KBM Tatap Muka 13 Juli Disambut Hore!

author surabayapagi.com

- Pewarta

Minggu, 21 Jun 2020 21:46 WIB

KBM Tatap Muka 13 Juli Disambut Hore!

i

Ilustrasi karikatur

Sejumlah Guru di Surabaya yang 3 bulan ini Megap-megap, Sambut Antusias. Tapi Kadindik Jatim Masih Ragu Pertengahan Juli bisa Setujui Ada Belajar Mengajar Tatap Muka di Jatim. Ia tetap Menunggu Rekomendasi dari Ketua Rumpun Kuratif Gugur Tugas Percepatan Penanganan Covid -19 Jatim dr. Joni Wahyuhadi, bukan Mendiknas Nadiem Makarim 

 

Baca Juga: Wali Kota Surabaya Minta Surveyor Gali Informasi untuk Atasi Kemiskinan

SURABAYAPAGI.COM, Surabaya – Kegiatan belajar mengajar (KBM) tatap muka yang ditetapkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) RI, pada tanggal 13 Juli 2020 mendatang, disambut suka cita alias hore oleh sejumlah guru di Surabaya. Pasalnya, sejak Indonesia “kedatangan” pandemi virus Corona (Covid-19), awal Maret 2020, KBM diubah secara daring atau tanpa tatap muka. Nyatanya, aktivitas KBM secara daring tiga bulan ini, tak hanya dirasakan berat oleh wali murid dan peserta didik, juga oleh para pengajar, baik pendidik sekolah ataupun pendidik di Lembaga Bimbingan Belajar (LBB).  Pasalnya, selama tiga bulan ini, baik wali murid serta peserta didik dan para pendidik sama-sama “dirugikan”. Bila walimurid harus membayar penuh biaya sekolah satu bulan meski belajar secara daring. Sementara pendidik, berkeluh kesah, penghasilannya berkurang. Bahkan, penghasilan tambahan yang datang dari les privat atau mengajar di LBB, berkurang bahkan nyaris tidak ada. Berikut liputan khusus tim Surabaya Pagi yang dikoordinir Raditya Mohammer Khadaffi bersama tim peliput Byta Indrawati, Aditya Putra, Septyan Ardiyanto dan Patrick Cahyo sejak Kamis (18/6/2020) hingga Minggu (21/6/2020). Liputan khusus terkait bagaimana keluh kesah para pendidik dan menyambut gembira rencana KBM tatap muka yang diprogramkan Kemdikbud pada masa new normal ditengah masa pandemi Covid-19.

“Jujur, saya mendukung proses belajar mengajar tanggal 13 Juli, yang direncanakan pak Nadiem, benar-benar terealisasi. Meskipun, nantinya kita akan patuh pada protokol kesehatan,” ujar Risky, salah satu guru kelas 3 SD Negeri di Surabaya, kepada Surabaya Pagi, Kamis (18/6/2020).

Pasalnya, proses belajar daring yang disepakati akibat pandemi virus Covid - 19, memaksa guru, peserta didik, wali murid, hingga guru les privat maupun tutor bimbel untuk beradaptasi dengan kondisi yang menuntut untuk terus menyampaikan materi pembelajaran.

 

Cari Tambahan Pendapatan

Bahkan, tambah Risky yang punya dua murid dalam jasa les privatnya, harus mencari cara untuk dapat tambahan income. Bahkan, terpaksa les privat dihentikan, karena tidak ada kepastian kapan para siswa masuk kembali di sekolah.

"Selain guru di sekolah, saya juga mengajar les privat. Namun semenjak virus ini dirasa semakin parah maka saya diberhentikan sementara dengan alasan ekonomi keluarga. Ditambah tidak pastinya sekolah akan masuk kembali mulai kapan," ungkapnya.

Hal yang sama juga di keluhakan oleh Felycia Dewi Witanto selaku asisten School Founder Growing Kid School. Ia juga melayani jasa dengan menjadi guru les privat kepada murid-muridnya.

Baca Juga: DPMPTSP Kota Surabaya Target Capaian Investasi 2024 Rp40 T

Felycia mengaku bila semenjak virus Covid - 19 menjadi pandemi nasional bahkan internasional, ia terpaksa merelakan pendapatan tambahan yang ia biasa dapatkan dari les privat. "Iya semenjak jadi pandemi dari 7 murid saya, hanya 3 yang masih tetap saya ajar tatap muka karena masih TK. Sementara satu murid memilih istirahat lesnya, lalu 3 murid lainnya memang via online tapi saya tidak mendapatkan gaji karena hanya online dan tidak tatap muka. Karena yang 4 murid itu sudah besar," keluhnya.

Ia mengeluh bila pendapatnya menjadi berkurang setengah, namun ia juga semakin ditawari untuk mengajar kelas taman kanak-kanak dengan mengajar baca tulis hitung (calistung) dibandingkan mengajar sekolah dasar atau menengah. "Jujur pendapat saya dari les privat berkurang setengah karena sisanya tidak mendapat gaji dari les online. Justru dari wali murid TK banyak yang menawarkan untuk ngajar les calistung," terangnya.

 

KBM Daring, SPP Bayar Penuh

Sementara, beberapa wali murid mendukung bila KBM tatap muka akan digelar pada 13 Juli 2020 mendatang oleh Kemendikbud. Pasalnya, selama tiga bulan KBM secara daring, biaya sekolah tak ada pemotongan sama sekali. Selain itu, banyak tugas dan pekerjaan rumah justru membuat anak lebih stres saat belajar daring ketimbang belajar tatap muka. Bahkan, para wali murid menilai, KBM tatap muka diperlakukan dengan protokol kesehatan.

Baca Juga: Ellips Bagikan Edukasi Wanita Surabaya Rawat Rambut Agar Tetap Sehat

 “Selama ini kegiatan belajar secara daring diskusi antara peserta didik sih berjalan. Tetapi lebih efektif lagi kalo tatap muka langsung. Apalagi tugas-tugas banyak dan harus penyesuaian cepat. Belum lagi selama online, pihak sekolah juga tidak lakukan pengurangan atau potongan biaya administrasi untuk pembayaran SPP. Hanya pembebasan biaya waktu ujian kemarin saja. Ini khan tambah berat,” kata Sulastri yang masih menyekolahkan anaknya di Sekolah Dasar Banyu Urip kelas 4 SD. 

Hal senada juga dirasakan Wyndi Eka, walimurid siswa di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Taman Pelajar Surabaya. Dimana, model pembelajaran daring yang diterapkan guru selama pandemi belum sepenuhnya dirasa efektif bagi siswa. "Saya rasa model pembelajaran daring itu belum efektif untuk murid, jadi harus ada dampingan orangtua. Itupun kalau orangtua nya tidak gagap teknologi, kalau gagap teknologi bagaimana. Belum lagi kalau orang tua bekerja," ungkap Wyndi, Jumat (18/6/2020).

Wyndi juga menambahkan, rasa ketakutan jika anaknya tertinggal mata pelajaran. Dirinya harus mengeluarkan biaya lagi untuk pembayara les privat sang buah hati. Les privat tersebut untuk dua mata pelajaran seperti Matematika dan Bahasa Indonesia. Dari dua mata pelajaran tersebut, Wyndi harus mengeluarkan uang sebesar Rp 250.000 per bulannya.

"Kalau sudah begini bagaimana, SPP juga gak ada potongan dari sekolahan. Saya juga gak tau apa nanti masih kena daftar ulang apa tidak. Di tambah lagi saya harus keluarkan uang tambahan untuk biaya les privat. Saya harap pemerintah juga memperhatikan dunia pendidikan seperti memberi kelonggaran SPP dan biaya daftar ulang bagi sekolah swasta. Makanya saya mendukung bila sekolah yang katanya 13 Juli sudah boleh tatap muka," kata Wyndi. adt/byt/tyn/pat/rm

Editor : Moch Ilham

BERITA TERBARU