Konflik Pecah di Wilayah Selatan Yaman

author surabayapagi.com

- Pewarta

Senin, 29 Jan 2018 14:48 WIB

Konflik Pecah di Wilayah Selatan Yaman

SURABAYAPAGI.com - Konflik bersenjata dilaporkan pecah di Aden, kota di kawasan selatan Yaman. Dilaporkan France24 Minggu (28/1/2018), konflik terjadi antara pasukan pemerintah dengan Dewan Transisi Selatan (STC) melalui kelompok paramiliternya, Pasukan Pemberontak Selatan (SRF). Situasi konflik paling parah dikabarkan terjadi di kawasan Khormaksar, al-Mansoura, dan Distrik Dar Sad. Insiden tersebut mengakibatkan 15 orang, tiga di antaranya warga sipil, dan melukai 30 orang lainnya. STC dilaporkan berhasil mengambil alih gedung pemerintah di Aden, kota yang menjadi ibu kota interim pasca-pemberontakan Houthi pada 2014. Perdana Menteri Yaman, Ahmed bin Dagher, menuduh STC sengaja merencanakan kudeta dengan dibantu Uni Emirat Arab (UEA). "Situasi ini sangat serius. Dunia Arab harus segera turun tangan untuk menyelamatkan Yaman," kata Dagher di laman Facebook-nya. Presiden Abd-Rabbo Mansour Hadi langsung memerintahkan penghentian tembakan, dan penarikan mundur pasukan dari wilayah konflik. "Perintah ini dikeluarkan setelah Presiden Hadi dan komandan militer Yaman berdialog dengan koalisi pimpinan Arab Saudi," demikian pernyataan kantor kepressidenan Yaman. Sementara itu, Wakil Presiden STC Hani bin Braik langsung menyalahkan pemerintahan Hadi atas konflik tersebut. Sebab, sebelum baku tembak itu terjadi, Pemimpin STC, Aidarous al-Zubaidi menyatakan aksi militer tidak akan terjadi jika Hadi melakukan pembersihan kabinet yang dianggap korup. Dagher menjadi salah satu sosok yang dituduh Zubaidi telah melakukan aksi korupsi dalam pernyataan yang dikeluarkan Senin pekan lalu (22/1/2018). Namun, Hadi menanggapinya dengan pelarangan segala kegiatan publik, dan menempatkan pasukannya pada Minggu. Sebagai catatan, Zubaidi mengultimatum bakal menyerang pemerintahan Hadi jika dia tidak kunjung mengumumkan perombakan Minggu. "Kami sudah berusaha berbicara baik-baik. Namun, mereka memaksa kami mengenakan seragam militer kami," ujar Braik dikutip dari Al Jazeera. Sebelumnya, Al Jazeera melaporkan, SRF adalah kelompok yang diduga menerima sokongan dari UEA. UAE merupakan anggota koalisi yang dipimpin Arab Saudi ketika mengintervensi Yaman untuk memerangi Houthi yang diduga didukung oleh Iran pada Maret 2015. Ketika Saudi mulai mempertimbangkan untuk menarik diri dari konflik Yaman, UAE justru makin intensif terlibat di sana. Salah satu bentuk keterlibatan itu adalah mendanai dan mempersenjatai milisi pemberontak yang berada di bawah komando Zubaidi. Zubaidi merupakan milisi gaek yang membantu pemerintahan Hadi dalam mengusir Houthi di Aden. Atas jasanya, Hadi kemudian memberikan jabatan Gubernur Aden kepada milisi berusia 50 tahun tersebut. Namun, hubungan antara Hadi dan Zubaidi langsung berakhir setelah Zubaidi dikabarkan menerima bantuan dari UAE. Apalagi, SRF sering terlbat bentrok dengan loyalis Hadi dalam memperebutkan pengaruh di beberapa daerah strategis kawasan selatan Yaman, termasuk Bandara Aden. Dilansir Middle East Eye, Hadi menuduh Putera Mahkota UAE, Mohammed bin Zayed, sebagai aktor intelektual rencana kudeta terhadapnya. "Hadi menuduh Mohammed bin Zayed bertindak laksana seorang penjajah alih-alih pasukan pembebas," ujar Middle East Eye mengutip sumber di Aden. (kp/cr)

Editor : Redaksi

Tag :

BERITA TERBARU