Home / Surabaya : Warga Tionghoa Surabaya Sambut Imlek

Cap Go Meh bukan Sekedar Makanan

author surabayapagi.com

- Pewarta

Senin, 04 Feb 2019 09:00 WIB

Cap Go Meh bukan Sekedar Makanan

Suasana tahun baru Imlek 2570 semakin terasa di kota Surabaya. Tak hanya di kampungan pecinan yang berhias lampion dan ornamen lain yang serba merah. Kelenteng-kelenteng sebagai tempat peribadatan mereka juga dipercantik pernak-pernik khas China. Semua itu dipersiapkan untuk menyambut tahun baru China atau Imlek yang bakal dirayakan Selasa (5/2/2019) besok. ----- Prila Sherly-Findia Putri, Wartawan Surabaya Pagi Di Kelenteng Sanggar Agung berlokasi di Kenjeran, misalnya. Kelenteng yang terkenal di Surabaya ini tak hanya tempat sembahyang warga keturunan Tionghoa, tapi juga menjadi destinasi wisata. Tak heran jika tempat ini dihias suasana Imlek. Terlihat beberapa petugas sedang memasang lampion-lampion kecil di atas pintu. Selain itu, pembersihan dilakukan di kawasan klenteng. Sedang beberapa pengunjung terlihat sedang melakukan sembahyang bersama keluarganya. Sayangnya, tidak ada seorang pun pengurus yang bisa ditemui di kelenteng ini. Menurut petugas di sana, tidak ada khusus saat Imlek nanti. Tidak ada yang khusus melainkan hanya sembahyang biasa untuk hari Imleknya, ujar petugas tersebut di Kelenteng Sanggar Agung, Kenjeran, Minggu (3/2/2019). Kelenteng Hok An Kiong di Jalan Coklat, juga dihiasi puluhan lampion dan pernak-pernik lain guna menyambut Imlek. Kelenteng ini disebut-sebut kelenteng tertua di Surabaya, berdiri sejak tahun 1821. Kelenteng yang juga disebut Kelenteng Sukhta Loka ini memiliki ciri khas, yaitu adanya satu patung bernama Dewi Ma Tjo Poh atau Dewi Bahari, yang sudah berumur ratusan tahun. "Kami merayakan sederhana sekali, dari tahun ke tahun seperti itu. Tidak ada persiapan khusus," ucap Edi Yuwono, pengurus Kelentheng Hok An Kiong. Menurut dia, pada perayaan Imlek, kelenteng ini hanya akan mengadakan ramah tamah dengan membagikan makanan ringan. Namun biasanya mereka yang datang ke kelenteng, bisa dari kota Surabaya maupun luar kota. Meski begitu, pihaknya tetap melakukan persiapan. Misalnya, bersih-bersih kelenteng sejak 10 hari sebelum Imlek. Bahkan, sebulan sebelum Imlek sudah mulai dibersihkan. Tidak ada ritual khusus dalam pembersihan di kelenteng ini, ujarnya. Mengenai patung Dewi Ma Tjo Poh, Edi menceritakan, patung ini dulunya dibawa oleh saudagar Tiongkok yang sering berlayar ke Surabaya. "Kepercayaan saudagar itu kebetulan ke dewi Ma Tjo Poh, tiap beliau berlayar, selalu membawa patung dewi Ma Tjo Poh, terakhir, ketika ia merasa tua dan tidak bisa berlayar kemana-mana lagi, patung Ma Tjo Poh itu dititipkan disini," ungkapnya. Area Pecinan Sepi Sementara itu, Kya- kya sebagai salah satu ikon pecinan di Surabaya tampak sepi menjelang perayaan Imlek. Area Kembang Jepun yang menjadi pusat pertokoan, Minggu (3/2) kemarin, tak tampak ada kegiatan. Baik itu kegiatan jual-beli maupun kegiatan lain. Pemandangan serupa juga terjadi pada beberapa jalan sekitar Kembang Jepun. Seperti di Jalan Karet, Jalan Teh dan Jalan Coklat juga tak nampak kegiatan apapun. Sedang di kampung Tambak Bayan, jalanan kampung sudah dihias berbagai pernak penik Imlek. Mulai bola lampion besar dan kecil, hingga miniatur babi. Mengingat tahun 2019 ini merupakan tahun babi tanah. Agus, petugas keamanan sekitar mengungkapkan hal ini memang biasa terjadi menjelang perayaan Imlek. "Memang kalau menjelang Imlek biasanya seperti ini (sepi). Semua toko tutup, soalnya koko-nya lagi persiapan Imlek," ungkap Agus. Tidak adanya kegiatan di area pecinan ini biasanya terjadi hingga H+2 perayaan Imlek. Festival Budaya Sementara itu, Ketua Pengurus Daerah Perhimpunan Indonesia Tionghoa (Inti) Jawa Timur, Gatot Seger mengungkan pihaknya sudah berencana menggelar event menyambut Imlek. Diantaranya Cap Go Meh di Kampung Parikan. Gatot berharap agar Imlek nantinya menjadi milik nasional yang bisa dinikmati oleh semua lapisan masyarakat, bahkan juga kaum terpinggirkan. Untuk di tanggal 5 Februari sendiri, Richard selaku Pengurus Daerah Perhimpunan Indonesia Tionghoa (Inti) Jawa Timur mengaku tidak adanya acara khusus. Sebab ormas lainnya telah melakukan. Rencananya, Inti bekerjasama dengan Hotline Surabaya akan mengadakan Festival Dwi Manunggal Budaya yang akan jatuh pada tanggal 17 atau 19 Februari mendatang. Nantinya akan ada event budaya bernuansa keagamaan yaitu seperti pertunjukkan Barongsai, cerita sekilas Imlek agar tidak terlupakan oleh masyarakat, atraksi, dialog-dialog bersama, dan masih banyak lagi di acara Cap Go Meh nantinya, lanjut Gatot Seger. Tidak hanya itu, Richard menambahkan akan adanya wayang yang menceritakan mengenai Cap Go Meh. Richard menyampaikan festival tersebut akan mengingatkan kembali budaya Cap Go Meh seperti penjelasan sejarahnya, meskipun nama itu telah lekat di telinga masyarakat sebagai makanan. Namun, sebenarnya lebih dari sekedar makanan, sehingga festival nantinya akan mengenalkan kembali. n

Editor : Redaksi

Tag :

BERITA TERBARU