Cara Risma Dipertanyakan

author surabayapagi.com

- Pewarta

Minggu, 02 Feb 2020 23:32 WIB

Cara Risma Dipertanyakan

Anggaran Meningkat Setiap Tahun, Banjir di Surabaya Masih Parah. Anggota DPRD Sebut Pemkot hanya Pindahkan Titik Banjir SURABAYA PAGI, Surabaya Banjir parah yang terjadi hingga kampung-kampung kota Surabaya, pada Jumat (31/1/) - Sabtu (1/2/2020) lalu, masih menjadi pembicaraan publik. Bahkan, kini warga yang tinggal di Surabaya barat merasa ketar-ketir, lantaran kawasan ini kerap menjadi langganan banjir. Apalagi, proyek saluran diversi Gunungsari (box culvert) di Sememi dan Tanggul Kali Lamong, belum sepenuhnya selesai. Ini yang kemudian memantik pertanyaan, anggaran banjir yang dialokasikan dalam APBD meningkat, namun masalah banjir tak kunjung dituntaskan Walikota Tri Rismaharini. Padahal masa kepemimpinan Risma bakal berakhir Februari tahun depan. Anggota DPRD Kota Surabaya meminta agar Walikota Risma bertanggung jawab. Pasalnya, kinerja Pemkot Surabaya dalam mengatasi banjir terkesan hanya memindahkan titik banjir. ------------- Setelah diguyur hujan deras pada akhir pekan kemarin, kota Surabaya dikepung banjir. Tak hanya jalan utama seperti sepanjang Frontage A Yani hingga flyover Wonokromo, yang biasanya tak banjir, malah tergenang air hingga setinggi 40-40 centimeter. Bahkan banjir menggenangi Rumah Sakit Islam (RSI) Wonokromo. Belum lagi kampung-kampung yang juga dilanda banjir, seperti di kawasan Simo dan Banyu Urip, Ketintang, Ngagel, Bratang, dan daerah lainnya. Bahkan, sejumlah rumah anggota DPRD turut kebanjiran. Banjir ini rupanya membuat warga di pinggiran Surabaya Barat khawatir. Terutama, warga Kecamatan Pakal dan Benowo yang setiap tahun menjadi langganan banjir. Kekhawatiran warga Kelurahan Sumberejo, Kecamatan Pakal, bukan tanpa dasar. Mereka khawatir lantaran tanggul Kali Lamong masih belum selesai. Meski beberapa hari lalu tidak banjir, warga khawatir lantaran hujan beberapa hari terakhir karena tidak begitu deras. Seperti disampaikan Nurul Huda, warga Sumberejo mengatakan jika hujan turun sangat deras dalam beberapa jam, bisa membuat Kali Lamong meluap. Meski ada pompa air yang sudah dibangun, air Kali lamong bisa meluber karena tanggul yang dibangun Pemkot Surabaya belum selesai. "Ini separuh saja belum mas, kalau hujan deras di Surabaya Barat, pasti meluap. Kemarin disini gak begitu deras mas. Ya meski sudah ada pompa, warga juga khawatir se mas," kata Nurul Huda sambil menunjukkan bangunan Tanggul Kali Lamong di Kelurahan Sumberejo, Kecamatan Pakal, Kota Surabaya, Minggu (2/2/2020). Huda dan warga Sumberejo lainnya berharap Pemerintah Kota Surabaya segera menyelesaikan Tanggul Kali Lamong, agar warga yang setiap tahun menjadi pelanggan banjir tak lagi mengalami kebanjiran lagi. "Ya saya harap bisa selesai secepatnya mas. Biar kita iji gak kebanjiran lagi," cetus Huda. Selain warga Kecamatan Pakal, warga Kelurahan Sememi, Kecamatan Benowo juga merasakah khawatir akan adanya banjir. Sebab, pembangunan box culvert yang tak kunjung selesai bisa menyebabkan banjir. "Yang kemarin sempat banjir mas, ya sekitar 20-30 cm lah kalau di jalan raya. Yang paling sering itu ya di Manukan Tama," ucap Kusnan, warga Sememi, yang ditemuiSurabaya Pagi secara terpisah. Meski hanya 20-20 cm, lanjut Kusnan, jalanan di Sememi, menjadi banyak lumpur akibat tanah liat yang terkena air. Tentu saja hal itu membahayakan bagi pengguna jalan raya. "Ya selain banjir, jalanan menjadi licin mas. Saya harap pemkot segera menyelesaikan box culvert disini mas," paparnya. Masalah Saluran Anggota Komisi C DPRD Surabaya, William Wirakusuma, mengungkapkan, anggaran yang digelontorkan untuk Dinas PU dan Pematusan secara total pada APBD 2020 sebesar Rp 1,3 triliun. Hanya saja, politisi PSI itu tidak ingat secara persis berapa anggaran untuk penanggulangan banjir. Namun, berdasarkan catatanSurabaya Pagi, anggaran yang disediakan untuk menanggulangi banjir ini di kisaran Rp 600-an miliar setiap tahun. Menurut William, banjir yang terjadi selama dua hari (Jumat, 31/1 -Sabtu, 01/2) tersebut terjadi karena ada permasalah teknis di lapangan, seperti saluran drainase yang belum tersambung sepenuhnya. Ada juga yang sudah tersambung, tapi salurannya menyempit. "Ada saluran yang belum nyambung, jadi airnya meluap. Ada juga saluran yang sudah nyambung tapi menyempit. Jadi ya tetap meluap," ungkap William. Oleh sebab itu, sambung William, Komisi C DPRD Surabaya mendesak Pemkot untuk segera menyelesaikan proyek drainase. Pasalnya, menurut informasi dari BMKG, bulan Februari - Maret adalah puncak musim hujan. "Kami dari Komisi C sudah mendesak Pemkot. Ada beberapa proyek yang dilelang pada awal tahun kemarin. Butuh proses. Tapi harus dipercepat kalau tidak ingin banjir terulang," harap William. Pindahkan Titik Banjir Anggota DPRD Surabaya lainnya, M Machmud mengaku tidak habis pikir mengapa masih saja terjadi banjir. Sebelumnya, pada pertengahan bulan Januari, sebagian Kota Surabaya juga sempat dilanda banjir. Hanya saja, ketika itu banjir diketahui cepat surut. Walau begitu, politisi Partai Demokrat ini punya pendapatnya sendiri. "Rupanya, tidak seperti yang disebarkan di medsos," sindir Machmud. "Yang namanya antisipatif, responsif itu sebelum terjadi sudah dicegah. Tapi ini kan banjir dulu baru direspon," tambahnya. Oleh sebab itu, dirinya berpendapat kalau program penanggulangan banjir di Kota Surabaya ini ada yang tidak berjalan dengan semestinya. Padahal, anggaran yang digelontorkan untuk menangani banjir selalu meningkat setiap tahunnya. "Namun yang terjadi, banjirnya juga malah meningkat," tukas Machmud lagi. "Yang dilakukan pemkot ini sama saja dengan memindahkan titik banjir saja." Di samping itu, Machmud juga menuding kalau perencanaan yang dilakukan oleh pemkot tidak maksimal. Buktinya, banjir malah terjadi di titik-titik lainnya. Lantaran itu, di masa mendatang dia berharap pemkot bisa membuat perencanaan yang lebih baik, alih-alih pencitraan di ruang publik. Machmud mencontohkan ketika Pemkot Surabaya mengajukan anggaran untuk penanganan banjir di suatu titik, biasanya kemudian terjadi banjir parah di titik yang lain. "Ini menujukkan perencanaan penanganan banjir yang dilakukan Pemkot Surabaya tidak benar. Gak pinter itu orang-orang di bagian perencanaan kota," ucap mantan jurnalis yang sempat menjadi Ketua DPRD Kota Surabaya. "Kalau sudah terjadi banjir, baru tampak belangnya. Ini kerja bener atau pencitraan? Kasihan rakyatnya," lanjut Machmud menegaskan. Diminta Tanggung Jawab Banjir yang melumpuhkan jalanan Surabaya itu juga mendapat sorotan Buchori Imron, anggota Komisi C DPRD Kota Surabaya lainnya. Menurutnya selama ini Pemkot Surabaya khususnya Dinas PU Bina Marga dan Pematusin ini kurang memperhatikan kebutuhan masyarakat. Bahkan, ia beranggapan dinas yang dipimpin Erna Purnawati ini terlalu mengesampingkan masukan dari masyarakat. Peran masyarakat itu sangat penting. Masyarajat tentu sangat tau liku-liku jalannya air, bagaimana jika masyarakat melakukan pengaduan khususnya ke PU, itu sangat kesulitan. Jangankan warga, wakil rakyat aja telphon saja sulit untuk dijawab, bagaimana memberikan masukan, padahal mereka akan tau kepentingan masyarakat jalannya air yang di Surabaya mulai dari di kampung-kampung itu dari warga surabaya, ungkapnya. Buchori sangat menyayangkan banjir di Surabaya, mengingat anggaran yang cukup besar mencapai 1,3 triliun ini tidak dimanfaatkan benar oleh PU Bina Marga dan Pematusan untuk menangani banjir di Surabaya. Kami menyayangkan betul, kemaren itu hujan baru 2 jam, tidak seperti Jakarta 10-12 jam. Kalau Surabaya ini hujan seperti di Jakarta, mungkin Surabaya akan tenggelam semua. Bisa dibayangkan apa akan terjadi, papar politisi PPP ini. Ia mendesak agar Pemkot Surabaya memberikan pelayanan baik kepada masyarakat dengan melakukan pengwasan rumah pompa yang aktif dan memastikan semua jalanya air dari kampung dan proyek boxculvet terkoneksi dengan baik. Buchori juga meminta Pemkot Surabaya bertanggungjawab atas bajir di Surabaya. Pemkot harus juga bertanggung, hujan ini masih jauh, musim hujan masih panjang, kami harapkan bagaimana kerja yang baik untuk ke depana, tandasnya. Pemkot Antisipasi Sementara itu, Pemkot Surabaya menyebar personel gabungan di beberapa titik guna mengantisipasi adanya peringatan dini berupa cuaca ekstrem dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG). "Penyebaran personel sudah kita lakukan, sekitar 25-50 personel di setiap titik," kata Kepala Badan Penanggulangan Bencana dan Perlindungan Masyarakat (BPB Linmas) Kota Surabaya, Eddy Christijanto, Minggu (2/2/2020). Menurut dia, peringatan dini yang disampaikan pada situs resmi BMKB yaknibmkg.go.id itu menyebut diprediksi akan terjadi cuaca ekstrem di 26 provinsi di Indonesia, termasuk di Surabaya. Personel gabungan tersebut terdiri dari Badan Penanggungan Bencana (BPB) Linmas, Satpol PP, dan Satgas PU Bina Marga dan Pematusan serta personil dari Dinas Kebersihan Ruang Terbuka Hijau (DKRTH) Surabaya. Personil-personil itu disebar di titik-titik yang diprediksi masih akan ada genangan. Adapun beberapa titik yang menjadi pusat perhatian pemkot itu di antaranya adalah Kupang Jaya, HR. Muhammad, seputaran Opak, Wonokromo depan RSI, Ahmad Yani dan Margorejo. Sedangkan di pusat kota diantaranya di Bubutan, Gubeng, dan juga Jalan Semarang dan sekitarnya. "Beberapa titik yang sempat tergenang saat hujan deras, sudah dilakukan normalisasi saluran oleh Dinas PU Bina Marga dan Pematusan, sehingga kami harapkan kembali normal," katanya.n jem/alq/rga

Editor : Redaksi

Tag :

BERITA TERBARU