Bu Risma Marah-marah, Bu Khofifah Kemana?

author surabayapagi.com

- Pewarta

Kamis, 08 Okt 2020 22:26 WIB

Bu Risma Marah-marah, Bu Khofifah Kemana?

i

Demo di Surabaya pada Kamis (8/10) berujung rusuh. Sejumlah fasilitas umum dan mobil polisi dirusak massa yang menolak pengesahan UU Cipta Kerja. SP/Julian

 

Aksi Tolak UU Cipta Kerja Ricuh di Surabaya

Baca Juga: Dispendik Gandeng Dispendukcapil Filter Penduduk Dadakan

 

SURABAYAPAGI.COM, Surabaya – Aksi unjuk rasa penolakan Undang-Undang Omnibus Law Cipta Kerja yang disertai dengan sikap mosi tidak percaya pada DPR, di Surabaya, Kamis (8/10/2020), juga diwarnai kericuhan. Sejak pukul 13:30 WIB hingga Kamis malam tadi, ribuan massa yang tersebar di beberapa titik, seperti depan Gedung Negara Grahadi Jalan Gubernur Suryo, Jalan Basuki Rachmat, dan Jalan Pahlawan di Kantor Gubernur, juga ricuh. Bahkan, pagar Gedung Negara Grahadi jebol. Beberapa fasilitas umum dan sejumlah taman di Basuki Rachmat, Jalan Gubernur Suryo hingga Panglima Sudirman juga rusak parah. Sampai-sampai, Kamis malam, Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini pun marah-marah kepada pendemo yang masih berkeliaran. Namun, tak terlihat Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa. Bahkan yang menemui pendemo dari elemen buruh dan mahasiswa, justru Sekretaris Daerah Provinsi (Sekdaprov) Ir Heru Tjahjono.

Dari pantauan Surabaya Pagi di lapangan, Wali Kota Tri Rismaharini Kamis malam tadi sekitar pukul 19:00 WIB, Wali Kota Surabaya Risma marah-marah ke salah satu aksi demo.  Berlokasi di depan Hotel Inna Simpang Surabaya, Risma kesal karena para pendemo merusak fasilitas yang ada sekitar Gedung Grahadi Kota Surabaya.

Salah satu pendemo yang berasal dari Kota Madiun diomeli Risma habis-habisan. Sebab ia mengaku bila telah membangun Kota Surabaya dengan susah payah.

"Rek, Aku iki bangun ini semua buat rakyatku, kok kamu gak rusak kotamu sendiri?! Aku belain wargaku setengah mati kenapa kamu kesini? Kamu tega sekali! Aku bangun kota ini setengah mati tahu, tanganku patah belain wargaku. Kenapa kamu hancurin? Tega sekali kamu!," teriak Risma, sambil melotot dihadapan banyak orang dengan mengenakan helm warna hitam, masker mata.

Pendemo tersebut hanya tertunduk mendengar omelan Risma yang disaksikan banyak orang. "Rumahmu mana? di madiun? Tega sekali kamu aku setenagh mati bangun kota ini! Kamu pikir aku enak-enakan bangun kota ini, tak belain wargaku, kamu risak kayak gini. Kenapa kamu kesini? Aku tanyak kenapa kamu keseni, kenapa?," pungkasnya.

 

Sekdaprov Gantikan Gubernur Khofifah

Situasi yang berbeda saat di Kantor Gubernur Jawa Timur di Jalan Pahlawan. Massa pendemo yang hendak berorasi di depan Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa, justru dibuat kecewa. Bahkan, saking kecewanya, Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Timur Ir Heru Tjahjono sempat dilempari botol oleh massa pendemo.

"Mohon maaf Ibu Gubernur tidak ada di tempat, jadi saya yang mewakili," kata Heru, di hadapan para demonstran.

Dalam kesempatan itu, Heru menyampaikan sikap terkait tuntutan pendemo menolak Omnibus Law UU Cipta Kerja. Pemprov Jatim, kata dia, akan meneruskannya ke pemerintah pusat. "Dengan ini kami akan teruskan aspirasi kawan-kawan ke pemerintah pusat. Kami akan segera kirim surat ke pusat," jelasnya.

Mendengar pernyataan Heru, para demonstran langsung melempar botol dan batu ke arah Heru. Pedemo diduga tidak puas dengan sikap Pemprov Jatim.

Massa berteriak, menginginkan Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa yang menemui pedemo secara langsung. Hujan lemparan botol air mineral terjadi selama beberapa detik. Tidak lama, petugas keamanan langsung menenangkan massa.

 

Buruh: Tak Seperti Pakde

Bahkan, dari pantauan Surabaya Pagi, ada yang nyeletuk di salah satu kerumunan, bila Gubernur Khofifah tidak seperti Gubernur era Pakde Karwo. “Walaah, mbiyen jaman Pakde (Karwo, red) selalu ditemui. Ini Bu Gubernure kok gak ada. Gak ada opo gak wani nemui buruh?!” celetuk salah satu massa yang memakai baju serikat pekerja.

Sekjen Federasi Serikat Pekerja Metal Indonesia (FSPMI), Jazuli, mengaku kecewa. Karena Khofifah tidak menemui pedemo. "Buat apa kita ke gubernur, gubernur lari tidak ada di sini," kata Jazuli.

Ia mengingatkan, selama ini yang membangun Jawa Timur adalah pajak rakyat. Sudah semestinya gubernur menemui rakyat. "Jangan berlaku seperti itu. Mungkin kalau gubernur tidak peduli dengan rakyat. Mungkin kita anggap saja tidak ada pemerintah di Jatim. Mungkin akan ada banyak aksi buruh di jalan-jalan," jelasnya.

 

Awal Kericuhan

Baca Juga: Manfaatkan Aset, Pemkot Surabaya Bangun 8 Lokasi Wisata Rakyat 

Sementara, para demonstran yang menuntut mosi tidak percaya di Surabaya, sudah memadati Jalan Yos Sudarso, dan Jalan Gubernur Suryo, sejak pukul 13:00 siang WIB. Bahkan, mereka sempat melempari Gedung DPRD Kota Surabaya dengan berbagai botol dan tongkat.  Beberapa staf dari DPRD Kota Surabaya dan kendaraan anggota DPRD pun juga terkena lemparan tersebut.

Beberapa aksi demo juga memasang spanduk didepan gedung DPRD Kota Surabaya sebagai salah satu buntut kekecewaan para aksi demo. Salah satu aksi demo yang tidak ingin disebut namanya mengaku bila dirinya rela harus bertempur agar tuntutan dapat dipenuhi.

"Pokoknya kudu tempur, harus. Kami kembali ke Grahadi lanjut aksi. Pokoknya tutuntan kami harus dipenuhi," celetuknya sembari teriak.

Sekitar pukul 14:00 WIB, massa pun merangsek di depan Gedung Negara Grahadi. Sesampai di tempat pertemuannya Gubernur Jawa Timur, massa mulai membuat kericuhan. Mereka juga membakar tong sampah dan pembatas jalan.

Sebagian juga sempat melempat botol minuman air mineral dalam kemasan hingga merusak pagar kawat yang telah dipasang oleh kepolisian.

Puncak kericuhan terjadi ketika demonstran berhasil merengsek masuk ke halaman gedung grahadi. Beruntung, petugas keamanan dari TNI dan Polri dengan alat pengurai massa berhasil membubarkan barisan massa.

 

Orasi Mahasiwa-Buruh

Tensi unjuk rasa menurun ketika terdengar suar adzan ashar. Mereka kemudian duduk dan tidak melanjutkan aksi unjuk rasa. Namun, mereka melanjutkan kembali dengan berorasi dan menyampaikan kritik terhadap DPR pusat yang dianggap telah merugikan masyarakat dan buruh.

Salah satu Mahasiswa Seniman Surabaya, Budi (27), menyatakan, menolak undang undang tersebut karena dampaknya yang begitu besar. "Ini menyerang semua aspek. Dari pekerja, petani, hingga masyarakat," teriaknya.

Baca Juga: Dampingi Siswa Inklusi, Guru di Surabaya Diberi Pembekalan

Ia berharap pemerintah segera mencabutnya. Jika tidak dituruti, ia mengancam akan menggelar aksi seni di jalanan dalam jumlah yang besar.

Sementara itu, Kapolrestabes Surabaya, Kombes Pol Jhonny Eddison Izir, menenangkan peserta melalui pengeras suara agar tertib dan damai.

Sekitar pukul 15.30 WIB terserang tembakan gas air mata yang membubarkan aksi massa. Tebakan terus berulang-ulang dan memaksa massa untuk mundur.


Pelajar Bikin Ricuh

Hingga Kamis (8/10/2020) malam, aksi massa masih berkumpul. Bahkan aksi vandalisme masih terjadi. Dimana, aksi tersebut didominasi para remaja yang diduga masih pelajar. Bahkan,ada yang berseragam putih abu-abu. Mereka beringas merusak beberapa kendaraan polisi dan melempari batu dan benda-benda tumpul, hingga bom Molotov ke arah petugas kepolisian.

Polisi mengerahkan kendaraan Taktis Gas Air Mata, lalu menembakkan ke arah massa beberapa kali untuk memecah konsentrasi. Polisi pun berhasil memukul mundur massa pengunjuk rasa hingga tidak lagi terkonsentrasi baik di Jalan Pemuda maupun di Jalan Panglima Sudirman.

Setelah steril dari massa pengunjuk jalan, tampak sisa-sisa sejumlah material yang dibakar saat kerusuhan terjadi di Jalan Pemuda maupun Jalan Panglima Sudirman.

Sejumlah fasilitas Pemkot Surabaya seperti bak sampah yang tersedia di jalan, juga sebagian pot-pot bunga di sepanjang jalan terlihat berserakan.

Puluhan remaja itu pun berhasil diamankan. Anggota kepolisian berhasil menyita beberapa barang bukti yang diduga akan dibuat sebagai alat prasarana saat unjuk rasa, barang bukti yang berhasil diamankan berupa bom molotof, kembang api, batu dan bola golf.

Kanit Tipidek Satreskrim Polrestabes Surabaya AKP Teguh saat ini anggota berhasil mengamankan sekitar 90 remaja yang diduga menyusup kedalam aksi unjuk rasa. "Ya benar, saat ini kami berhasil mengamankan sekitar 89 puluh remaja. saat ini masih dilakukan pendataan," kata AKP Teguh, kemarin. byt/tyn/byb/jul/rko/ce2/rmc

Editor : Moch Ilham

BERITA TERBARU