Brimob Dipersenjatai, Dipertanyakan

author surabayapagi.com

- Pewarta

Senin, 22 Jan 2018 00:29 WIB

Brimob Dipersenjatai, Dipertanyakan

Tahun 2017 lalu, terjadi polemik panas soal Brimob yang memiliki senjata standar militer, bahkan Panglima TNI yang saat itu dijabat Jenderal Gatot Nurmantyo memprotesnya. Setelah polemik ini berlalu, kini kejadian mengejutkan datang lagi dari Brimob di awal tahun 2018. Ini dipicu tewasnya kader Partai Gerindra, Fernando Alan Joshua Wowor, akibat tembakan senjata api dari tangan oknum Brimob, Brigadir Satu Achmad Ridho. Fernando dikabarkan salah satu orang dekat Ketum Partai Gerindra Prabowo Subianto. Partai ini pun mempertanyakan kebijakan anggota Brimob yang dipersenjatai. -------------- Seluruh kader Gerindra diminta mampu menahan diri dan menyerahkan kasus penembakan Fernando Alan Joshua Wowor pada penegak hukum. Kader diharapkan tidak mudah terprovokasi dan tetap solid menjaga barisan. "Jangan sampai peristiwa duka ini dimanfaatkan pihak tertentu yang ingin merusak nama besar partai dan berupaya mengadu domba partai dengan institusi tertentu," kata Wakil Ketua Umum Partai Gerindra, Edhy Prabowo, Minggu (21/1/2018). Edhy menuturkan dirinya ditugaskan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto untuk mewakili partai, memimpin proses penghormatan dan penyerahan jasad Fernando kepada pihak keluarga di Manado, Sulawesi Utara. "Pihak keluarga sudah ikhlas dan mengamanatkan partai agar terus mengawal kasus ini hingga tuntas dan pelaku dapat diganjar sesuai dengan aturan hukum yang berlaku," tegasnya. Menurut Edhy, tindakan menghilangkan nyawa orang adalah pelanggaran hukum berat yang tidak bisa dibenarkan. Terlebih, pelaku menggunakan perlengkapan alat dinas di luar jam tugas. "Jadi, kalau ada oknum anggota Brimob yang menembak orang sampai meninggal dunia hanya karena masalah sepele, patut dipertanyakan. Berarti ini ada yang salah dengan psikologinya, hingga bisa menembakkan senpi ke warga sipil. Polri harus berani melakukan evaluasi terkait hal ini," ungkap Edhy. Pertanyakan Senjata Brimob Ketua Bidang Advokasi DPP Partai Gerindra, Habiburokhman, menyikapi kejadian lebih keras. Ia mempertanyakan kepemilikan senjata dari anggota Brimob yang menewaskan kadernya. Apalagi, saat itu oknum Brigadir yang diduga menembak korban, membawa senjata apinya meski tidak sedang berdinas. Jika pelaku adalah anggota Brimob, apakah dibenarkan dia membawa senjata tidak dalam keadaan dinas? cetus Habiburokhman, kemarin (21/1. Ia juga menyoroti penodongan senjata oleh oknum Brimbo itu kepada Fernando. Dia mempertanyakan wewenang anggota polisi yang menodongkan pistolnya hanya karena cekcok mulut. Menurut dia, penodongan yang dilakukan oknum itu menggunakan pistolnya yang sudah terkokang merupakan tindakan gegabah. Pada kesempatan itu, Habiburokhman memastikan jika Fernando adalah kader partainya. "Iya kader. Dia tercatat keanggotaannya di DPP," sebut dia. Namun ia membantah, korban merupakan lulusan akademi militer. Namun dia membenarkan Fernando memiliki kedekatan dengan Prabowo Subianto. "Ya semua kader dekat dengan Pak Prabowo. Tapi dia bukan ajudan ataupun lulusan itu (akademi militer)," terang dia. Polri Proses Hukum Fernando tewas setelah tertembak di dada saat terlibat keributan dengan Briptu AR di Lipps Club Bogor Jalan Sukasari 3, Bogor Timur, Kota Bogor Sabtu sekitar pukul 02.00 WIB dini hari. Saat kejadian, Fernando tengah bersama empat temannya dari Gerindra yakni, Arief Rochmawan, Rizki Bayu Perdana, Rio Andika Putra Perdana, dan Arli Marasut. Insiden itu berawal dari cekcok antara Fernando dan Achmad. Kendaraan keduanya berpapasan dan saling menghalangi di parkiran klub malam tersebut. Keduanya tidak mau mengalah sehingga terjadi cekcok mulut. Brigadir Achmad pun mengeluarkan pistolnya, sehingga terjadi perebutan senjata antar Fernando beserta tiga temannya. Tidak lama kemudian terdengar suara letusan yang mengenai dada Fernando. Nyawa Fernando tak tertolong. Sementara, Achmad yang sempat dipukuli massa usai peristiwa itu kini tengah dirawat di rumah sakit. Kabid Kum Polda Jabar, Kombes Pol Bagus Pramono dalam keterangan tertulisnya, Minggu (21/1) menjelaskan, Briptu Achmad Ridho Sayidas Suhur dikeroyok oleh sejumlah orang sebelum meletuskan senjata api. Letusan itu yang kemudian menewaskan Fernando Alan Joshua Wowor. "Saat korban (Briptu Ridho) sedang naik motor, tiba-tiba dari arah depan muncul mobil Pajero dan seolah ingin menyerempet korban. Korban lalu meneriaki mobil tersebut," sebut Kombes Pol Bagus Pramono. Merasa diteriaki pengemudi motor, rombongan sebanyak delapan orang yang ada di dalam mobil Pajero ini lantas keluar dan berusaha mengeroyok Achmad Ridho. Merasa terjepit, ia kemudian mencabut senjata. Namun, senjata itu berusaha direbut salah seorang dari rombongan tersebut. Tanpa sengaja, senjata dalam genggamannya itu meletus dan mengenai Fernando. Kader Gerindra itu pun tewas di tempat. Sedangkan, Achmad Ridho langsung dibawa ke RS PMI Bogor karena luka di bagian muka dan satu jarinya putus. Menanggapi soal itu Menteri Koordinator Politik, Hukum dan Keamanan, Wiranto enggan berkomentar banyak. "Nanti kita pelajari, tanya polisi," ujar Wiranto saat ditemui usai Rapat Kerja Paguyuban Jawa Tengah 2018 di Museum Nasional Indonesia, Jl. Medan Merdeka Barat 12 Jakarta Pusat, Minggu (21/1). Wiranto saat itu ditanya soal protes Gerindra dan mempertanyakan langkah mempersenjatai anggota Brimob. Sementara itu, Kepala Biro Penerangan Masyarakat Polri, Brigadir Jenderal Muhammad Iqbal memastikan pihaknya memroses hukum Brigadir Satu Achmad. Dia memastikan pihaknya tidak akan pandang bulu untuk menindak anggota polisi yang melakukan tindakan pidana. Siapa pun yang bersalah akan diproses hukum sesuai bukti-bukti yang didapat, tandas mantan Kapolrestabes Surabaya itu. n Tim SP

Editor : Redaksi

Tag :

BERITA TERBARU