Home / Kriminal : Terekam CCTV Rusun Tanah Merah, Polres Tanjung Per

Dua Pelaku Di-DPO

author surabayapagi.com

- Pewarta

Senin, 13 Mei 2019 08:39 WIB

Dua Pelaku Di-DPO

Firman Rachman-Hermi, Tim Wartawan Surabaya Pagi Pembunuhan yang terjadi di kawasan Tanah Merah, Surabaya, Jumat (10/5/2019) malam kemarin, membuat geger warga sekitar. Korban pembunuhan diketahui, seorang wartawan mingguan Gegana Indonesia, yang beristri dua. Hingga Minggu (12/5/2019) malam tadi, pihak kepolisian telah mendeteksi pelaku yang membunuh Soeprayitno (53) dengan luka bacok di sekujur tubuhnya. Pelaku dipastikan dua sosok laki-laki yang terekam CCTV milik rusun di kawasan Tanah Merah. Ini berdasarkan keterangan para saksi yang meyakini bahwa kedua laki-laki itu adalah sosok yang terlibat adu mulut dengan korban, pada Jumat (10/5/2019) malam. Hal itu diungkapkan AKBP Antonius Agus Rahmanto Kapolres Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya Minggu (12/5/2019). AKBP Antoinus Agus menjelaskan, sudah berhasil mengantongi identitas para pelaku dan langsung memasukkan dalam daftar pencarian orang (DPO). "Kami mencari petunjuk-petunjuk yang ada sampai akhirnya menuju ke rumah keluarga yang berada di Rusun Tanah Merah tersebut dan lokasinya tak jauh dari TKP. Kami mendapatkan CCTV dan keterangan yang berharga untuk kepentingan penyelidikan," kata Agus, kepada Surabaya Pagi, Minggu (12/5/2019). Agus mengatakan, kedua terduga pelaku ini sempat mencari keberadaan korban di rusun keluarga istrinya. Tapi karena korban tidak ada di tempat, akhirnya kedua pelaku keluar. Keluarga korban mengaku tidak kenal dengan dua laki-laki itu. Terekam CCTV Rusun Dari rekaman CCTV itu, Agus menggambarkan bahwa kedua terduga pelaku memakai topi. Terduga pelaku pertama menggunakan jaket dan tampak menyembunyikan sesuatu di dalamnya, yang diduga adalah senjata tajam untuk membunuh korban. Sedangkan terduga kedua, perawakannya lebih besar dari satunya. "Pelaku ini sempat mencari-cari korban di rusun itu. Mereka gak tau kalau korban dengan istrinya sudah bercerai. Makanya korban tidak ada disitu. Lalu mereka keluar dari rusun itu. Saat kami tanyakan ke pihak keluarga, mereka mengaku tidak tahu siapa mereka," kata dia. Meski sudah mengantongi identitas pelaku, lanjut dia, kedua pelaku diperingatkan untuk segera menyerahkan diri. Apabila mereka mau menyerahkan diri secara baik-baik, akan ada pertimbangan hukum saat peradilannya nanti. Tetapkan DPO Dia juga berpesan kepada masyarakat, apabila ada yang mengenal atau mengetahui keberadaan dua orang terduga pelaku ini untuk menghubungi pihak Polres Pelabuhan Tanjung Perak. "Nantinya apabila menyerahkan diri pihaknya akan mempertimbangkan hak-haknya untuk proses pengadilan. Untuk masyarakat kalau ada yang mengenal mereka, silahkan menghubungi hotline kami di 081913707070. Tentunya ini sekecil apapun informasi sangat berharga bagi kami sehingga penangkapan pelaku bisa dipercepat," kata dia. Surat Tugas Wartawan Habis Agus juga menjelaskan jika korban sudah tidak lagi menjadi wartawan seperti yang diketahui sebelumnya. Sebab, dari surat tugas itu terbaca jika masa berlakunya sudah habis sejak Februari 2019 lalu. "Bukan wartawan lagi ya," singkatnya. Dari informasi yang didapat Surabaya Pagi di lokasi kejadian Jumat malam, bahwa Soeprayitno mendapat surat tugas dari Pemimpin Umum media Gegana Indonesia, Soedarsono. Korban mendapat tugas menjadi Koordinator Lapangan Nasional media Suara Gegana Indonesia, yang berlamat di Kandangan Gunung Darma II Nomor 55 Surabaya. Dalam surat tugas itu alamat Soeprayitno di Sidotopo Wetan No. 198-B, RT07 RW 05 Sidotopo Wetan, Kenjeran, Surabaya. Dan surat tugas Soeprayitno pun telah berakhir pada 28 Februari 2019. Adu Mulut Korban dan Pelaku Menurut keterangan warga sekitar, Soeprayitno baru saja turun dari ibadah tarawih. Ia sempat nongkrong di sebuah warkop Tanah Merah Gang I yang tak jauh dari lokasi ditemukan jenazahnya. Dari informasi beberapa saksi mata yang ditemui Surabaya Pagi Jumat malam, ada tiga orang pria menggunakan dua motor mengejar korban. Salah satu diantaranya mengacungkan sebilah celurit, mengendarai motor Vario. Pria itu terlihat memiliki postur tubuh cukring dengan baju warna putih. "Korban itu dikejar, kemudian ada yang bawa celurit, itu disabetkan beberapa kali. Korban sempat berteriak minta tolong, tapi warga ketakutan," kata Muhib salah seorang warga. Lebih lanjut, Muhib mengatakan jika korban memang kerap terlihat nongkrong di warkop. Salah seorang warga lainnya, Beni mengatakan, korban sempat melakukan perlawanan dengan menggunakan tiang jemuran milik warga sekitar. Namun bacokan yang bertubi-tubi membuat korban kewalahan hingga menghembuskan nafas di atas dipan bambu. "Sempat melawan, ada cek-cok juga, dikejar kemudian korban ambil besi jemuran. Tapi karena sudah luka, jadi korban sudah gak kuat lagi," kata Beni. Diduga Masalah Lahan Parkir Menurut keterangan warga lainnya yang tak ingin disebut, korban diduga pernah ada masalah terkait lahan parkir di wilayah Tanah Merah, namun itu sudah satu tahun lebih. Korban pun dikenal menjadi tim sukses Khofifah pada kontestasi pilkada 2018 lalu. Korban juga memiliki dua istri. Istri mudanya tinggal tak jauh dari lokasi ditemukannya jasad korban. "Istri mudanya itu namanya Jumaleha, nikah sirri mas," kata warga yang tak mau namanya disebut. Selain dikenal sebagai tim sukses Khofifah, warga juga mengenal korban sebagai wartawan Gegana Indonesia. Korban kerap mengunjingu Samsat dan Pengadilan Negeri bersama istri mudanya. Sering di Samsat sama Pengadilan mas, katanya sih wartawan gitu," kata warga Alamat Media Tidak Jelas Sementara, saat Surabaya Pagi menelusuri alamat kantor Suara Gegana Indonesia yang ditemukan dari surat tugas korban Soeprayitno, ternyata bukanlah kantor redaksi yang lumrah ditemukan seperti kantor redaksi media pada umumnya. Lokasinya ada di jalan Kandangan Gunung Darma II/55 Surabaya. Aksesnya pun cukup rumit, masuk kedalam gang-gang wilayah Surabaya barat itu. Saat tiba di alamat yang tertera sebagai kantor sekertariat Surabaya suara gegana Indonesia itu, hanya terlihat sebuah rumah sederhana. Rumah bercat biru dengan ukuran lebar sekitar enam meter itu diketahui milik Erika. Kepada Surabaya Pagi, Erika menyampaikan jika memang benar alamat yang tertera di surat tugas Suara Gegana Indonesia milik Soepriyanto korban pembacokan itu adalah rumahnya. Namun, media yang terbit Mingguan itu hanya meminjam alamat untuk keperluan surat menyurat. "Waktu itu hanya dipinjam sebagai alamat surat menyurat saja. Tidak ada apa-apa mas," kata Erika kepada Surabaya Pagi. Tak Ada Aktivitas Media Erika menyebut awal perkenalannya dengan pemilik media mingguan itu yang bernama Sudarsono. "Pak Sudarsono yang sering kesini. Dia hanya minta cetak kartu pers. Kartu anggota medianya itu. Terus saya dimintai buat alamat rumah saya dipakai alamat sekertariat. cuma itu saja," tambah Erika. Lebih lanjut, Erika menyebut jika dirinya sama sekali tidak mengenal korban pembacokan Tanah Merah, Soepriyanto. Ia juga mengakui jika tidak ada akifitas redaktoral di rumahnya. "Tidak ada kegiatan media sama sekali. saya cuma percetakan sejak 2013. Saya juga tidak kenal korban," lanjutnya. n

Editor : Redaksi

Tag :

BERITA TERBARU