Keunikan Suku Minoritas Terbesar Etnis Tionghoa Li & Miaw

author surabayapagi.com

- Pewarta

Jumat, 09 Okt 2020 15:00 WIB

Keunikan Suku Minoritas Terbesar Etnis Tionghoa Li & Miaw

i

Tradisi unik suku Li & Miaw menjewer telinga sebagai ungkapan salam. SP

SURABAYAPAGI, China - Pulau Hainan di China memiliki suku asli yang mendiami Hainan yang bernama Li dan Miao. Walau tergolong minoritas, desa mereka justru menarik hati banyak wisatawan untuk datang. Desa Yetian adalah lokasi sempurna untuk mendalami budaya dan tradisi suku-suku minoritas tersebut.

 Sejarah suku Li (Hlai) adalah suku minoritas terbesar dari etnis Tionghoa. Suku Li sebagian besar hidup di lepas pantai selatan Tiongkok daratan, tepatnya di daerah Sanya, Provinsi Hainan. Jumlah mereka sekitar 1,3 Juta Penduduk. Bahasa yang digunakan sehari-hari adalah bahasa Hlai. Suku ini masih menagunut kepercayaan Animisme dan sebagian menganut agama Budha Thraveda.

Baca Juga: Wali Kota Eri Cahyadi Percepat Penataan Wisata Kota Tua

Suku Li menyebut dirinya sebagai orang “Hlai” atau dikenal dengan sebutan “Sai” atau “Say”. Dan selama masa Dinasti Sui mereka lebih dikenal dengan Suku Liliao. Suku Li merupakan salah satu suku minoritas terbesar, dan diakui secara resmi dari 56 Suku oleh Pemerintah Republik Rakyat Tiongkok (RRT).

Selama penjajahan Jepang di China, Suku Li mengalami penderitaan yang luar biasa, mereka ikut berjuang bersama Kelompok Komunis Cina dalam melawan penjajah Jepang, serta berjuang pada saat perang saudara melawan Pemerintah Nasionalis China. Sehingga saat ini Suku Li merupakan suku terhormat dalam pemerintahan RRT. Salah satu penghargaan yang diberikan kepada meraka adalah, dengan dibangun Desa wisata khusus Suku Li dan Miaw, yang kerap disebut dengan “Yetian Minority Village“. Sehingga di Desa Yetian Sanya, Provinsi Hainan, Yetian Minority Village merupakan Desa Wisata yang lekat dengan cerita kehidupan dan budaya Suku Li & Miaw.

Suku Li dan Miao memiliki beberapa budaya yang unik. Cara salamnya yaitu seperti menjewer telinga. Sang pemilik rumah akan memegang seperti menjewer telinga tamu dan tamu tersebut membalas memegang telinga si pemilik rumah, yang artinya ia akan tinggal di rumah itu.

Baca Juga: Kunjungan Wisatawan ke Surabaya Tembus 17,4 Juta Orang

Gadis Suku Li & Miao harus bisa menenun, jika tidak bisa menenum mereka tidak boleh menikah. Pada zaman dahulu kala, hasil tenunan yang indah itu tidak dijual, tetapi dikhususkan ntuk raja-raja. Makanya Suku ini juga dikenal dengan hasil tenunan yang sangat indah.

Berbagai kerajinan juga dibuat di sana, salah satunya kerajinan keramik. Kerajinan keramik Suku Li dan Miao ini juga mendapatkan status sebagai the World Intangible Culture Heritage dari Unesco.

Budaya dagang suku Li & Miaw juga cukup unik, Mereka berdagang dengan tanpa penjual, dagangan mereka biasaya ditaruh di depan rumah dengan ditulis harga, sehingga pembeli tinggal menaruh uang di tempat yang sudah disediakan. Jika ada uang kembalian, maka pembeli juga tinggal mengambil uang di tempat yang disediakan.

Baca Juga: Percantik Kawasan Wisata Heritage, Pemkot Surabaya Revitalisasi Kota Lama

Model dagang tersebut diyakini oleh suku Li & Miaw bahwa kejujuran adalah nilai tertinggi, jika ada yang tidak jujur atau mencuri, maka akan terkena hukum karma. Nilai kejujuran inilah yang kita perlu harapkan juga pada pemimpin Indonesia, kita harus belajar banyak dan salut pada Mereka (Suku Li & Miaw) di Provinsi Hainan, China. Dsy14

 

Editor : Redaksi

Tag :

BERITA TERBARU