Home / Pilpres 2019 : Surat Terbuka untuk Gubernur-Wakil Gubernur Jatim

Gubernur Khofifah, Insha Allah Tahu cara Jaga Pluralisme di Jatim

author surabayapagi.com

- Pewarta

Kamis, 14 Feb 2019 07:26 WIB

Gubernur Khofifah, Insha Allah Tahu cara Jaga Pluralisme di Jatim

Bude Khofifah dan Mas Emil, Terhitung sejak pukul 16.00 wib, Rabu sore (13/02/2019) kemarin, Anda berdua resmi menjadi Gubernur dan Wakil Gubernur Jatim, periode 2019-2024. Anda berdua sudah berwenang kelola APBD (Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah) Pemprov Jatim sebesar Rp33,41 triliun. Selama ini kebijakan Gubernur Jatim Dr. H. Soekarwo, memperhatikan empat bidang pelayanan dasar yaitu pendidikan, kesehatan, ketentraman dan ketertiban (trantib), Selain pembangunan sosial. Tahun 2018 lalu, Pemprov Jatim memprioritaskan pengembangan SDM (Sumber daya Manusia) dengan basis pendidikan dan kesehatan. Kewajiban Anda lain adalah menerapkan prinsip tata pemerintahan yang bersih dan baik, melaksanakan program strategis nasional. Selain menjalin hubungan kerja dengan seluruh Instansi Vertikal di Daerah dan semua Perangkat Daerah. Dan yang paling penting adalah bertanggungjawab atas daerah yang dipimpinnya. Apalagi Anda berdua menjabat pada saat ada moment Pilpres 2019 yang waktunya kurang dua bulan. Menariknya, Anda sejak awal sudah terang-terangan mendukung capres 01, Jokowi-Maruf. Kini, setelah dilantik, Anda tidak bisa seleluasa sebelum resmi memegang tongkat kepemimpinan seorang kepala daerah provinsi Jatim. Justru yang saya tidak tahu, siapa pengendali lapangan manajamen Jaringan Kiai-Santri Nasional (JKSN). Apalagi Anda diketahui oleh publik sebagai pendiri sekaligus Ketua Dewan Pengarah JKSN. Empat hari sebelum Anda dilantik Presiden Jokowi, di Istana Negara, Anda mendeklarasikan Jaringan Kiai-Santri Nasional (JKSN) Solo Raya untuk Jokowi-Maruf di GOR Sritex Arena, Kecamatan Laweyan, Kota Solo, Sabtu (9/2/2019). Bude Khofifah dan Mas Emil, Rabu pagi kemarin saya komunikasi dengan warga Tionghoa yang berdomisili di perumahan mewah Dharmahusada Mas Surabaya. Pria ini mengakui gaya kepemimpinan Pak De Karwo berhasil merangkul semua pihak, sehingga kondisi stabilitas Jatim tetap terjaga. Pria ini berharap Anda sebagai gubenur baru bisa menjaga provinsi Jatim tetap kondusif. Akal sehat saya berbisik yang dimaksudkan tetap kondusif adalah ketenangan dan ketertiban dalam masyarakat yang majemuk di Jawa Timur. Apalagi, kini beberapa warga keturunan Tionghoa mencium ada upaya dari beberapa pihak yang ingin memecah-belah bangsa Indonesia. Terutama memperalat isu agama. Misalnya adu kejelekan, cari kesalahan, cari kejelekan, dan cari kelemahan kemudian diekspose besar-besaran melalui media sosial. Sejumlah warga keturunan merasakan sejak Pemilukada DKI, menemukan fenomena politik identitas. Dalam politik identitas ini ada afiliasi sentimen agama, etnik. Mereka mencatat gerakan 212 yang dianggap berbau politik. Kalangan etnis Tionghoa dan ibu-ibu yang saya hubungi berharap permainan politik identas sepatutnya diakhiri. Diantara mereka ada yang berharap Anda turut merespon berseliwerannya isu-isu menjelekan, mencari kelemahan dan kesalahan presiden sekarang di media sosial. Sliweran isu di Medsos ini dikhawatirkan dapat memicu perpecahan masyarakat. Mengingat, dicatat oleh kelompok ini isu agama dipakai untuk kepentingan politik. Sebagai tokoh muslimat yang berpengaruh di Indonesia sekaligus tokoh politik, Anda diharap bisa meredam tentang pro-kontra keislaman seseorang secara terbuka. Padahal, masyarakat Indonesia mayoritas muslim. Anehnya, tahun terakhir ini muncul isu ada kelompok yang mengaku islami belum yakin tentang keislaman Jokowi. Kalangan etnis Tionghoa yang meski tidak berpolitik membaca gejala kegiatan politik identitas dapat digunakan oleh sejumlah politisi untuk mempertajam perbedaan-perbedaan supaya jualan politiknya laku di pilpres 2019. Mereka menyebut politik identitas mengarah pada SARA. Bude Khofifah dan Mas Emil, Beberapa kiai NU mengakui Anda adalah santri ideologis Gus Dur. Sementara Mas Emil, datang dari kelompok abangan. Anda berdua ini meneruskan tradisi kepemimpinan Pak De Karwo Gus Ipul. Bedanya, bila yang lalu yang menjadi Gubernur dari kalangan abangan. Sekarang, Gubernur dipegang oleh Nahdliyin. Akal sehat saya berkata mulai tahun 2019 ini warga NU bisa menggeliat untuk maju. Terutama dalam bidang ekonomi. Maklum, pemegang kendali provinsi Jatim adalah santri sejatinya Gus Dur. Saya memiliki catatan sejarah bahwa Gus Dur tidak hanya seorang tokoh agama yang pluralis, tapi juga pemikir yang jenius, dan brilian. Bahkan Gus Dur, saat masih hidup, telah menjadi sosok atau icon Indonesia berdamai. Tidak hanya ditingkat nasional tetapi telah mendunia. Dimana-mana saya bertemu dengan kiai dan warga Tionghoa, sosok Gus Dur, amat dicintai dan dielu-elukan sedemikian rupa berkat pluralism dan perdamaian yang digagasnya. Teman-teman saya orang Tionghoa yang kini bisa merayakan imlek secara terbuka karena kemanusiaan Gus Dur, yang gigih memperjuangkan demokrasi dan pluralism. Dan kini, mereka berharap pemikiran Gus Dur tentang Pluralisme bisa dilanjutkan oleh Anda sebagai pengikutnya. Beperapa teman etnis Tionghoa yang duduk di perguruan tinggi mengakui pemikiran Gus Dur yang tajam dan cemerlang soal kebangsaan, telah membuka mata dunia bahwa di Indonesia Bhinneka Tunggal Ika, ada dan telah dirasakan oleh semua suku, etnis dan golongan se nusantara. Saat ini, konsep kebangsaan yang diperjuangkan Gus Dur, disoroti oleh sejumlah warga etnis Tionghoa menghadapi banyak tantangan dan hambatan. Anda yang mulai Kamis ini berkantor di Gedung Grahadi Surabaya, diharapkan bisa menjaga sikap saling menghormati dalam segala bentuk perbedaan demi tercapainya tatanan masyarakat yang demokratis. Anda dengan segundang pengalaman berpolitik, memimpin ormas keagamaan dan dikenal sebagai santri Gus Dur, berani melawan bibit-bibit perpecahan bangsa, seperti munculnya gerakan fundamentalisme dan radikalisme agama. Semoga. Selamat Bekerja Bude Khofifah dan Mas Emil. ([email protected])

Editor : Redaksi

Tag :

BERITA TERBARU