Kawasan Sedayu Surabaya Utara Kurang Merasakan Sentuhan Tangan Risma

author surabayapagi.com

- Pewarta

Senin, 10 Des 2018 13:47 WIB

Kawasan Sedayu Surabaya Utara Kurang Merasakan Sentuhan Tangan Risma

SURABAYAPAGI.com, Surabaya - Surabaya meraih penghargaan untuk kategori Popular City di Guangzhou International Award 2018. Keindahan kota Surabaya menjadi salah satu alasan kemenangan tersebut berdasarkan pilihan masyarakat setelah ditutup pada Jumat (7/12). Namun, ternyata sederet penghargaan yang diterima oleh Surabaya tidak lepas dari tanggapan kontra masyarakat sendiri. Pasalnya, tidak semua merasakan perubahan signifikan yang merata, salah satunya di Surabaya kawasan utara. Saya sendiri merasa bahwa yang menjadi fokus Ibu Risma saat ini adalah menata keindahan. Di daerah Sedayu ini untuk keindahan memang semakin baik. Namun, tidak ada perubahan untuk aspek-aspek lainnya. Ujar Wana, salah seorang pramuniaga di warung bakso daerah Sedayu (10/12). Usaha memperbaiki keindahan di kawasan Sedayu terlihat ketika melintasi depan makam. Kini, daerah depan makam yang dekat terminal tersebut mulai ditanamnya berbagai pepohonan. Tidak lepas dari kritik masyarakat sekitar yang menganggap kurangnya kepekaan Ibu Risma terhadap PKL sekitar. Ridhoin, salah satu sopir angkutan umum yang mangkal di terminal malah mengaku kurang mengerti terhadap penerimaan penghargaan Surabaya. Kalau ditanya perubahan mungkin pada keindahan seperti bunga dan pohon tapi tidak ada upaya untuk membantu ekonomi masyarakat kecil seperti kita. Ibu Risma belum fokus pada orang kecil seperti kita padahal sudah masuk ke periode kedua masa pemerintahannya. Contohnya ini di depan makam dekat terminal dulu banyak PKL, namun sekarang diusir dan ditanami pohon. Permasalahannya, tidak ada inisiatif relokasi dari pihak pemerintahan yang berujung pada para PKL menjadi pengangguran tambah Sholeh, seorang sopir angkutan umum lainnya yang sedang singgah di terminal. PKL sejumlah 20-30an di kawasan Sedayu tersebut telah berpuluh-puluh tahun singgah sehingga ketika terjadi pengusiran, mereka menjadi tidak memiliki pekerjaan. Sopir angkutan umum lainnya yaitu Ihram menanggapi, Pengusiran PKL ini sudah terjadi sejak tiga bulan lalu namun pemkot belum memberikan bantuan apapun. Sehingga, gerobak milik para PKL menjadi mangkrak dan tidak terurus karena sudah tidak bisa berjualan lagi. Risma terlalu fokus terhadap keindahan tata kota melupakan masyarakat kecil yang sebenarnya juga membutuhkan perhatian dan uluran tangan pemerintahan. Untuk periode kedua yang masih berlaku hingga tahun 2021, diharapkan tidak hanya berfokus pada tata kota melainkan juga aspek lainnya. Surabaya tidak hanya mengenai infrastruktur namun juga isi yang ada di dalamnya yaitu masyarakat. Pr

Editor : Redaksi

Tag :

BERITA TERBARU