Home / Pilpres 2019 : ANALISIS PILPRES

Khofifah-Pakde Karwo Ikut Menangkan Jokowi

author surabayapagi.com

- Pewarta

Kamis, 18 Apr 2019 09:13 WIB

Khofifah-Pakde Karwo Ikut Menangkan Jokowi

SURABAYAPAGI.com - Hasil hitung cepat (quick count) delapan lembaga survei menunjukkan sinyal kemenangan paslon presiden wakil presiden nomor urut 01 Joko Widodo Maruf Amin di Pilpres 2019, Rabu (17/4/2019). Meski baru sebatas quick count, kalangan akademisi di Surabaya berani berpendapat, hasilnya tak akan jauh dari hasil penghitungan suara manual yang akan dilakukan Komisi Pemilihan Umum (KPU) yang rencananya diumumkan pada 22 Mei 2019 mendatang. Khusus di Provinsi Jawa Timur, lembaga survei Charta Politika mencatat 66,3 33,7 untuk paslon 01. Di lain pihak, Lingkaran Survei Indonesia (LSI) mencatat 65,25 34,75 untuk keunggulan Jokowi - Maruf. Terkait hal ini, peneliti senior Surabaya Survei Center (SSC) Surokhim Abdussalam mengungkapkan, hasil lembaga survei itu menggunakan prinsip intersubjectivity yaitu perbandingan hasil antarlembaga survei. Bila mayoritas atau bahkan semua lembaga survei menyebut salah satu paslon lebih unggul dari paslon lainnya, itu berarti hasil akhirnya sudah bisa diprediksi. Untuk diketahui, jumlah TPS yang tersebar di seluruh Indonesia yaitu lebih dari 800 ribu TPS. Sebagian masyarakat menyangsikan akurasi lembaga-lembaga survei tersebut lantaran jumlah sampel yang hanya ribuan. Menurut Surokhim, dengan margin error 2 persen, satu lembaga survei setidaknya harus mengambil sampel di sebanyak 2.000 TPS. Sementara margin error 1 persen, jumlah sampel setidaknya harus berada di 4.000 TPS. Sebelum menggelar survei lapangan, satu lembaga survei itu memetakan proporsi berdasarkan jumlah TPS yang ada. Dari situ kemudian sampel dibagi secara random, terang Surokhim kepada Surabaya Pagi, Rabu (17/4/2019). Ini kerja ilmiah, jadi bisa dipertanggungjawabkan, tandasnya. Dosen Universitas Trunojoyo ini menambahkan, hasil quick count beberapa lembaga survei yang menyebut keunggulan paslon 01 atas paslon 02, sudah bisa mencerminkan bagaimana real count KPU nantinya. Khususnya di Jatim, paslon Jokowi-Maruf unggul telak dari dari paslon Prabowo-Sandi. Hal ini, juga sudah bisa menjadi tolak ukur perolehan suara secara nasional. Menurut Surokhim, Jatim ini merupakan provinsi dengan sub kultur yang beragam, masyarakat yang dinamis dan sejarah yang panjang. Hal-hal ini dinilai mendekati perilaku pemilih secara nasional. Berdasarkan hasil survei SSC, ada tiga hal yang menjadi kunci kemenangan Jokowi-Maruf. Pertama adalah adanya pertumbuhan pemilih rasional sebanyak 23 persen. Kedua adalah kesadaran politik masyarakat khususnya dari kalangan Nahdliyin dan yang ketiga adalah soliditas partai pengusung. Dalam setiap gelaran pemilu, angka di Jatim ini hampir sama dengan angka nasional. Jadi, Jatim ini cerminan angka nasional, ungkapnya. Kemenangan di Jatim Terpisah, pengamat politik dari Universitas Airlangga Suko Widodo menilai kemenangan telak paslon Jokowi-Maruf diakui tidak terlepas dari pengaruh ketokohan Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa dengan Jaringan Kiai Santri Nasional (JKSN) dan mantan Gubernur Jatim Soekarwo dengan relawan Jokowi-Soekarwo (Jowo). Menurut Suko, faktor ketokohan tersebut sangat kuat pengaruhnya daripada besarnya nama partai politik. Walau demikian, kemenangan telak tersebut sejatinya karena kerja yang bagus dari semua lini pendukung paslon 01. Salah satunya itu (Khofifah dan Soekarwo). Tapi pada dasarnya kemenangan telak itu karena hasil kerja yang bagus dari semua pendukung, termasuk relawan, ungkap Suko. Di sisi lain, pria yang juga menjabat sebagai Ketua Pusat Informasi dan Humas (PIH) Unair ini menambahkan, perolehan suara kubu Prabowo-Sandi memang sempat menguat. Selain disebabkan lantaran faktor media sosial, sosok Sandiaga Uno mempunyai efek yang banyak pengaruhnya. Media sosial sebagai ketersediaan informasi, sementara Sandi dekat dengan kaum milenial, cetus Suko. Mustahil People Power Terkait pidato Prabowo yang menyebut exit-poll versi Badan Pemenangan Nasional (BPN) justru menunjukkan keunggulan bagi paslon 02, Suko menilai hal itu sebagai upaya untuk menguatkan barisan pendukung. Menurutnya, dalam konteks ilmiah, hitung cepat versi Lembaga survei independent justru lebih akurat. Selain itu, dia tidak melihat pidato exit-poll Prabowo itu sebagai bentuk delegitimasi hasil pemilu yang akan berujung pada people power. Tidak akan sampai sejauh itu. Pengalaman politik bangsa ini cukup mampu bisa menerima hasil pemilu. Hanya saja, penggumpalan suara Prabowo di Sumatra, Kalimantan dan NTB yang cukup besar perlu mendapat perhatian serius dari Presiden dalam kebijakannya nanti, ungkapnya. Sementara itu, pakar hukum tata negara (HTN) Unair Radian Salman menambahkan, dengan kandidat paslon yang cuma dua pasang, potensi untuk menuju sengketa hasil Pilpres di Mahkamah Konstitusi (MK) tetap terbuka. Sebelum menuju ke MK, sambung Radian, setidaknya ada dua hal yang perlu diperhatikan. Pertama berapa selisih suaranya. Kalau selisihnya cukup jauh, maka kecil kemungkinan bisa membalikkan perolehan. Kemudian yang kedua, kuantitas dan kualitas pelanggaran maupun kecurangan. MK bisa membuat keputusan dua hal. Yang pertama menambah atau mengurangi suara. Dan yang kedua adalah memerintahkan hitung maupun pemungutan suara ulang, papar Radian. Walaupun kecurangan terjadi secara masif dan terstruktur, MK akan melihatnya sebagai case by case, terang Radian. Selain itu, Radian juga mengimbau masyarakat untuk tidak terpengaruh dengan hasil quick count maupun exit poll. Soalnya, sebagai orang hukum, dia perpandangan kalau hasil yang pasti adalah real count versi KPU. Terkait upaya people power bila paslon 02 benar-benar kalah dalam real count KPU, Radian justru menilai hal itu tidak mungkin terjadi. Saya kira nggak akan sampai ke situ (people power). Tapi, isu itu harus disikapi secara serius. Soalnya, isu people power itu sudah merusak integritas penyelenggara pemilu, pungkas Radian menegaskan. n rga

Editor : Redaksi

Tag :

BERITA TERBARU