Home / Sejarah Suroboyo : Melongok Rumah Guru Bangsa HOS Tjokroaminoto di Pe

Cermin Bung Karno Berlatih Pidato, Masih Ada

author surabayapagi.com

- Pewarta

Jumat, 01 Feb 2019 09:30 WIB

Cermin Bung Karno Berlatih Pidato, Masih Ada

Kebangetan jika kita tidak mengenal HOS Tjokroaminoto. Ia dikenal salah satu pelopor pergerakan di Indonesia dan sebagai guru pemimpin-pemimpin besar di tanah air. Kini masyarakat luas bisa mengenal lebih dalam sambil berwisata sejarah. Sebab rumah berasitektur Jawa yang berada di Jalan Peneleh, Surabaya itu kini disulap menjadi museum yang memuat sejarah perjuangan HOS Tjokroaminoto. Apa menariknya? ----- Julian Romadona, Wartawan Surabaya Pagi Bendera merah putih berkibar di halaman, seolah siap menyambut para tamu yang berkunjung ke sebuah rumah yang terletak, di Jalan Peneleh gang VII Nomor 29-31, Kecamatan Genteng, Kota Surabaya. Begitu menginjakan kaki di teras rumah berwarna kuning, sebelum melewati pintu masuk, pengunjung dapat langsung mengatahui bahwa rumah tersebut merupakan tempat tinggal guru para pendiri bangsa, Raden Hadji Oemar Said Tjokroaminoto, begitu nama lengkap H.O.S Tjokroaminoto. **foto** Sekilas dari luar, rumah Tjokroaminoto tersebut memang terlihat hanya memiliki satu lantai. Tetapi sebetulnya ada ruangan lebar di bagian atap yang dulunya digunakan sebagai tempat tinggal tokoh nasional yang kos di sana. Di bagian atas tersebut, tiga buah tikar tertata rapi di atas lantai yang terbuat dari kayu. Di sana juga terdapat sebuah cermin yang disebut-sebut sebagi tempatnya Soekarno alias Bung Karno berlatih pidato. Tjokroaminoto tinggal bersama istrinya, Suharsikin, dan putra putrinya di rumah tersebut kurang lebih 14 tahun, tepatnya dari 1907 hingga 1921. Selain Presiden pertama RI, beberapa tokoh yang juga pernah menuntut ilmu dari sang guru seperti Semaoen, Alimin, Muso, Kartosuwiryo, hingga Tan Malaka. Saat berada di ruang tamu, foto-foto dari beberapa tokoh nasional terpajang di dinding. Ada pula foto tokoh lainnya seperti A.M. Sangadji, Agus Salim, K.H. Mas Mansur, Ahmad Dahlan, dan Ernest Douwes Dekker. "Jadi ruang tamu ini dulunya sering dijadikan tempat untuk berdiskusi atau rapat. Apalagi beliau kan juga ketua Sarekat Islam," kata Ahmad Yanuar Firmansyah (27), petugas penjaga Rumah Tjokroaminoto dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Surabaya, Kamis (31/1/2019). Selain pajangan foto-foto para tokoh nasional, di ruangan tersebut juga terdapat properti lain seperti meja, kursi, dan lemari. Namun semua properti bukan perabot yang sejak dulu ada tetapi pengadaan dari Pemkot Surabaya. Ketika mendapatkan aset rumah bersejarah tersebut, rumah dalam keadaan kosong. Pemkot pun berupaya mengadakan dan meletakan barang-barang yang didesain menyerupai apa yang dugunakan Tjokroaminoto dulu. Berlanjut ke ruangan tengah. Ruangan tengah ini terbagi menjadi tiga ruangan atau area. Ruangan pertama dan kedua diisi penjelasan singkat terkait penjalanan Tjokroaminoto. Mulai kelahirannya di Ponorogo pada 16 Agustus 1882, kelulusannya dari Opleiding School Voor Inlandsche Ambtenaren (OSVIA), perjalanananya di Surabaya hingga mendirikan Sarekat Islam (SI), serta bagaimana kegigihan perlawanannya terhadap penjajah. **foto** Sementara ruangan ketiga merupakan kamar pribadinya Tjokroaminoto. Beranjak ke ruangan paling belakang dari bangunan berukuran 10 meter x 20 meter tersebut. Di sana diisi pajangan foto dari para tokoh nasional yang pernah kos di rumah itu. "Ada fotonya Bung Karno, Kartosoewirjo, Semaoen, Alimin, dan Muso. Ya mereka ini yang pernah kos di sini," sebut Yanuar. Yanuar menegaskan, kebersihan dan perawatan di museum tersebut memang sangat diperhatikan. Tujuannya agar para pengunjung yang mendatangi tempat tersebut, tak terkecuali yang hendak belajar sejarah, bisa lebih nyaman. Yanuar mengaku, sampai saat ini cukup banyak yang tertarik mendatangi tempat tersebut. Tidak saja pelajar, tetapi juga masyarakat umum. Menurut Yanuar, setiap bulannya rata-rata ada sekitar 400 pengunjung. Sementara pada momen-momen tertentu seperti 17 Agustus, atau Hari Pahlawan, pengunjung bisa mencapai 1.000 orang per bulan. Sementara cucu HOS Tjokroaminoto, Harjono Sigit mengaku senang dan bangga karena rumah kakeknya dapat dimanfaatkan banyak orang. "Saya senang tentu saja dan bangga semoga bisa dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya," kata Harjono. n

Editor : Redaksi

Tag :

BERITA TERBARU