Mahasiswa ITS Ciptakan Sepeda untuk Pasien Pasca Stroke

author surabayapagi.com

- Pewarta

Minggu, 01 Des 2019 20:27 WIB

Mahasiswa ITS Ciptakan Sepeda untuk Pasien Pasca Stroke

SURABAYAPAGI.COM, Surabaya - Berdasarkan penelitian pasien penyakit stroke di dunia terbesar adalah Negara Indonesia dan China. Hal tersebut dikatakan oleh DR. Lilih Dwi Priyanto,M.MT dalam acara yang di gelar Laboratorium Perancangan dan Pengembangan Produk, P3 Departemen Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri ITS. Salah satu mahasiswa S2 Teknik mesin ITS, Rosadila menciptakan SERAITS (Sepeda Roda Tiga ITS) yang dikhususkan untuk pasien pasca stroke. Sepeda ini menjadi alat fisioterapi bagi para pasien pasca stroke yang sekaligus menjadi alat mobilitas. Dalam aplikasinya di kehidupan masyarakat khususnya didunia medis. Rosadila, yang melakukan pengujian di RS Haji untuk TA, menjelaskan proses saat melakukan uji coba sepeda tersebut. Untuk prosedur pertama yakni melakukan presentasi melalui penelitian ini, setelah itu diperbolehkan menemui beberapa pasien untuk diajak kerjasama untuk melakukan penelitian Seraits. Selanjutnya ia menulis rekam medis, bagaimana pasien mampu atau tidak mengendarai sepeda, melakukan tindakan persetujuan atau tidak, selanjutnya melakukan pengujian uji kayu. Cek kebugaran, intensitas pernafasan, tekanan darah, detak jantung harus selalu dilakukan sebelum dan sesudah melakukan kebugaran, setelah itu baru diperbolehkan. Dilakukan 3 kali seminggu, dan efeknya ternyata pasien mendapatkan beberapa manfaat. Diantaranya jadi lebih fleksibel menggerakkan kakinya, jadi lebih kuat otot-ototnya, merasa senang menggunakan sepeda dan ada perubahan dari pasein menjadi lebih sehat. Salah satu istri pasien menceritakan bahwa yang mengalami stroke adalah suaminya, saat latihan ia selalu mendampingi. Waktu difonis terkena stroke fisik dan mentalnya jadi drop. Suaminya seorang yang aktif, waktu kena stroke itu seakan menjadi suatu hukuman berat. Tinggal dirumah, setelah ada terapi sedikit memberikan hiburan dan merasa senang.Dengan demikian ia bisa jalan-jalan ke komplek rumah. Akhirnya ketagihan, mungkin ada kesempatan bisa memiliki sepeda roda tiga tersebut dengan harga yang murah tentunya. Dokter instalasi rehabilitasi medik, dr. I Putu Alit Pawana, Sp. KFR-K, mengatakan, sebelum dia membahas tentang standar terapi, ia melihat dari sisi tampilan seperti yang kita lihat juga sepeda kokoh, bentuknya fleksibel dan tentunya tidak membosankan karena bisa digunakan untuk alan-jalan di luar rumah. "Kita tidak mau pasien stroke yang memakai sepeda ini malah jadi sakit lututnya. Untuk pasien, unsur safety nya harus benar-benar aman baik saat digunakan sendiri tanpa didampingi keluarga. Pedal sepeda dibuat jangan terlalu berat, agak ringan tapi jalan. saya kira sangat bagus, plus tambahan harus ada monitoringnya," katanya. Sementara itu, Direktur Smarttech 2007, Dani Susanto, ST mengatakan produksi sepeda, di indonesia ada 5 merek yang populer namun sekarang muncul SERATS sehingga jadi 6. Ia bercerita, TA dalam bentuk produk susah ke bngkel dan biasanya tidak bisa request. Mikir kalo lulus bikin workshop, ada mahasiswa desain produk. Akhirnya dia bersama tim di Tanggulangin menangani TA mahasiswa ITS yang membuat produk supaya mereka tidak kesusahan. "Jadi bisa request. proses produksi menyesuaikan desain, tiap mahasiswa berbeda-beda. kalau proses pembuatan rangka berbeda. Soal biaya, berbeda desain beda. Kalau mematenkan desainnya dibuat banyak jadi murah," ujarnya. Kebanyakan industri sepeda lebih banyak mengimpor karena , itu harus dipikirkan manufaktur. Kami bersedia membuat sepeda, namun dalam jumlah yang tidak banyak, antara 1 sampai 10 sepeda. Hal ini dikarenakan tempat terbatas. Diah, dari Departemen Teknik Industri mengatakan pihaknya memikirkan bagaimana nanti sepeda ini bisa dikomersilkan. Kalau laku dijual. Secara fungsional memenuhi standart dunia kesehatan. Alternatif hiburan diluar ruangan, kalau didalam mungkin ada kebosanan. Bagaimana warnanya, bagaimana estetiknya, survey pasar pula dan bagaimana pendekatannya.lab kami juga mendesain aspek kenyamanan dan kesehatan kerja. Putu menambahkan, kajian kali ini lebih ke arah manufaktur dan memperbaiki fungsi dari sepeda, pegangan atau setir dan sadel sepeda. Kami menambah dan memperbaiki fungsi dari itu. Jika dikomersilkan pihak rumah sakit, mau tidak mau dikenalkan pertama di rumah sakit dan distributor untuk bersosialisasi. komunitas sepeda dan komunitas pasca stroke. "jadi harganya tidak bisa murah, sekitar 7 sampai 8 juta. Harapannya harga lebih terjangkau jika volume bertambah," tutup Putu. indra

Editor : Redaksi

Tag :

BERITA TERBARU