Kasus Pencabulan oleh Guru Menyeruak, Perlu Perhatian Khusus

author surabayapagi.com

- Pewarta

Kamis, 25 Jul 2019 14:40 WIB

Kasus Pencabulan oleh Guru Menyeruak, Perlu Perhatian Khusus

SURABAYAPAGI.COM, Surabaya-Selama 6 bulan sejak Januari hingga Juni 2019, ternyata kasus persetubuhan cukup tinggi. Hal ini diterangkan Kasubdit 4 Renakta Ditreskrimum Polda Jatim AKBP Festo Ari Permana ternyata tahun 2019 kasus persetubuhan cukup tinggi disusul kasus penganiayaan dan pencabulan. " Tingginya kasus persetubuhan ini dikarenakan banyak faktor diantaranya faktor informasi,"terangnya di Polda Jatim (25/7/2019). Untuk kasus persetubuhan untuk tahun 2019 ada 245 kasus, pencabulan ada 119 kasus, penganiayaan 187 kasus, bawa lari anak 8 kasus, pencurian 90 kasus, eksplorasi 12 kasus, keroyok 14 kasus dan pencurian 1 kasus. Dan untuk menekan itu, perlu kerjasama orang tua dan lingkungan agar saling memperhatikan Disisi lain, lembaga pemerhati dan perlindungan anak, Surabaya Children Crisis Center (SCCC) mengecam keras aksi pelecehan oleh guru. Ketua SCCC, Edward Dewaruci menegaskan upaya pencegahan penting agar kejadian tak terulang. Edward menambahkan pencegahan bisa dilakukan dengan peningkatan kepedulian sosial terhadap anak-anak. Hal ini bisa dilakukan oleh orang-orang terdekat, misalnya orang tua. "Pencegahan bukan hanya sosialisasi, ndak melulu itu. Bisa program ketahanan keluarga. Jadi bagaimana keluarga itu betul-betul bisa membuat anak terjamin dalam tumbuh kembangnya di keluarga. Itu yang harus diintervensi oleh pemerintah supaya dia memiliki ketahanan dan kekuatan," papar Edward di Surabaya, Kamis (25/7/2019). "Mesti dievaluasi selama ini pemerintah daerah, pemerintah provinsi bahkan mungkin kecamatan punya program seperti apa untuk melakukan pencegahan dan kepedulian sosial itu," imbuhnya. Tak hanya itu, Edward mengatakan proses rehabilitasi dan pendampingan untuk korban memang sudah berjalan. Namun, Edward menyebut jangan sampai kasus pelecehan ini terlanjur terjadi. Edward menekankan proses pencegahan memang lebih penting. "Kalau penanganan kasusnya, terus untuk rehabilitasi korban kan sudah berjalan. Tapi kan dengan jumlah yang terus ada, harus ada kegiatan untuk terus berjalan, gitu yang penting," ucap Edward. "Jadi ndak bisa sekadar pendekatan hukuman berat begitu, tapi itu kan kalau hukuman berat kalau sudah terlanjur terjadi. Kalau terlanjur terjadi kan pemulihannya akan lebih susah. Tapi kalau pencegahan Insya allah jumlah kasusnya turun," lanjutnya. Sementara melihat kasus yang terungkap akhir-akhir ini, Edward mengatakan memang tren pelaporannya naik. Justru hal ini baik karena korban sudah mau menceritakan apa yang sebenarnya terjadi untuk ditangani lebih lanjut. "Tapi kalau dilihat dari tren peningkatan laporan, berarti keberanian untuk melapor sudah cukup bagus. Ini kan banyak yang sudah terungkap, jadi sudah cukup mau melapor. Tapi jangan semua jadi laporan tapi ndak ada pencegahan," tegasnya. Kita ketahui, dalam sebulan, Polda Jatim telah menangani dua kasus pencabulan oknum guru terhadap murid laki-lakinya. Kasus pertama terjadi pada Kepala SMP swasta di Surabaya, AS (40) yang mencabuli enam siswanya. Menyusul kasus pencabulan oleh oknum guru pembina ekstrakurikuler pramuka, MM (30)yang mencabuli 15 murid.nt

Editor : Redaksi

Tag :

BERITA TERBARU