Hidup Makin Berat, Ehh Tagihan Listrik Naik Berlipat-lipat

author surabayapagi.com

- Pewarta

Senin, 08 Jun 2020 20:46 WIB

Hidup Makin Berat, Ehh Tagihan Listrik Naik Berlipat-lipat

i

Tagihan listrik PLN mencekik rakyat.

SURABAYA PAGI, Surabaya – Di tengah pandemi virus Corona (Covid-19) dan diberlakukannya pembatasan sosial berskala besar (PSBB) di Surabaya Raya, ternyata dikeluhkan banyak pelanggan PLN baik di Surabaya, Sidoarjo dan Gresik. Mereka mengeluh bahwa tagihan listrik mereka bisa naik hingga 300 persen. Tak ayal, para warga di Surabaya Raya, dalam paribahasa, sudah jatuh, mereka tertimpa tangga pula.

 Dari penelusuran Surabaya Pagi di beberapa pelanggan PLN berdaya 900 VA – 1.300 VA, baik di Surabaya, Sidoarjo dan Gresik, menjerit dan kaget dengan kenaikan yang dialami dalam kurun waktu tiga bulan terakhir.

Baca Juga: Tekankan Pentingnya Budaya Keselamatan, PLN Gelar Inspection Day Bulan K3 Nasional

Seperti Erlina, 43 tahun, warga Gubeng Kertajaya 5D Surabaya, pelanggan berdaya 900 VA ini, biasanya satu bulan hanya Rp 300 ribu. Ia baru terasa, dalam dua bulan terakhir, harus mengisi token pulsa nyaris dua kali lipat. Padahal, aktivitas tidak ada perubahan.

“Saya itu heran mas. Baru sadar bulan kemarin, pas isi listrik. Biasanya Rp 300 ribu bisa hampir sebulan. Ini kok cepat habisnya. Harus isi dua kali sebulan. Padahal yah sehari-hari gak berubah,” cerita Erlina, kepada Surabaya Pagi, Senin (8/6/2020). Erlina sendiri harus bekerja serabutan mencari pendapatan, karena usaha sewa tenda perkemahannya menurun drastis, karena sektor pariwisata selama pandemi nyaris gulung tikar.

Awalnya, tambah Erlina, mau komplain, tapi menurut dia lebih baik mencari uang tambahan untuk kebutuhan sehari-hari karena usaha persewaan tendanya sedang sepi. “Sebetulnya mau komplain. Tapi gak sempat-sempat. Mikir golek duwik dhisik mas, serabutan sing penting isok biaya sekolah anak. Wis hidup selama PSBB ini berat, ehh sekarang listrik yo naik berlipat-lipat. Mumettt,” cetusnya.

 

Naik Dua Kali Lipat

Tak hanya di Surabaya, kenaikan listrik juga dialami Puspita, 38 tahun, warga Delta Sari Waru, Sidoarjo, pelanggan berdaya 1.300 VA. Puspita bercerita, dia yang hanya tinggal bersama suaminya, selama ini satu bulan Rp 700-Rp 800 ribu per bulan. Namun, kini, bisa mencapai Rp 1,8 juta per bulan.

“Saya kaget sekali lihatnya. Kok bisa bulan lalu itu Rp 1,8 juta. Suami WFH yah biasa saja, gak banyak pakai listrik. Cuma pakai AC satu. itu nyala cuma malam. Padahal biasanya paling mahal, kalau gak salah bulan April, kena Rp 750 ribuan,” ungkapnya kepada Surabaya Pagi, Senin kemarin.

Padahal menurut Puspita, pemakaian listrik mereka tidak bertambah. Hanya ada beberapa lampu rumah, kipas angin, kulkas, dan mesin cuci yang jarang digunakan. Jumlah tersebut sama dengan pemakaian sebelumnya. Dengan tagihan tersebut, Puspita merasa disamakan dengan orang yang memiliki lebih dari satu AC di dalam rumah. “Ternyata gak saya saja loh mas. Tetangga-tetangga juga kayak gini. Tanya PLN lewat 123, responnya tidak memuaskan,” tegasnya.

Hal serupa juga dialami oleh Fatimah, 32 tahun, warga Manyar, Gresik dengan pelanggan 900 VA. Biasanya Fatimah, hanya membayar Rp200-250 ribu. Namun ia kini diminta membayar Rp530 ribu. Meski kenaikannya tak tak terlalu tinggi, namun dalam kondisi sulitnya ekonomi di tengah pandemik Covid-19 ini tentu tetap memberatkannya. Terlebih sudah setengah bulan ia tidak menempati rumahnya lantaran mempersiapkan persalinan.

 

Dirasakan Ibu-ibu Pengusaha

Sementara itu, kenaikan biaya listrik PLN juga dikeluhkan asosiasi wanita pengusaha, yakni Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia (IWAPI) Surabaya. Hal ini diungkapkan Ketua IWAPI Surabaya Reny Widya Lestari, kepada Surabaya Pagi, Senin (8/6/2020).

Reny Widya Lestari mengeluhkan tagihan listrik yang mengalami kenaikan di bulan ini. Tidak hanya Reny sendiri, dirinya mengaku mendapat laporan serupa dari beberapa kawan-kawannya di IWAPI.

"Ada beberapa yang laporan ke saya via grup WA. Ada yang biasanya hanya sekitar 300 ribu rupiah, tiba-tiba menjadi satu juta rupiah. Apakah ini "mbendol mburi" akibat kompensasi potongan harga kemarin atau bagaimana kami tidak tahu," ujar Reny.

Dirinya juga mengaku kebingungan saat mengetahui lonjakan tagihan tersebut. Hal ini dikarenakan Reny tidak mendapat informasi dari pihak PLN mengenai kenaikan tagihan. "Kami ibu-ibu sebagai pemegang keuangan rumah tangga tentu keberatan dengan kenaikan yang tiba-tiba ini, karena ini membingungkan kami dalam mengatur keuangan," kata Ketua IWAPI Surabaya tersebut.

Reny juga merasa lonjakan ini dilakukan disaat yang tidak tepat. Hal ini dikarenakan sebagian besar masyarakat di kondisi ini mengalami penurunan penghasilan akibat terdampak pandemi Covid-19. Lebih lanjut, Reny juga mengeluhkan sulit untuk mengakses tagihan online. "Akses tagihan onlinenya susah, tulisannya masih belum tersedia. Namun tiba-tiba kami menerima tagihan yang nominalnya melonjak tinggi," jelasnya

Baca Juga: Kantongi Sertifikat Halal, Ribuan Mitra Binaan PLN Naik Kelas

Dirinya berharap PLN lebih bijaksana dalam menyikapi lonjakan tagihan ini, apalagi masih dalam keadaan yang serba sulit di masa pandemi ini. Rencananya Reny akan melakukan komplain ke PLN, jika tidak direspon maka dirinya akan mengadukan hal tersebut ke Yayasan Lembaga Perlindungan Konsumen

 

Alasan Petugas Baca Meter Sedang Libur

Banyaknya keluhan dan jeritan dari ibu-ibu di Surabaya Raya, PLN Unit Induk Daerah (UID) Jawa Timur melalui Manager Komunikasi, Fenny Nurhayati menjelaskan mengenai kenaikan tagihan listrik di bulan Juni 2020. Awalnya adalah dikarenakan tidak beroperasinya petugas baca meter karena berkaitan dengan PSBB dan upaya pencegahan penyebaran Covid-19.

"Kami mendukung upaya dari pemerintah pusat untuk mencegah penyebaran Covid-19, oleh karena itu kami tidak menerjunkan sekitar 3500 petugas baca meter sejak akhir maret. Akhir Mei kemarin baru kami kerahkan kembali," jelas Fenny kepada Surabaya Pagi, Senin (8/6/2020)

Sehubungan dengan itu, PLN mengambil keputusan yaitu dengan menggunakan metode penggunaan rata-rata pemakaian tiga bulan. Penghitungan ini dilakukan untuk mengatasi tidak beroperasinya petugas baca meter pada dua bulan sebelumnya yaitu akhir Maret hingga akhir Mei. Namun sebenarnya PLN juga memberikan solusi berupa baca meter mandiri.

"Kita sebenarnya memberikan solusi dengan baca meter mandiri dan telah disosialisasikan, tetapi tidak efektif. Karena pelanggan kita beberapa tidak paham skema tersebut. Beberapa yang paham dan mengirim data meternya via WA, jadi tidak mengalami kenaikan yang signifikan. Bagi yang tidak melapor ya disesuaikan dengan metode rata-rata tiga bulan tersebut," ujar Fenny saat diwawancarai oleh Surabaya Pagi di kantor PLN UID Jawa Timur pada Senin (8/6/2020)

 

Skema Hitung Pelanggan Rumah Tangga

Baca Juga: Dirut PLN Darmawan Prasodjo Dinobatkan Jadi Executive of The Year Tingkat Asia

Mengatasi dampak tersebut, PLN mengeluarkan skema perhitungan tagihan untuk melindungi pelanggan Rumah Tangga yang mengalami lonjakan tagihan listrik pada bulan Juni.

Dengan skema tersebut, pelanggan Rumah Tangga yang mengalami kenaikan tagihan pada bulan Juni sebesar minimal 20% dari bulan Mei akibat penagihan menggunakan rata-rata tiga bulan terakhir di periode sebelumnya, maka kenaikannya bisa dibayar sebesar 40%, dan sisanya bisa dicicil dibagi rata dalam tagihan tiga bulan kedepan.

Fenny juga membantah jika kenaikan tersebut akibat dari kompensasi dari PLN terhadap pelanggan yang terdampak Covid-19 beberapa waktu lalu. "Tidak ada hubungannya dengan kompensasi masa Covid-19 kemarin. Tidak benar jika ada yang kenaikan ini dalam rangka membayar kompensasi yang kemarin itu. Saya berani jamin itu," tegasnya.

 

Siapkan Posko Aduan Pelanggan

Dirinya juga menghimbau jika ada masyarakat yang hendak memberikan aduan terhadap kenaikan tersebut, dapat langsung menghubungi contact centre yang telah tersedia ataupun datang ke kantor PLN untuk mendapatkan informasi lebih jelas.

"Kami barusan melakukan video dengan seluruh manager PLN UP3 se-Jawa Timur, kami sudah menyediakan posko untuk aduan. Selain sudah menyiapkan contact centre, kalau mau datang ke kantor monggo. Nanti kami akan jelaskan lebih detail skemanya," kata Fenny

Manager Komunikasi PLN UID Jawa Timur itu juga mengkonfirmasi mengenai rekening tagihan yang tidak bisa diakses di bulan Juni. Fenny mengaku ada keterlambatan karena pihaknya sedang melakukan proses validasi data ke semua pelanggan. "Untuk rekening yang tidak bisa diakses kemarin, khusus yang buat pelanggan pascabayar rumah tangga sedang dilakukan pengecekan validasi terhadap kenaikan tersebut. Jadi itu butuh waktu. Tapi tanggal per 6 Juni sudah bisa normal dilihat kembali," pungkasnya. tyn/pat/adt/rmc

 

Editor : Aril Darullah

BERITA TERBARU