Jagoan Risma tak Daftar di DPC/DPD, Biar tak Diserang

author surabayapagi.com

- Pewarta

Selasa, 29 Okt 2019 23:28 WIB

Jagoan Risma tak Daftar di DPC/DPD, Biar tak Diserang

Misteri siapa nama yang diusulkan Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini ke DPP PDI Perjuangan, mengusik rasa penasaran publik. Pasalnya, perempuan yang juga menjabat sebagai Ketua Bidang Kebudayaan DPP PDIP itu kerap disebut-sebut dekat dua nama birokrat, yakni Kepala Bappeko Eri Cahyadi dan Sekkota Surabaya Hendro Gunawan. Namun Risma tidak pernah mengungkapkan siapa sejatinya yang dia jagokan sebagai penggantinya kelak. Hal inilah yang membuat publik menduga-duga siapa gerangan? Untuk diketahui, sebelumnya Sekjen DPP PDIP Surabaya Hasto Kristiyanto telah menyebut bahwa Risma telah mendaftarkan calon penerusnya ke DPP PDIP untuk Pilwali Surabaya 2020. Hasto juga memberi petunjuk kalau nama yang didaftarkan oleh Risma merupakan calon yang sejalan dengannya. Lalu siapa orang jagoan Risma tersebut? Terkait hal ini, pengamat politik Universitas Airlangga (Unair) Suko Widodo meyakini bahwa nama yang diusulkan Risma sebagai penggantinya, memiliki karakter yang tidak jauh berbeda dari sang wali kota. Sosok tersebut merupakan pekerja keras, kerap turun lapangan dan terusik kalau ada yang tidak beres. "Penggantinya tentu harus yang seirama. Kalau Pak Hasto bilangnya senafas. Jadi, saya meyakini kalau sosok yang diusulkan Bu Risma tersebut adalah seorang birokrat," tutur Suko kepadaSurabaya Pagi, Selasa (29/10/2019). Pakar komunikasi politik ini juga menduga, adanya kesamaan posisi sebagai kepala Bappeko, membuat nama Ery Cahyadi lebih berpeluang. Seperti yang sudah diketahui, Risma sebelumnya juga pernah duduk di posisi yang sama. Kalau petunjuknya adalah senafas seperti yang diungkap Hasto, maka benang merahnya telah tersambung. Pasalnya, cuma tangan kanan wali kota yang diposisikan di tempat strategis. Terlebih, Eri Cahyadi kini juga menjabat sebagai Plt Dinas Kebersihan dan Ruang Terbuka Hijau. Wajah Kota Surabaya yang semarak adalah hasil karya DKRTH sebagai eksekutor kebijakan wali kota menata kota. Di samping itu, Suko juga mencatat kalau Ery acap kali terjun langsung ke lapangan. "Untuk mengimbangi birokrat jadi cawali, maka politisinya yang mendampingi jadi cawawali," papar Suko. **foto** Terpisah, pengamat politik Universitas Trunojoyo Madura (UTM) Surokhim Abdussalam berpendapat, menelusuri siapa orang dekat Risma dalam konteks Pilwali Surabaya sejatinya bisa dicari dari pergaulan, relasi, dan koneksinya selama ini. Mengingat hampir sebagian besar karir Risma ada di birokrasi, maka besar kemungkinan orang dekatnya adalah sama-sama berasal dari birokrasi. Selain itu, baru keluarga dan juga para profesional swasta yang selama ini menjalin relasi dengan Risma. "Jika menilik itu, menurut saya kemungkinan besar orang yang akan didukung Bu Risma ya berasal dari birokrat. Banyak pilihan birokrat moncer di Kota Surabaya. Orang birokrat yang dekat dengan wali kota urutan pertama sesuai fatsun biasanya Sekkota baru para kepala dinas atau OPD," cetus Surokhim. Menurut peneliti senior Surabaya Survey Center (SSC), nama-nama yang paling berpeluang secara fatsun birokrasi antara lain Sekkota Hendro Gunawan, Kepala Bappeko Eri Cahyadi, Kepala Dinas Pekerjaan Umum, Bina Marga dan Pematusan, Erna Purnawati dan lain sebagainya. Jika melihat panggung publik yang diberikan Risma selama ini kepada para pembantunya di birokrasi, adalah Ery Cahyadi yang paling banyak berkesempatan. "Bu Risma pasti memikirkan keberlanjutan ide-ide dan program beliau untuk Kota Surabaya. Beliau pasti akan mengusulkan suksesor yang satu frekuensi dengan kehendak beliau. Saya pikir Bu Risma masih punya mimpi yang belum selesai tentang Surabaya. Bu Risma sepertinya akan lebih memilih memberikan peluang kepada birokrat teknokrat berlatar belakang teknik untuk bisa melanjutkan pembangunan infrastruktur di Surabaya," papar Surokhim. Disinggung mengapa Risma tidak mendaftarkan calonnya ke DPC PDIP Surabaya, menurut Surokhim hal ini boleh jadi karena masalah prestise. Apalagi jika yang diusulkan adalah seorang birokrat yang tentu tidak leluasa jika harus ikut penjaringan sejak dari bawah. Hal tersebut bertujuan agar tidak menjadi sorotan publik. Di samping itu, sambung Surokhim, Risma sadar kalau tidak cukup punya relasi kuasa yang kuat di internal DPC. Soalnya, kekuatan Risma selama ini ada di DPP dan ketum. "Bisa jadi itulah yang menjelaskan mengapa Risma lebih memilih langsung mengusulkan ke DPP karena beliau sekarang pengurus DPP juga. Tapi sekali lagi, faktor Risma akan jadi faktor penting dan strategis dalam Pilwali Surabaya 2020.Lets wait and see," pungkas Surokhim.n

Editor : Redaksi

Tag :

BERITA TERBARU