Geger Kiamat, Polisi Kejar Penyebar Isu

author surabayapagi.com

- Pewarta

Jumat, 15 Mar 2019 10:55 WIB

Geger Kiamat, Polisi Kejar Penyebar Isu

Solehan Arif, Lestari, Hendarwanto Tim Wartawan Surabaya Pagi Belasan Kepala Keluarga (KK) di Ponorogo yang bedol desa (eksodus) ke Malang lantaran isu kiamat, menjadi perhatian Gubernur Jatim, Khofifah Indar Parawansa. Namun Khofifah masih memelajari kejadian itu. Sementara Polda Jatim yang ikut turun tangan menemukan sejumlah kejanggalan, terkait aktivitas Thoriqoh Musa yang diduga menyebar doktrin kiamat. Khofifah menyatakan dirinya akan mempelajari dulu terkait benar atau tidaknya kabar yang menimpa Desa Watubonang, Kecamatan Badegan, Kabupaten Ponorogo tersbut. "Saya memilih tidak berkomentar kecuali nanti setelah kami bertemu yang bersangkutan, kok sampai mereka percaya hal yang menurut saya kurang bisa diterima," kata Khofifah usai menghadiri Sidang Paripurna DPRD Jatim, Kamis (14/3/2019). Khofifah menyatakan, belajar dari kasus pada 2012, saat ramai diberitakan akan terjadinya kiamat, ia mengaku memilih tidak memercayainya. Saat itu, dia bahkan langsung berkunjung ke Distrik Maya di Meksiko untuk mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi. "Saya datang, saya ingin tahu apa yang bikin orang percaya. Oh, ternyata kalender mereka (suku Maya) habis di 2012," ujar gubernur perempuan pertama di Jawa Timur tersebut. Kasus yang terjadi Ponorogo, menurut dia, berbeda. Dia akan menyikapi ini berdasarkan kearifan lokal setempat. Khofifah akan meminta Kantor Wilayah Kementerian Agama (Kanwil Kemenag) Jatim melakukan pendekatan. "Saya minta Kanwil Kemenag mencari tahu apa penyebab warga Ponorogo percaya kiamat akan segera datang dan apa yang terjadi dengan kelompok ini," tutur mantan Menteri Sosial tersebut. Bantah Doktrin Kiamat Sebelumnya, 16 KK atau 52 orang warga Desa Watubonang meninggalkan desa tersebut, yang kabarnya karena percaya kiamat akan segera datang. Dari 52 warga yang melakukan eksodus tersebut, 22 di antaranya masih anak-anak. Ironisnya, mereka menjual harta benda, rumah, dan tanah mereka untuk bekal selama eksodus. Ternyata, mereka ini pergi ke Pondok Pesantren (Ponpes) Miftahul Fallahil di Dusun Pulosari, Desa Sukosari, Kecamatan Kasembon, Kabupaten Malang. Pengasuh Ponpes, M Romli atau Gus Romli membantah kedatangan mereka untuk berlindung dari kiamat. Namun, mengikuti program triwulanan yang digelar ponpes. "Di sini ini adalah thoriqoh, ada santri yang bermukim (mondok), ada juga jemaah yang datang untuk ikut program triwulanan. Di mulai pada bulan Rajab sampai Ramadan nanti," kata Gus Romli, Kamis (14/3) kemarin. Menurutnya, aemaah yang jumlahnya ratusan orang itu datang dari berbagai daerah termasuk luar Jawa. Mereka merupakan pengikut Thoriqoh Akmaliyah yang sudah berjalan selama tiga tahun. "Setelah itu, mereka akan kembali ke rumah masing-masing. Tujuannya ke sini, untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT," imbuhnya. Romli juga membantah telah mengeluarkan fatwa soal kiamat sudah dekat. Menurutnya ia hanya menyampaikan 10 tanda kiamat yang sudah tertulis dalam Alquran serta Hadist dan banyak disampaikan oleh para ulama. "Tanda-tanda kiamat juga dijelaskan dalam Alquran dan Hadist, begitu juga dengan tanda-tandanya. Nah, para jemaah di sini, ingin bersama mursyidnya ketika tanda-tanda itu akan terjadi," terang Romli. Polisi Selidiki Meski begitu, Polres Ponorogo tetap melakukan penyelidikan. Sebab kepindahan belasan warga tidak wajar. Yakni berkaitan dengan isu akan adanya kiamat yang melanda desa Watubonang. Saat ini polisi tengah menyelidiki lelaki berinisial KT (45 tahun) yang diduga menjadi pimpinan jemaah pengajian di Desa Watubonang. Dia diduga mengajak jemaahnya untuk pergi meninggalkan desa dan belajar agama di sebuah pondok pesantren di Kasembon, Malang. Isu kepindahan warga karena kiamat itu masih hoaks, yang benar mereka memang pergi meninggalkan desa, tapi untuk belajar agama dan mondok, kata Kapolres Ponorogo AKBP Radiant saat di hubungi melalui telepon selulernya, Kamis (14/3) kemarin. Radiant menuturkan saat ini ia telah menurunkan anggotanya untuk mencari sosok KT yang kabarnya sudah berada di Malang. Tujuannya untuk memastikan isu yang telah beredar luas di masyarakat, tentang akan adanya kiamat di Desa Watubonang. Empat Kejanggalan Kabid Humas Polda Jatim Kombespol Frans Barung Mangera dalam pers releasenya menyampaikan banyak hal. Menurut Barung, ada sejumlah kejanggalan dari kejadian di Ponorogo yang warganya eksodus ke Malang. Pertama,) para jamaah yang ada di Dusun Pulosari diimbau untuk mengibarkan bendera tauhid. Selain itu (kedua) foto pengasuh pondok dijual seharga Rp 1 juta sebagai pusaka (teknologi anti gempa), ujar Barung. Yang lebih miris lagi (ketiga), lanjut Barung, anak usia sekolah tidak boleh sekolah karena menurut mereka ijazah tidak berguna. Dan kejanggalan keempat, Anak menghukumi kafir orang tuanya jika tidak berbaiat Thoriqoh Akmaliyah Sholihiyah, pungkasnya. Klarifikasi ke Ponpes Sementara itu, Kapolres Batu AKBP Budi Hermanto mendatangi Pondok Pesantren Miftahul Falahil Mubtadiin di Kasembon, Malang, untuk memastikan kebenaran fatwa kiamat sudah dekat. Budi bertemu dengan pengasuh ponpes Gus Romli. Budi Setelah pertemuan, Budi memastikan di ponpes ini tidak ada ajaran yang keluar dari agama Islam atau tak ada ajaran sesat. Kita mencoba mendalami dan melihat langsung ponpes ini, menurut cerita agak miris ternyata tidak benar. Ponpes sangat layak, dan mampu menyiapkan bahan pokok untuk jamaah dan santri, jelas Budi. Selain berdialog dengan Gus Romli, Budi juga berdialog dengan para jamaah dari berbagai daerah. Beberapa jamaah itu berasal dari, Ponorogo, Blitar, Kediri, Banyuwangi, Demak, Lampung dan berbagai daerah lainnya. Intinya mereka tidak merasa terpaksa untuk melakukan itu ibadah di sini tergerak secara alami untuk mempelajari ajaran Islam dengan khusyuk. Kita sudah melakukan wawancara dengan warga, ujar Budi. Budi menegaskan fatwa kiamat sudah dekat adalah kabar hoax yang disebarkan oleh orang tak bertanggung jawab. Faktanya, pihak ponpes hanya mengajarkan bahwa meteor jatuh merupakan bagian dari 10 tanda hari kiamat. n

Editor : Redaksi

Tag :

BERITA TERBARU