Mahasiswa Undika Lakukan Pengabdian Masyarakat Program PHP2D

author surabayapagi.com

- Pewarta

Selasa, 29 Sep 2020 19:50 WIB

Mahasiswa Undika Lakukan Pengabdian Masyarakat Program PHP2D

i

Mahasiswa Undika melakukan pelatihan membatik dengan warga melalui Program Holistik Pembinaan dan Pemberdayaan Desa (PHP2D) di Kampung Suratan RW  03, Kelurahan Kranggan, Kota Mojokerto, Jawa Timur, Senin (28/9/2020).SP/Patrik Cahyo 

SURABAYAPAGI, Surabaya - Mahasiswa Universitas Dinamika melalui Program Holistik Pembinaan dan Pemberdayaan Desa (PHP2D) melakukan pelatihan membatik yang dikuti oleh warga kampung Suratan RW03. Kegiatan tersebut memiliki motivasi untuk menjadikan kampung Suratan RW  03, Kelurahan Kranggan, Kota Mojokerto sebagai Kampung Batik.

Kegiatan membatik tersebut diIkuti oleh warga Mojokerto disambut positif dengan kegiatan bisa menambah ketrampilan yang sebelumnya belum di miliki. Hal itu diungkapkan oleh seorang warga, Ririn Indrawati (43 tahun) mengaku dengan mengikuti pelatihan yang diselenggarakan Undika ini  ia menjadi bisa beberapa teknik membatik.

Baca Juga: Mas Dhito Sebut Batik Kediri Siap Masuk Kancah Nasional

“Sebelumnya bantuin Ibu saya, selanjutnya semoga bisa memproduksi sendiri. Karena sudah cukup menguasai teknik membatik,” kata Ririn saat diwawancarai usai pelatihan membatik.

Pelatihan membatik ini sangat berguna bagi masyarakat setempat. Selain bisa melestarikan budaya, warga Suratan RW 03 bisa memiliki aktivitas yang bernilai ekonomi.

Ririn juga mengatakan sangat berterimakasih dengan program yang diberikan oleh mahasiswa Undika ini. Apalagi tujuannya menjadikan Desa Suratan menjadi Kampung Wisata Batik.

“Alhamdulillah memuaskan pelatihannya, terimakasih atas bantuannya, saya mewakili dari warga Suratan sangat berterimakasih,” kata dia.

Undika_lakukan_Pelatihan_Membatik_Patrik__(1)_1Undika_lakukan_Pelatihan_Membatik_Patrik__(1)_1

Selain itu, Anisa Febrianti (21) juga berharap akan ada pelatihan membatik lagi dengan konsep alam. Agar kreativitas dan inovasi warga terus berkembang dan menghasilkan nilai ekonomi.

“Ia mengaku selama pelatihan ini bisa lebih banyak belajar tentang batik tulis, menjadi tantangan dalam membatik tulis seperti menyantingnya ini yang susah sama pewarnaan,” katanya.

Ditemui dilokasi sama, Ketua Pelaksana PHP2D Muhammad Wahyudi (20) berterimakasih dengan antusias warga, baik ibu-ibu PKK, Karangtaruna, dan warga umum lainnya yang antusias mengikuti kegiatan pelatihan membatik tersebut.

“Hari ini terakhir pelatihan membatik tulis atau canting, sebelumnya batik cap dan jumput. Dan banyak warga yang mengikuti dengan antusias,” kata Wahyudi.

Baca Juga: Berkat Dukungan Dinsos Pemprov Jatim, Rumah Kinasih Berhasil Didik Disabilitas dan ODGJ Ciptakan Karya Tembus Pasar Ekspor

Sementara itu, Mahasiswa Undika akan memberikan pelatihan manajemen produksi, keuangan, dan juga pemasaran dengan harapan awal memodernisasi Desa Suratan menjadi Kampung Batik  bisa tercapai.

Wahyudi menyampaikan ilmu entrepreneur yang akan diajarkan pada warga akan berbasis Teknologi Informasi. Jadi mengoptimalkan teknologi yang sudah semakin berkembang dan canggih, sehingga jangkauan dan pasarnya lebih luas.

“Mereka akan diajarkan cara membuat usaha baru, jadi memberdayakan Desa Suratan melalui budaya dan seni,” tuturnya.

Undika_lakukan_Pelatihan_Membatik_Patrik__(3)Undika_lakukan_Pelatihan_Membatik_Patrik__(3)

Meski terbilang lancar, Wahyudi mengakui terdapat beberapa kendala saat melakukan pelatihan. Apalagi masa pandemi Covid-19 ini kegiatan harus tetap menerapkan protokol kesehatan sesuai dengan anjuran pemerintah.

Baca Juga: Menparekraf Sandi Uno Launching Batik Motif Baru Kota Mojokerto

Ia menjelaskan pihaknya harus membatasi jumlah orang yang mengikuti pelatihan, tetap jaga jarak, menggunakan masker, dan menggunakan hand sanitizer secara berkala.

“Kami juga mengecek suhu peserta yang mengikuti pelatihan, jika suhunya mencapai 38, tidak diperkenan mengikuti pelatihan langsung. Tapi melalui pelatihan online,” kata dia.

Wahyudi berharap budaya dan seni bisa dimanfaatkan sebagai salah satu sumber ekonomi, sehingga kampung ini dikenal dengan Kampung Wisata Batik sekaligus ikon Kota Mojokerto. Agar program ini berjalan sesuai dengan perencanaan, mahasiswa bersama kampus akan melakukan monitoring dan evaluasi setiap minggunya.

“Jika kurang maksimal, kita akan membuat UMKM untuk dikerjakan warga setempat dan membuat website untuk pemasarannya, jadi kerjasama dengan generasi muda untuk mengoperasikan websitenya,” pungkas Wahyudi. Pat

 

Editor : Mariana Setiawati

BERITA TERBARU