Kita Tidak Cari Perselisihan, Kita Cari Damai

author surabayapagi.com

- Pewarta

Selasa, 11 Agu 2020 19:43 WIB

Kita Tidak Cari Perselisihan, Kita Cari Damai

i

Sekretaris umum sinode Gereja Happy Famili Sutresno Kusmana Selasa (10/8/2020)

Surabaya Pagi,Surabaya Sutresno Kusmana Sekretaris Umum Sinode Happy Famili menjelaskan Sidang raya sinode luar biasa Gereja Happy family (HFC) Surabaya digelar tujuan utamanya kita melaporkan jalannya sinode sejak dari tahun 2011 hingga sekarang dan melaporkan hasil evaluasi kerja sinode selama ini. " Pada sidang raya sinode luar biasa ini mengevaluasi kenerja selama ini,"ujar Sutresno di Hotel Luminor Selasa (11/8/2020). Dan sidang raya sinode ini, imbuh Sutresno kita bukan untuk pertengkaran atau perselisihan, bukan, tapi kita untuk damai sejahtera." Kita bukan cari perselisihan kok, kita cari damai,"tegasnya. Kita disini ingin membuat laporan evaluasi kerja dan sidang sinode ini bukan sidang yang liar karena kita berdasarkan surat rekomendasi dari Dirjen Binmas Kristen dan juga ketua Binmas Kristen Jawa Timur. " Jadi sidang raya sinode luar biasa ini tidak bisa semena mena kita sendiri harus ada surat rekomendasi dari pusat,"tandasnya. Masih kata Sutrisno Kusmana Sinode Gereja Happy Famili selama ini sejak 2011 hingga sekarang masih belum ada sidang sinode raya. Dan hari ini kita adakan ini merupakan pertama, karena belum pernah diadakan sidang raya. Dan sidang ini dihadiri pengurus dan pejabat. Artinya pejabat disini pendeta penuh, pendeta muda dan pengurus yang ada di sinodean. Sementara itu, ketua panitia sidang raya sinode luar biasa Gereja Happy Famili Betania Eden Thenu, sidang ini datangnya Kanwil Binmas Kristen Jatim, dapatkan dari Dirjen Binmas Kristen. " Yang atas tidak akan menurunkan rekom jika bawah tidak memberikan rekomendasi,"jelasnya. Karena Kanwil Binmas Kristen telah memanggil kedua untuk dilakukan mediasi, tapi tidak menemukan titik terang. "Kita mau, tapi yang sana ayo lah kita rembukan, kekeluargaan,"terangnya. Tapi disana tidak mau. Beta menambahkan sidang ini dilakukan karena ada hal yang krusial, yakni mau melakukan evaluasi pejabat yang lama. Kan serba tumpang tindih, bendahara siapa, yang memegang uang siapa, laporan keuangan tumpang tindih. " Nggak jelas,"tegasnya. Setelah itu, kami mendapat laporan kalau pejabat lama membuat laporan fiktif kepada kementerian Mei 2016, ada sidang sinode raya dan disahkan notaris. Pejabat sinode ada 32 yang tercatat di Binmas. Nah ini ditanda tangani 32 pejabat. Nah, ketika di kroscek, apa ini tanda tangani kalian, ada yang bilang bukan dan ada yang bilang scan , jadi sebenarnya 2016, adalah sidang sinode raya fiktif. Dari pihak kementerian merasa mereka seperti di bohongi,kenapa laporan gini aja palsu. Kebohongan ini kita ketahui ketika kita minta di kementerian, ternyata dari keterangannya lha kan sudah pernah ada sidang raya sinode 2016. "Lha kita semua kaget, sidang raya sinode 2016,"fiktif, dan tanda tangan kehadiran, acara apa rapat rapat disana ditulis sidang raya,"tandasnya. Temen temen tahu marah dan membuat pernyataan, kami tidak pernah menghadiri sidang raya 2016. Beta sendiri mengaku dirinya hanya ketua panitia dan kita ingin baik baik. Dan dirinya juga mengundang dari pihak sana, termasuk Erika kita undang. " Ada buktinya surat kalau mereka menerima surat undangannya dari kita,"paparnya. Jadi dari pihak kami, baik dari pihak sana dan kita bersatu. " Mereka itu suka mecat mecat orang nggak pakai prosedur,"ujar Beta. Sidang raya ini evaluasi terhadap kinerja dan mempertanyakan sidang raya 2016. Kementerian hanya memberikan rekomendasi ke sidang raya hari ini. Sedangkan kita tanya AD ART yang tahu mereka. Sementara itu, Ketua umum majelis sinode pekerja Gereja HFC Surabaya, Pendeta Dr. Erika Damayanti SH.Mth mengatakan, seharusnya sidang raya itu didampingi sekertaris, bendahara dan sejumlah pengerja lain. "Agenda sidang raya itu menyalahi Anggaran Dasar-Anggaran Rumah Tangga (AD-ART) Gereja HFC. Dia bahkan menyebut tidak mengenal dengan ketua panitianya" katanya. Saya tidak kenal dengan mereka, mungkin mereka-mereka itu adalah orang-orang yang tidak aktif yang sudah mengundurkan diri sejak Januari lalu. Tapi untuk yang jadi ketua panitianya, saya tidak kenal, kata Erika Damayanti saat dijumpai di Surabaya, Jawa Timur, Senin (10/8/2020) kemarin malam. Tak hanya itu saja, Erika Damayanti, menyebut sidang raya tersebut tidak sesuai AD-ART bahkan tidak lazim untuk ukuran sebuah sidang raya. Saya tidak berani mengatakan itu ilegal, tapi itu tidak lazim. Sebab, kalau yang namanya sidang raya maka sesuai AD-ART yang mengundang pasti ketua umum atau wakil ketua umum dan sekertaris. Dan undangan sidang raya itu ditandatangani mereka, sambungnya. Erika Damayanti menuturkan, sinode pekerja Gereja HFC sebelumnya sudah menggelar sidang raya pada 9 Agustus 2020. Di situ, diputuskan bahwa dirinya dipilih sebagai ketua umum sinode pekerja Gereja HFC untuk periode 2020-2025. Sidang raya itu diadakan tanggal 9 Agustus 2020 kemarin. Yang punya hak suara atau yang dapat dipilih hanya yang mempunyai jabatan sebagai pendeta, pendeta muda atau pendeta pembantu tidak punya hak untuk dipilih. Waktu itu, kami memiliki lima kandidat. Akhirnya saya dipilih secara quorum menjadi ketua umum, tuturnya. Keputusan itu, sambung Erika Damayanti juga sudah diberitahukan ke Dirjen Bimas Kristen, ke Bimas Kristen Jawa Timur, ke Linmas Propinsi Jawa Timur, ke Aras nasional yakni PGPI Jakarta dan Propinsi Jawa Timur. Kami sudah kirimkan pemberitahuan bahwa sudah terbentuk kepengurusan yang baru, sambungnya. Kami berpijak hanya satu, urusan rohani ya rohani, tidak pakai cara duniawi, yang jujur. Untuk apa sih adanya organiasi ini, khan untuk mengembangkan supaya spritual manusia menjadi lebih baik. Tapi kalau sudah pakai cara duniawi itu sudah tidak cocok dengan dunia rohani. Saya berpikir lebih baik kita berkarya menjalankan amanat Tuhan untuk melakukan pekerjaan Tuhan yang lebih baik, pungkas Pendeta Dr. Erika Damayanti SH. Mth. Sementara, Teguh Suprihadi, Pembimas Kristen Kementrian Agama Jawa Timur, membenarkan bahwa Sidang Raya ini ada dua kubu yang berbeda. "Betul, Disini ada dua kubu, tapi akan segera kita pertemukan dan kita mediasikan agar menjadi satu kubu" ujarnya. "Kalau menurut SK harusnya hanya ada satu" kata Teguh. Disisi lain Merry salah satu jemaat HFC enggan berkomentar terkait adanya sidang raya yang berlangsung di Luminor. "Maaf mas saya tidak tau masalah itu, kita lo gak kenal sama pendeta-pendeta baru yang baru diangkat. Saya cuman tau itupun hanya sekilas" ujarnya. Ditanya terkait sikap Pdt Hanny Layantara yang sedang menjalankan proses hukum, Merry enggan berkomentar. "Waduh maaf mas saya gak tau mas. Mau ngomong apa takutnya malah salah. Maaf mas" katanya saat ditemui usai sidang raya di Luminor Surabaya, Jawa Timur, Selasa (11/8/2020). nt/don

Editor : Redaksi

Tag :

BERITA TERBARU