SURABAYAPAGI.com - Harga minyak mengalami lonjakan dengan Brent berhasil menapaki level tertingginya pada November 2018. Hal ini didorong oleh penurunan aktivitas pengeboran Amerika Serikat (AS) dan pengurangan produksi yang sedang berlangsung oleh organisasi negara pengekspor minyak (OPEC).
Minyak mentah berjangka Brent berada di level tertinggi November 2018 di 72,58 dolar AS per barel, naik 0,8 persen dari penutupan terakhir.
Sementara itu, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS naik 0,9 persen menjadi 64,55 dolar AS per barel.
"Meski ada resistensi tapi tetap lebih tinggi (untuk harga minyak)," kata Stephen Innes, kepala perdagangan di SPI Asset Management, menunjuk pada pemotongan produksi Saudi, penurunan jumlah rig AS dan gangguan pasokan dari Libya ke Venezuela sebagai alasan untuk pasar yang ketat.
Perusahaan energi AS pekan lalu mengurangi dua jumlah rig minyak yang beroperasi menjadi 825, perusahaan jasa energi General Electric Co Baker Hughes mengatakan dalam laporan mingguannya pada Kamis.
Di luar AS, OPEC telah memimpin pengurangan pasokan sejak awal tahun ini yang bertujuan memperketat pasar minyak global dan untuk menopang harga minyak mentah.
Harga Brent telah meningkat lebih dari sepertiga tahun ini, sementara WTI telah naik lebih dari 40 persen dibandingkan periode yang sama.
