Kebijakan Blacklist Huawei Akan Jadi Boomerang Bagi AS

author surabayapagi.com

- Pewarta

Senin, 22 Jul 2019 18:30 WIB

Kebijakan Blacklist Huawei Akan Jadi Boomerang Bagi AS

SURABAYAPAGI.com Meski sempat tak siap, Huawei tetap optimis dan terus melihat kedepan. Teknologi Huawei di masa mendatang diperkirakan akan sangat melesat jauh dari semua teknologi di dunia. Larangan dagang yang dilayangkan oleh AS akan jadi boomerang AS sendiri. Pasalnya, CEO Huawei telah mengklaim bahwa teknologi yang dibesutkan di Huawei sudah cukup untuk menopang dan mengalahkan AS meski Huawei dalam jajaran pertahanan. Hal tersebut diungkapkan Kepala Keamanan Siber Huawei yang juga mantan petinggi di Departemen Keamanan Dalam Negeri AS, Andy Purdy. Mengutip CNN, Purdy menyebut pemerintahan Trump telah mengambil langkah yang salah dalam melindungi negara karena justru akan merugikan perusahaan-perusahaan asal Amerika. "Mengingat kerentanan Amerika Serikat di dunia maya, saya pikir pemerintah berupaya memberikan keamanan untuk Amerika. Tetapi mereka melangkah terlalu jauh," kata Purdy. "Jika kami dipaksa untuk menempuh jalan yang penuh tantangan ini, kami akan baik-baik saja. Tetapi dalam jangka panjang, saya tidak tahu apakah Huawei akan kembali berbisnis di Amerika, dan saya pikir Amerika yang akan terluka," lanjut dia. Pemerintah AS mengatakan perusahaan China tersebut telah menimbulkan risiko keamanan nasional karena pejabat pemerintah Beijing dapat menggunakan teknologinya untuk memata-matai orang Amerika. Huawei sendiri telah berulang kali membantahnya. Akhirnya Gedung Putih memberlakukan pembatasan penggunaan dana pemerintah untuk membeli peralatan telekomunikasi Huawei dan melarang perusahaan Amerika menjual produknya ke Huawei. Di sisi lain, Donald Trump mengatakan pemerintah AS akan melonggarkan larangan tersebut usai bertemu dengan Presiden China Xi Jinping. Meskipun masih belum jelas kapan pemasok Amerika dapat memulai kembali penjualan ke perusahaan tersebut. Huawei sendiri membeli barang-barang buatan Amerika senilai US$ 11 miliar pada tahun 2018. Purdy mengatakan jika perusahaan tidak lagi dapat melakukan hal tersebut, maka yang akan kena getahnya adalah para pemasok dari Amerika seperti Google, Intel dan Qualcomm. "Dampaknya terhadap lapangan pekerjaan Amerika akan sangat signifikan," kata Purdy. Meski demikian, Masalah yang dipikul Huawei belum selesai. Namun, Ren tetap percaya diri akan kemampuan perusahaannya untuk bertahan dengan produknya, terutama terkait 5G. Ren berkata, meskipun AS "sangat kuat", mereka tidak memiliki chip canggih yang didesain untuk 5G. Dia mengklaim, Huawei adalah satu-satunya perusahaan yang menyediakan chip seperti itu, termasuk chip yang digunakan pada kamera smartphone dan jaringan 5G.Ren percaya, ke depan, perangkat Internet of Things akan memerlukan koneksi yang sangat cepat. Dan jika AS melarang dagang dengan Huawei, ini justru akan merugikan AS. "Bahkan jika mereka punya superkomputer dan jaringan dengan kapasitas super besar, AS mungkin masih akan tertinggal karena mereka tidak memiliki jaringan super cepat," kata Ren. "Melarang kerja sama dengan Huawei adalah awal dari kejatuhan AS." Tambah Ren

Editor : Redaksi

Tag :

BERITA TERBARU