Kekuatan Daya Beli Masyarakat Di Tengah Pandemi Covid-19

author surabayapagi.com

- Pewarta

Selasa, 15 Des 2020 20:54 WIB

Kekuatan Daya Beli Masyarakat Di Tengah Pandemi Covid-19

i

Candida Andriadi.

DAMPAK pandemi covid-19 benar-benar telah memporak-porandakan sendi-sendi kehidupan masyarakat dunia termasuk Indonesia, mulai kesehatan, pendidikan, keuangan hingga perekonomian.

Pembatasan atau penghentian aktivitas masyarakat yang diberlakukan pemerintah dianggap sangat penting untuk mengurangi penyebaran virus covid 19, tetapi disisi lain berdampak pula terhadap berhentinya roda perekonomian Indonesia. Akibat dari pandemi ini maka tidak dapat dihindari lagi pertumbuhan negara Indonesia (PDB) tahun 2020 menyusut atau bahkan berkontraksi di bandingkan dengan tahun 2019 dan tahun-tahun sebelumnya

Baca Juga: Dokter Paru Mereaksi Jokowi Soal Endemi

 Apabila dilihat dari data BPS 2020, kuartal I 2020 PDB Indonesia masih tumbuh 2,97% sedangkan pada kuartal II menurun tajam menjadi - 5,32% dan di triwulan III sebesar -3,49% sehingga dapat diartikan bahwa negara Indonesia bersama banyak negara lain telah masuk ke jurang resesi di tahun 2020 ini.  

Dalam situasi demikian, Faktor Konsumsi Rumah Tangga / daya beli masyarakat Indonesia masih dapat diandalkan agar bisa terlepas dari krisis ekonomi ini, dikarenakan beberapa faktor :

  1. Tiga faktor lain dalam membentuk PDB Indonesia yaitu Investasi, Belanja Pemerintah dan Ekspor-Impor yang membentuk neraca perdagangan sudah ikut turun tajam sehingga tidak bisa diandalkan dalam situasi pandemi covid 19 ini;
  2. Konsumsi rumah Tangga penyumbang sebesar 50% yang membentuk PDB Indonesia.

Kelesuan atau menurunnya konsumsi di masyarakat terlihat jelas dari data daya beli masyarakat berdasarkan dari data BPS 2020 yang menyatakan bahwa bulan Juli 2020 terjadi deflasi 0,1% dan pada bulan bulan Agustus 2020 mengalami deflasi 0,05%.

2 bulan berturut-turut adanya deflasi ini menjadikan alarm bagi pemerintah bahwa konsumsi masyarakat sedang mengalami kelesuan yang tajam. Masyarakat sudah tidak mampu membeli barang-barang lain selain kebutuhan pokok. Itu pun hanya kebutuhan untuk makan kebutuhan pokok lainnya sandang dan papan sudah diabaikan atau ditunda dulu.

Berkurangnya pendapatan masyakarakat yang tajam ini disebabkan karena terjadinya PHK besar-besaran oleh perusahaan-perusahaan dalam negeri, penundaan atau pemotongan pembayaran gaji/upah bulanan dll yang mengakibatkan tingkat pengganguran penduduk pada bulan Agustus 2020 bertambah 2,6 juta orang sehingga secara total menjadi 9,7 orang.

Kehati-hatian masyarakat dalam berbelanja yang biasanya hanya selektif untuk pemenuhan kebutuhan dasar turut menyumbang lesunya roda perekonomian Indonesia.

Di sisi lain kecenderungan masyarakat penghasilan menengah ke atas lebih suka menyimpan uang mereka dalam bentuk deposito atau tabungan di bank daripada membelanjakan uangnya semakin memperparah berjalannya roda ekonomi Indonesia.

Melihat semua hal ini, pemerintah telah berupaya semaksimal mungkin untuk merangsang menaikkan daya beli masyarakat Indonesia melalui Program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) dengan menggelontorkan sebesar Rp 695,2 T misalnya dengan bantuan sosial tunai, BLT Dana Desa, bantuan sosial paket sembako, listrik gratis, kartu pra kerja, subsidi gaji karyawan dan BLT Usaha Mikro Kecil.

Realisasi PEN sampai tgl 11 November sebesar Rp 386 T diharapkan  untuk dapat meningkatkan daya beli masyarakat untuk bisa menggerakkan roda perekonomian dimulai dengan belanja-belanja kebutuhan dasar sehingga dapar meningkatkan produksi dari usaha perorangan dan tingkat UMKM.

Peningkatan produksi di tingkat UMKM akan berpengaruh juga terhadap proses produksi pabrik-pabrik yang lebih besar, dan sektor swasta lain di semua lini sektor ekonomi.

            Dari paparan di atas dapat disimpulkan bahwa hanya kekuatan konsumsi masyakarat masih bisa diandalkan Indonesia agar dapat keluar dari resesi ekonomi saat ini, bauran kebijakan pemerintah dan kesadaran masyarakat untuk menyelamatkan ekonomi Indonesia menjadi sangat penting dalam situasi sekarang.

Masyakarat hendaknya lebih peka bahwa krisis ekonomi ini bukan semata-mata tanggung jawab pemerintah pusat dan daerah tetapi semua masyarakat untuk lebih peduli dengan membelanjakan uangnya dengan membeli produk-produk dalam negeri sehingga bisa menggerakkan lagi semua sektor ekonomi.

Apabila ke 2 nya berjalan bersama maka roda perekonomian akan berjalan lebih cepat bergerak, jual-beli masyarakat meningkat, perputaran uang cepat, produksi pabrik-pabrik meningkat, penambahan jumlah tenaga kerja meningkat dan pada akhirnya pendapatan masyarakat meningkat dan kesejahteraan masyarakat Indonesia meningkat tajam menuju Indonesia yang lebih sejahtera.           

 Oleh : Candida Andriadi

Baca Juga: Awas Covid-19 Varian Kraken, Tingkat Penularannya Cepat

 

 

 

 

 

 

 

 

Baca Juga: PPKM Dicabut, Dinkes Kabupaten Mojokerto Tetap Siagakan Ruang Isolasi

 

 

 

 

 

 

 

 

Editor : Redaksi

BERITA TERBARU