Harga Cabai Melesat, Kekeringan melanda Beberapa Daerah

author surabayapagi.com

- Pewarta

Minggu, 21 Jul 2019 19:56 WIB

Harga Cabai Melesat, Kekeringan melanda Beberapa Daerah

SURABAYAPAGI.com Tingginya harga cabai merah dan cabai rawit yang disebabkan oleh kurangnya suplai dari distributor maupun para petani cabai. Di beberapa daerah, kekeringan membuat pasokan dan panen terhambat. Petani cabai di Kecamatan Dawarblandong, Kabupaten Mojokerto mengalami kerugian karena tanaman cabai mengering sebelum sempat dipanen. Salah seorang petani cabai di Desa Pucuk, Sugeng (63) mengatakan, kemarau sejak awal Juni 2019 membuat dirinya kesulitan mendapatkan air untuk irigasi. Perkebunan di wilayahnya selama ini mengandalkan air hujan. Akibat kekurangan air, tanaman cabai miliknya mengering. Buah cabai yang masih muda pun nampak layu sehingga tak bisa dipanen. Sugeng terpaksa mencabuti tanaman cabai yang telah mengering di lahan miliknya. "Biasanya lahan saya 300 meter persegi kalau panen menghasilkan puluhan kilogram cabai. Ini karena kering tak bisa dipanen," kata Sugeng sembari mencabuti tanaman cabai yang sudah layu, seperti dikutip dari detikcom, Minggu (21/7/2019). Hal senada dikatakan Sunardi (46), petani cabai rawit di Desa Pucuk. Jika tak kesulitan air, rata-rata setiap hektare lahan menghasilkan 3-4 kwintal cabai. Uang yang dia hasilkan pun mencapai Rp 5 juta. "Sekarang bisa dilihat sendiri tak laku dijual. Oleh sebab itu kami sengaja membiarkan cabai di pohonnya, soalnya sudah tak laku," terangnya. Akibat kekurangan air, tanaman cabai miliknya mengering. Buah cabai yang masih muda pun nampak layu sehingga tak bisa dipanen. Sugeng terpaksa mencabuti tanaman cabai yang telah mengering di lahan miliknya. "Biasanya lahan saya 300 meter persegi kalau panen menghasilkan puluhan kilogram cabai. Ini karena kering tak bisa dipanen," kata Sugeng sembari mencabuti tanaman cabai yang sudah layu, seperti dikutip dari detikcom, Minggu (21/7/2019). Hal senada dikatakan Sunardi (46), petani cabai rawit di Desa Pucuk. Jika tak kesulitan air, rata-rata setiap hektare lahan menghasilkan 3-4 kwintal cabai. Uang yang dia hasilkan pun mencapai Rp 5 juta. "Sekarang bisa dilihat sendiri tak laku dijual. Oleh sebab itu kami sengaja membiarkan cabai di pohonnya, soalnya sudah tak laku," terangnya.

Editor : Redaksi

Tag :

BERITA TERBARU