Ketegangan Jepang Korsel Berakhir Ketika AS-China Berdamai.

author surabayapagi.com

- Pewarta

Rabu, 24 Jul 2019 20:22 WIB

Ketegangan Jepang Korsel Berakhir Ketika AS-China Berdamai.

SURABAYAPAGI.com - Ketegangan hubungan perdagangan antara Jepang dan Korea Selatan akan segera berhenti ketika perang dagang Amerika Serikat dan China berakhir. Sementara perang dagang AS-China diramal usai jelang Pemilihan Presiden di Negeri Paman Sam pada November 2020 nanti, steidaknya itulah yang diprediksi oleh BI, Bank Indonesia "Perang dagang Jepang dan Korea Selatan ini temporer saja, nanti kalau (perang dagang) AS (dengan China) sudah reda, mereka juga mereda," ujar Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityaswara di lansir dari CNN, rabu (24/7). Mirza memperkirakan perang dagang AS-China berakhir jelang Pemilu AS karena kondisi itu sengaja diciptakan oleh Presiden AS Donald Trump untuk memenuhi semua retorika politiknya pada masa kampanye lalu. Dalam kampanyenya, Trump selalu mengatakan bakal selalu mengutamakan kepentingan AS. Salah satunya dengan membuat AS tidak lagi menelan defisit perdagangan dari mitra dagangnya, khususnya China. Kemudian, pengurangan tenaga kerja migran dari Meksiko. Ini instrumen yang lebih ke motif politik 2020, jadi ini bukan fenomena permanen bagi ekonomi global," imbuh dia. Namun, ketimbang mempermasalahkan kapan perang dagang masing-masing negara berakhir, Mirza ingin Indonesia fokus pada pemanfaatan peluang ekonomi yang bisa diperoleh. Misalnya, untuk menangkap investasi yang keluar dari China. Kemudian, menjadi negara substitusi impor bagi AS. "Maka harus giat undang investasi, misalnya dengan perjanjian bilateral. Eksekusinya, koordinasi pusat dan daerah harus dilakukan," terang Mirza. "Ini instrumen yang lebih ke motif politik 2020, jadi ini bukan fenomena permanen bagi ekonomi global," imbuh dia. Namun, ketimbang mempermasalahkan kapan perang dagang masing-masing negara berakhir, Mirza ingin Indonesia fokus pada pemanfaatan peluang ekonomi yang bisa diperoleh. Misalnya, untuk menangkap investasi yang keluar dari China. Kemudian, menjadi negara substitusi impor bagi AS. "Maka harus giat undang investasi, misalnya dengan perjanjian bilateral. Eksekusinya, koordinasi pusat dan daerah harus dilakukan," terang Mirza.

Editor : Redaksi

Tag :

BERITA TERBARU