Jejak Dahlan, Arif Afandi dan Azrul ajak Budi

author surabayapagi.com

- Pewarta

Kamis, 11 Jul 2019 13:16 WIB

Jejak Dahlan, Arif Afandi dan Azrul ajak Budi

Menguak Skandal The Frontage yang Dikelola PT TGU yang Diduga Kroni Mantan Menteri BUMN Dahlan Iskan Senilai Rp 123 Miliar (1) Lama tak terdengar beritanya, proyek Kondotel ApartemenThe Frontage di Jalan Ahmad Yani, Surabaya, kembali menyeruak. Para pembeli unit apartemengerah, lantaran laporannya terhadap PT Trikarya Graha Utama (TGU), pengembangThe Frontage, masih ditangani Polrestabes Surabaya. Dana kastemer sebesar Rp 123 miliar yang dihimpun PT TGU sejak tahun 2014, ludes entah kemana. Sementara apartemen yang dijanjikan tak kunjung dibangun. Bahkan hingga awal Juli 2019, lahan seluas 200 x 60 meter persegi di Jl Ahmad Yani 115 Surabaya milik Pemprov Jatim, terlihat mangkrak. Lantaran menggunakan aset Pemprov inilah, Kejaksaan Tinggi (Kejati) Jatim ikut turun tangan, karena diduga ada dugaan korupsinya. Indikasi awal, Pemprov Jatim melalui Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) PT Panca Wira Usaha (PWU) Jatim dirugikan. Sebab, PT TGU belum membayar Rp 9,9 miliar terkait pemanfaatan lahan yang akan dibangunThe Frontage. Menariknya, proyek senilai Rp 1,5 triliun itu ada jejak Dahlan Iskan, mantan Menteri BUMN dan eks bos Jawa Pos, dan putra sulungnya, Azrul Ananda. Juga kroni Dahlan lainnya seperti mantan Wakil Walikota Surabaya Arif Affandi dan Direktur Utama (Dirut) PT Trikarya Graha Utama, Setia Budhijanto. Bagaimana bisa mereka terseret dugaan skandal The Frontage ini?Tim Investigasi Surabaya Pagi yang terdiri dari Raditya M. Khadaffi, Ali Mahfud, Ariel Dahrullah, Rangga Putra, Miftahul Ilmi dan Ahmad Fathoni, bakal mengungkapnya dalam laporan berseri, mulai hari ini. Sabtu, 23 Agutus 2014 silam, proyekThe Frontage mulai dibangun ditandai denganground breaking di lahan milik Pemprov Jatim di Jalan Ahmad Yani Surabaya. Lahan ini dulunya berdiri Pabrik Kulit, BUMD yang bergerak dibidang penyamakan perkulitan yang gulung tikar sejak tahun 1980-an. Di utara lahan itu berdiri Gedung JX Expo, yang juga digarap PT TGU. Dulunya JX Expo bernama Jatim Expo, dibangun oleh Dahlan Iskan, yang saat ini masih menjadi Dirut PT PWU Jatim dan menjadi orang terkuat diJawa Pos. Lokasi proyekThe Frontage juga besebelahan dengan kampus Universitas Negeri Islam Islam (UINSA) Sunan Ampel Surabaya. Tepat di sebelah selatan. Bahkan, berdasar investigasiSurabaya Pagi, kampus yang dulunya bernama Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Sunan Ampel ini kena dampak proyekThe Frontage. Gedung kampus ini mengalami retak-retak akibat penancapan paku bumi oleh PT Waskita Karya Tbk sebagai kontraktor, yang digandeng PT TGU. Sementara di seberang proyekThe Frontage, berdiri gedung DBL Arena dan gedung Graha Pena Jawa Pos. Belakangan diketahui, DBL Arena yang sempat dibangga-banggakan oleh Azrul Ananda sewaktu menjadi bos Jawa Pos Koran, juga digarap oleh PT TGU. Ternyata, Azrul Ananda kala itu menjadi salah pemegang saham PT TGU dan duduk sebagai komisaris. Sedang bapaknya, Dahlan Iskan, menjabat Menteri BUMN pada era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Jejak mereka terlihat jelas saatground breaking pada proyek kondotel-apartemenThe Frontage. Hadir dalam acara ini, Dahlan Iskan (Menteri BUMN) dan Wakil Gubernur Jawa Timur yang saat itu dijabat Saifullah Yusuf. Lalu, M. Choliq (Direktur Utama PT Waskita Karya Tbk) dan Maryono (Direktur Utama Bank BTN Maryono) sebagai partner PT TGU. PT Waskita sebagai kontraktor pembangunan, sedang Bank BTN sebagai pihak yang akan meminjami pendanaan The Frontage. Sedang pihakowner disebutkan nama Azrul Ananda, Kristianto, Setia Budhianto dan Budi Setiawan. Saat itu, Azrul Ananda sudah sebagai Komisaris PT TGU dengan Dirut dipegang Kristianto. Namun posisi saat ini, Dirut PT TGU dijabat Setia Budhijanto. Tak ketinggalan, Arif Affandi yang saat itu menjabat sebagai Dirut PT PWU, yang mengganti posisi Dahlan Iskan, juga ikut. Arif sendiri mantan Pemimpin Redaksi (Pempred) Jawa Pos, di mana Dahlan Iskan sebagai bosnya. Saat itu Arif mengenakan baju batik kecokelatan dengan celana hitam. Azrul Ananda mengenakan baju batik juga dengan motif bunga kebiru-biruan. Sedang Dahlan Iskan mengenakan baju putih polos, dipadu celana krem. Dahlan juga berkaca mata agak gelap dan mengenakan helm proyek warna putih. Dalam acara itu, Dahlan Iskan datang bersama Nafsiah Dahlan Iskan, istrinya. Saat itu istri Dahlan Iskan, memakai baju batik berwarna merah corak biru dan berkacamata. Nafsiah tepat diapit Dahlan Iskan dan Saifullah Yusuf, Wakil Gubernur Jatim saat itu. Saat itu Arif mengenakan baju batik kecokelatan dengan celana hitam. Azrul Ananda mengenakan baju batik juga dengan motif bunga kebiru-biruan. Sedang Dahlan Iskan mengenakan baju putih polos, dipadu celana krem. Dahlan juga berkaca mata agak gelap dan mengenakan helm proyek warna putih. ****** Lima tahun kemudian, kemeriahanground breaking di lahan proyekThe Frontage tak tampak. Justru lahan ini bagai kuburan. Tak ada aktivitas apapun di sana. Saat malam, lahan yang ditumbuhi rumput-rumput liar itu begitu gelap. Di sekelilingnya ditutup dengan seng. Secara administrasi, lahan proyek The Frontage ini terletak di Jl. Ahmad Yani RT. 01 RW. 04 Kelurahan Jemursari, Kota Surabaya. PantauanTim Surabaya Pagi dari lantai atas gedung UINSA, Senin (1/7/2019), tidak ada seorang pekerja proyek di lokasi. Sejumlah alat berat yang dulunya membuat bising warga, juga sudah tidak ada. Alat berat itu milik PT Waskita Karya Tbk, yang saat itu mengerjakan pemasangan paku bumi atau tiang pancang. Beberapa paku bumi yang ditancapkan masih ada. Namun ditumbuhi rerumputan. Sepintas lahan ini seperti lapangan savana yang luas dan dipenuhi rumput-rumput dan tanaman liar. Di lahan itu juga terlihat ada lubang besar seperti kolam yang terisi air di sisi utara, berdekatan dengan Wonocolo Gang 1. Dulu lahan itu Pabrik Kulit peningalan Belanda. Setelah pabrik tersebut tidak produktif lagi, disewakan ke swasta sampai saat ini. Terakhir yang menyewa ini ya perusahaan yang akan membangunThe Frontage ini, ujar Fahmi, dosen UINSA yang tingga di Wonocolo, Surabaya. Sepengetahuan Fahmi, penyewaan lahan berstatus HGB (Hak Guna Bangunan) itu oleh pengembang The Frontage berdurasi 20-30 tahun. Itu kontraknya setahu saya sejak tahun 2007. Kalau 20 tahun, sekarang sudah berjalan 14 tahun, tinggal 6 tahun lagi. Tapi yang lebih tahu jelasnya tentu Pemprov Jatim, karena lahan ini milik Pemprov, lanjut dia. ***** Data yang diperolehSurabaya Pagi, bangunan The Frontage didesain terdiri atas tiga tower. Pertama kondotel bintang empat dan apartemen. Tower kedua adalah kondotel bintang tiga. Sedang tower ketiga menjadi pusat perkantoran dengan kelengkapan fasilitas pusat perbelanjaan (mall) di bagian bawahnya. Bangunan ini rencananya berdiri 20 lantai. Luas tanah secara keseluruhan adalah 60 x 200 meter persegi. Di atasnya, berdiri bangunan dengan luasan 30 x 180 meter persegi. Dalam pemasarannya,The Frontage menawarkan berbagai tipe unit, mulai dari 1 kamar tidur, 2 kamar tidur, hingga 3 kamar tidur. Dengan konsep "A Luxurious Metro-Living Condotel", pengembang The Frontage merayu calon konsumen dengan janji akan memberikan banyak keuntungan. Terdapat beberapa fasilitas khusus seperti TV LED, AC, kamar mandi lengkap dengan semua perlengkapannya, dapur, sofa, meja kerja, dan pemandangan kota Surabaya yang indah. The Frontage juga menjanjikan fasilitas lainnya, seperti dry cleaning, perpustakaan, restaurant, business center, dan convention hall. Juga sky lounge dan spa. Terdapat fasilitas olahraga seperti gym, fitness center, dan infinity swimming pool. Sedang dari sisi keamanan,The Frontage menjanjikan penjagaan selama 24 jam dengansmart security system. Pemilik unit nantinya juga akan dibekalismart card access. Janji-janji berbagai fasilitas itu yang membuat ratusan kastemer tergiur. Seperti dialami Cris Lukman, salah satu pembeliThe Frontage. Ia mengaku tertarik membeli The Frontage saat ada pameran di JX Expo. Ia semakin tertarik, karena pihak T TGU juga menjanjikan strata title atau menjadi hak milik pada apartemen The Frontage yang dibeli. Karena itu, ia berani investasi dan menyetorkan uang hingga Rp 700 juta kr PT TGU. Janji PT TGU, lanjutnya, akan membangun The Frontage pada akhir 2018. Namun sampai saat ini belum dibangun. "Kami sudah mendatangi kantor pengelola gedung tersebut (PT TGU), untuk meminta uang investasi tersebut dikembalikan kepada kami. Pihak PT TGU janji akan membayar kembali seluruh uang customer paling lambat pada tanggal 20 September tahun 2018. Namun sampai saat ini belum dikembalikan," ungkapnya. Arif, pembeli lainnya, percaya dengan PT TGU karena dalam proyek The Frontage terdapat tokoh-tokoh pers di dalamnya. Seperti Azrul Ananda, yang duduk sebagai komisaris PT TGU. Azrul tak lain putra pertama Dahlan Iskan. Saya tertarik membeli, karena ada orang-orang besar itu, ungkap Arif mengaku mulai resah sejak awal tahun 2017 ketika tidak ada lagi alat-alat proyek dan papan nama The Frontage di lokasi Jalan Ahmad Yani Surabaya itu. ***** Merasa tertipu, mereka bersama 60-an pembeli lainnya melaporkan pihak PT TGU ke Polisi. Para korban ini terdiri dari lintas profesi, ada yang dari penegak hukum, polisi, dokter, dosen dan yang paling banyak berasal dari para pengusaha. Bahkan, laporan sudah dibuat sejak 4 Februari 2019 ke Polda Jatim dengan tanda bukti laporan nomor LPB/143/II/2019/UM/JATIM. Namun laporan ini oleh Polda Jatim dilimpahkan ke Polrestabes Surabaya pada 20 Februari 2019. Pelimpahan perkara itu melalui surat Kapolda Jatim nomor : B/2105/II/RES/1.11/ 2019/ Ditreskrimum. Dalam laporan itu, pembeli atau customer Apartemen The Frontage melaporkan direksi PT Trikarya Graha Utama dengan pasal penupuan dan penggelapan, yakni pasal 372 dan 378 KUHP. Direksi itu diantaranya Kristanto dan Setia Budhijanto. Namun, perkembangan kasus itu sepertinya jalan di tempat. Ini diungkapkan kuasa hukum kastamer The Frontage, Rohman Hakim, SH. Ia mengaku heran dengan sikap penyidik Polrestabes Surabaya. Pasalnya, sejak pertama kali dilaporkan ke Polda Jatim bulan Februari silam, yang kemudian dilimpahkan ke Polrestabes Surabaya sesuai locus delicti pada bulan Maret, kasus ini tak kunjung terang benderang. Padahal, sambung Rohman, sudah jelas terjadinya adanya unsur penipuan dalam jual-beli kondontel diThe Frontage. "Penyidik ini kerjanya kurang optimal," cetus Rohman kepadaSurabaya Pagi, Jumat (5/7/2019). "Sudah jelas uang kastemer tidak digunakan sebagaimana mestinya," tegas Rohman. Sedang dana kastemer yang sudah terkumpul sekitar Rp 123 Miliar. ***** Dalam satu kesempatan, Dirut PT TGU Setia Budhijanto mengaku tidak terkejut dengan laporan para pembeli The Frontage ke polisi. Ia mengaku siap mengikuti proses hukumnya. "Saya pasrah saja. Saya siap ikuti prosesnya," kata dia saat ditemuiSurabaya Pagi di ruang kerjanya. Budhijanto juga mengaku dana Rp 123 miliar yang telah disetorkan para pembeli, telah habis untuk operasional proyekThe Frontage. Seperti menyewa arsitek profesional kelas dunia, menggaji pekerja, membayar pajak-pajak dan lain sebagainya. Namun ia membantah adanya campur tangan Dahlan Iskan dalam proyekThe Frontage. Dijelaskan, Dahlan Iskan hanya datang saatgroundbreaking dengan kapasitasnya sebagai Menteri BUMN. Sedang Asrul Ananda, putra Dahlan, diakuinya pernah menjadi Komisaris PT TGU. Namun, lanjut Budi, sejak Dahlan Iskan terbelit kasus korupsi, Azrul mundur dari kursi komisaris pada tahun 2016. "Jadi, proyek ini tidak ada sangkut pautnya dengan Pak Dahlan," bela Budi.

Editor : Redaksi

Tag :

BERITA TERBARU