Fluktuasi Masih Menghantui, Ini Desakan Para Pemerhati Petani

author surabayapagi.com

- Pewarta

Kamis, 03 Okt 2019 18:09 WIB

Fluktuasi Masih Menghantui, Ini Desakan Para Pemerhati Petani

SURABAYAPAGI.com - Masalah fluktuasi harga dan pasokan cabai di Indonesia masih terus bergeming. Tak ayal jika para petani terus mendesak pemerintah agar gercep (gerak cepat) untuk mengatasi masalah yang menyangkut kesejeahteraan petani cabai. Tak hanya petani, Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia mendesak pemerintah untuk segera membentuk kawasan klaster komoditas hortikultura khususnya cabai dengan berbasis potensi daerah. Sistem klaster dianggap menjadi solusi konkret untuk mengatasi masalah fluktuasi harga dan pasokan cabai di Indonesia. Selain itu, Asosiasi Agribisnis Cabai Indonesia (AACI) menilai usulan pembentukan klaster kawasan hortikultura khusus komoditas cabai perlu dilakukan. Namun, luaran dari klasterisasi kawasan harus memberikan dampak yang konkret bagi petani terutama dalam efisiensi pengeluaran dalam usaha cabai. Ketua Komite Tetap Hortikultura Kadin Indonesia, Karen Tambayong, mengatakan, pembentukan klaster setidaknya bisa menjadi kebijakan terdekat yang paling memungkinkan bagi pemerintah. Sistem kawasan cabai yang teratur dapat menjaga ketersediaan pasokan secara berkelanjutan dan pemasaran yang tepat. "Cabai di Jawa dan Sumatra saja beda karena masa panennya tidak sama. Harusnya bisa ditata. Tapi, siapa yang bisa menata itu?" kata Karen saat ditemui di Menara Kadin, Jakarta, Kamis (3/10). Sekjen AACI, Abdul Hamid, mengatakan, sementara ini kawasan klaster khusus cabai sudah ada di beberapa lokasi. Hanya saja, pengelolaan kawasan belum jelas dan tidak disertai dengan kepastian akses pasar dari cabai yang dihasilkan dari kawasan itu. "Sampai saat ini belum ada yang jelas. Kita sudah inisiasi agar ini bisa memperjelas pasar, misalnya bisa diserap langsung oleh indusri yang membutuhkan cabai," kata Abdul saat ditemui di Menara Kadin, Jakarta, Kamis (3/10). Meski demikian, Abdul menekankan, persoalan akses pasar tidak sederhana. Cabai yang dihasilkan petani harus bisa lebih murah tanpa mengurangi keuntungan yang diterima. Itu sebabnya, usaha cabai ke depan harus lebih efisien agar harga dapat ditekan sementara keuntungan terus tumbuh. Tanpa peningkatan efisiensi usaha, klaster tidak akan banyak berguna bagi petani. "Output dengan rata-rata harga cabai Rp 10-12 ribu petani sudah bisa untung. Jadi, produkvitiasnya harus banyak," ujarnya.

Editor : Redaksi

Tag :

BERITA TERBARU