Juni, Ekspor Magnet China ke AS Merosot 3,9% dari Mei

author surabayapagi.com

- Pewarta

Minggu, 28 Jul 2019 17:47 WIB

Juni, Ekspor Magnet China ke AS Merosot 3,9% dari Mei

SURABAYAPAGI.com - Ekspor komoditas magnet China ke Amerika Serikat merosot sejauh 3,9% pada Juni dari bulan sebelumnya. Menurut data bea cukai pada hari Sabtu, menurunnya ekspor dikarenakan adanya kekhawatiran mengenai Beijing yang akan mengekang pasokan produk tanah jarang akibat dari perang dagangnya dengan Washington. Kepada Pentagon, Donald Trump menyampaikan data terakhirnya agar segera mencari cara yang lebih baik untuk mendapatkan magnet permanen di tanah jarang samarium-kobalt, sebagai bahan baku yang digunakan dalam motor khusus, dan memperingatkan bahwa pertahanan negara akan menderita tanpa cadangan yang memadai Cina adalah produsen magnet yang mendominasi di dunia terbukti dengan banyaknya pengguna magnet dalam perangkat medis dan elektronik konsumen serta pertahanan, meskipun Trump pada Agustus 2018 menandatangani undang-undang kebijakan yang melarang pembelian mereka dari China untuk penggunaan militer pada tahun fiskal 2019. Ekspor China ke Amerika Serikat dari magnet permanen, atau bahan tanah jarang yang akan berubah menjadi magnet permanen, telah mencapai 414.100 kg, atau sekitar 414 ton bulan lalu, hal ini menurut data dari Administrasi Umum Kepabeanan menunjukkan. Ekspor tersebut turun sebesar 3,9% dari 431 ton pada Mei, yang merupakan total bulanan tertinggi sejak setidaknya 2016, dan naik 1,45% YoY. David Merriman, manajer baterai dan bahan kendaraan listrik di konsultan Roskill, mengatakan sebelum nomor pabean keluar, pembelian magnet permanen permanen oleh Departemen Pertahanan AS adalah relatif kecil jika dibandingkan dengan impor untuk aplikasi elektronik, otomotif dan lainnya. Dalam hal magnet samarium-kobalt, "tren yang menarik adalah lonjakan impor (AS) dari Filipina dan Malaysia, yang menyarankan perpindahan ke impor yang lebih besar dari produsen milik Jepang," tambahnya, mencatat bahwa Shin-Etsu Jepang ( 4063.T) memiliki fasilitas produksi samarium-kobalt di kedua negara Asia Tenggara tersebut.

Editor : Redaksi

Tag :

BERITA TERBARU