Indonesia bakal Punya Pembangkit Listrik Tenaga Thorium Pertama

author surabayapagi.com

- Pewarta

Kamis, 18 Jul 2019 14:45 WIB

Indonesia bakal Punya Pembangkit Listrik Tenaga Thorium Pertama

SURABAYAPAGI.COM, Jakarta - Salah satu korporasi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang beroperasi pada sektor galangan kapal PT PAL Indonesia, baru saja dilaporkan telah meneken perjanjian kerjasama pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Thorium (PLTT) 500 megawatt (MW) dengan perusahaan tenaga nuklir Thorcon Internasional Pte Ltd, Kamis (18/7/2019). Untuk digarisbbawahi, menurut Dewan Energi Nasional (DEN),thorium adalah bahan bakar nuklir yang diketahui lebih baik daripada uranium, bahkan di seluruh aspek. Hanya sajathorium ini jarang sekali yang mengetahui. Terlebih, DEN menyebutthorium dengan nuklir hijau. Jika reaktor nuklirnya diperkuat dengan thorium, maka ia tak akan pernah bisa meleleh. Sebab,thorium lebih ringan dari uranium. "Semoga kerjasama antara PT PAL Indonesia dengan Thocron International ini menjadi tonggak awal bagi bangkitnya industri nuklir nusantara," cetus Direktur Rekayasa Umum, Pemeliharaan, dan Perbaikan PT PAL Indonesia, Sutrisno, Kamis (18/7/2019). Sutrisno menambahkan, Thorcon sejatinya telah mengutarakan niatnya demi berinvestasi USD1,2 miliar atau setara dengan Rp17 triliun guna membangun pembangkit listrik tenaga thorium di Indonesia. Nah, pertanyaannya, mengapa tidak bekerjasama dengan PT Perusahaan Listrik Negara saja? Pasalnya, PLTT yang sedianya bakal dibangun ini menerapkan desain kapal dengan total panjang yang mencapai 174 meter atau setara dengan kapal tanker kelas Panamax. Menurut Sutrisno, kapal PLTT itu bakal dirakit oleh Daewo Shipyard & Marine Engineering (DSME) di Korea Selatan. Daewo Shipyard sendiri dikenal sebagai galangan kapal terbesar kedua seantero jagad. Pembangkit listrik satu ini nantinya bakal menjadi PLTT pertama di Indonesia. PLTT sendiri digadang-gadang mampu mengalirkan listrik yang jauh lebih bersih dan murah darpada batubara. Oleh sebab itu, PLTT bisa menjadi sistem energi utama demi ekonomi rendah karbon. Ujungnya, target harga jual listrik bisa tidak lebih dari biaya pokok penyediaan (BPP). "Nah, dengan begitu, tarif listrik ke masyarakat bisa lebih murah," harap Sutrisno.

Editor : Redaksi

Tag :

BERITA TERBARU