BPOM Dan ITS Siap Awasi Pengawasan Obat dan Makananan

author surabayapagi.com

- Pewarta

Kamis, 25 Jan 2018 17:47 WIB

BPOM Dan ITS Siap Awasi Pengawasan Obat dan Makananan

SURABAYAPAGI.com, Surabaya -Dalam upaya meningkatkan pengawasan terhadap peredaran obat dan makanan di Indonesia, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) menjalin kerjasama dengan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya. Kerjasama ini diresmikan melalui penandatanganan nota kesepahaman atau Memorandum of Understanding (MoU) oleh Rektor ITS, Prof Ir Joni Hermana dengan Kepala BPOM RI, Ir Penny Kusumastuti Lukito. Menurut Penny, kerjasama ini dilakukan untuk memperkuat penanganan permasalahan dan tantangan yang dihadapi BPOM dalam pengawasan mutu obat dan pangan masyarakat Indonesia. BPOM terus menjalin kemitraan dengan berbagai instansi masyarakat, salah satunya adalah perguruan tinggi yang menjadi pusat pengetahuan dan pengembangan teknologi, tuturnya. Dalam kerja sama yang dilakukan dengan ITS ini, nantinya riset-riset yang dikembangkan oleh ITS digunakan untuk membantu BPOM dalam melaksanakan kinerjanya. Salah satunya adalah Pusat Kajian Halal milik ITS yang menjadi daya tarik BPOM. Saat ini ITS juga sedang mengembangkan kapal yang siap membantu BPOM dalam menjalankan tugasnya di seluruh wilayah Indonesia. Kapal yang dikembangkan oleh ITS ini nantinya digunakan membantu dalam mengawasi pengiriman obat dan makanan di daerah perbatasan BPOM, untuk mengantisipasi adanya barang yang illegal atau tidak ada jaminan keamanannya bagi masyarakat, jelas Penny lebih lanjut . Menanggapi hal tersebut, Prof Joni menyambut baik ajakan kerjasama ini. Apalagi hal ini juga sangat erat kaitannya dengan adanya Pusat Kajian Halal di ITS. Ia juga sempat memaparkan bahwa Indonesia sebagai negara dengan penduduk yang sebagian besar beragama Islam, status kehalalan makanan masih belum jelas. Hal ini berbeda jauh jika dibandingkan dengan negara yang justru mayoritas penduduknya nonmuslim seperti Australia dan Singapura. Selain itu, jika dibandingkan dengan Turki, harga obat di Indonesia ini bisa tiga kali lipat lebih mahal dikarenakan terlalu banyak agen yang dilewati sebelum jatuh ke tangan konsumen terakhir, pungkas Guru Besar Teknik Lingkungan ITS tersebut.ifw

Editor : Redaksi

Tag :

BERITA TERBARU