Gegara Perlambatan Ekonomi China, Indonesia Kena Getahnya

author surabayapagi.com

- Pewarta

Minggu, 13 Okt 2019 16:13 WIB

Gegara Perlambatan Ekonomi China, Indonesia Kena Getahnya

SURABAYAPAGI.COM - Tahun depan China diprediksi akan mengalami laju pertumbuhan perekonomian yang melambat. Meskipun perang dagang saat ini telah mereda setelah AS dan China membuat kesepakatan mengenai pertania, mata uang dan tarif ekspor impor. Namun, ketidakpastian kapan perang dagang berakhir bisa menaji factor utama buruknya prospek ekonomi China ke depan. Disusul kondisi konsumsi domestik dan pertumbuhan investasi swasta yang ikut melemah. Perlambatan ini diperkirakan masih akan berlanjut dengan proyeksi pertumbuhan China terus menurun menjadi 5,9% pada 2020 dan 5,8% pada 2021. Arus perdagangan pada negara terpadat di dunia itu pun menukik tajam. Baru-baru ini, polling ekonom Reuters memperkirakan pertumbuhan ekspor China terkontraksi lebih dalam mencapai -3%. Selain itu, Bank Dunia juga telah menyampaikan proyeksi terbarunya untuk ekonomi Indonesia yang hanya akan tumbuh 5% tahun ini. Meski, pertumbuhan diperkirakan akan kembali membaik ke level 5,1% dan 5,2% pada 2020 dan 2021. Melihat statistic itu, Indonesia harus memasang kuda-kuda mulai sekarang agar tahun depan Indonesia sedikit lebih lega karena telah mempunyai amunisi apuh untuk menyelesaikan masalah ini. Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Suahasil Nazara mengatakan, perkiraan Bank Dunia tersebut tidak mengejutkan. Pasalnya, pemerintah juga memprediksi angka pertumbuhan yang tak jauh berbeda untuk Indonesia sepanjang tahun ini. Perkiraan kita pertumbuhan ekonomi 5,08% untuk full year. Sama saja pertimbangannya, kami melihat kondisi ekonomi dunia yang turun, ujar Suahasil saat ditemui, Jumat (11/10). Suahasil mengakui, perlambatan ekonomi dunia termasuk China memukul pertumbuhan Indonesia dari sisi ekspor barang dan jasa. Permintaan dari negara-negara lain lesu dan harga komoditas sumber daya alam yang menjadi andalan Indoensia pun tertekan mengakibatkan ekspor terkontraksi. Selain ke ekspor, dampak perang dagang juga menjalar ke (aspek) yang lain yaitu industri manufaktur kita, ujar Suahasil. Ini terlihat dari indeks Purchasing Managers Index (PMI) versi Nikkei untuk Indonesia yang berada di posisi 49,23 atau di bawah level ekspansif 50. Sementara, Bank Indonesia mencatat Prompt Manufacturing Index (PMI) kuartal III-2019 turun 0,62% menjadi 52,04%. Perlambatan ekspansi kegiatan usaha diprakirakan akan terus berlanjut di triwulan IV 2019, tercermin pada prakiraan PMI riwulan IV-2019 sebesar 51,90% yang lebih rendah daripada triwulan sebelumnya, terang BI beberapa hari lalu.

Editor : Redaksi

Tag :

BERITA TERBARU