Tidak semua pelatih asing tahu sepak Indonesia," tandas Ahmad Widodo dihubungi terpisah, kemarin. Ia yakin potensi Persebaya menjadi berkembang tetap ada. Apalagi Asrul Ananda menerapkan manajemen modern sepakbola di Persebaya. Tidak menutup kemungkinan Persebaya bisa menjadi lebih baik lagi dan mencetak prestasi yang membanggakan. Karena Persebaya didukung suporter fanatik yang selalu mendukung. Jadi manajemen juga harus bisa bertanggung jawab dengan Bonek, yang mendukung Persebaya sampai saat ini," papar dia. Tidak Ngantor Sayangnya,Surabaya Pagi yang ingin mengkonfirmasi langsung Azrul Ananda mengenai suara Bonek itu, ia tidak berada di kantornya, Surabaya Town Square (Sutos), Kamis (31/10/2019). Begitu juga dengan Manajer Persebaya Candra Wahyudi. Kalau mau ketemu (Azrul Ananda dan Candra Wahyudi, red) harus janjian dulu, karena sedang sibuk. Sudah 2 hari ini tidak datang ke kantor, ujar Saskia, receptionist yang ditemuiSurabaya Pagi. Dilaporkan ke Walikota Sementara itu, Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) Kota Surabaya selaku pengelola Stadion Gelora Bung Tomo segera melaporkan hasil inventarisasi ke Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini terkait kerusakan fasilitas stadion akibat kerusuhan yang dilakukan ratusan suporter Persebaya pada Selasa (29/10). "Sehari setelah kerusuhan, kami lakukan inventarisasi dan hasilnya kami laporkan ke wali kota," ujar Kepala Dispora Kota Surabaya Afghany Wardhana ketika dikonfirmasi, Kamis (31/10) kemarin. Afghany segera bertemu Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini dan melaporkannya data kerusakan fasilitas Stadion GBT akibat kerusuhan suporter, termasuk menyampaikan materi laporan, foto serta dokumen-dokumen yang sudah disiapkannya. Selain itu, kata dia, meski belum ada petunjuk resmi dari wali kota, namun pihaknya proaktif melakukan perbaikan dengan harapan bisa segera kembali digunakan. Kerusuhan suporter terjadi usai laga Persebaya melawan PSS Sleman yang berkesudahan 2-3. Ratusan suporter Bonek Mania turun ke lapangan Stadion GBT Surabaya sebagai bentuk protes akibat tren negatif Bajol Ijo. Aksi suporter semakin menjadi-jadi di tengah lapangan, antara lain merusak papan iklan, bangku ofisial, bangku pemain cadangan, jaring gawang dan sarana maupun fasilitas lainnya. Aparat keamanan tidak bisa berbuat banyak dan suporter yang semakin marah membakar papan-papan iklan dan spanduk di lapangan hingga asap pekat membumbung tinggi dari dalam stadion. n

Editor : Redaksi

Tag :

BERITA TERBARU