Manufaktur Lesu, Ekonomi Indonesia Tertahan di Angka Lima

author surabayapagi.com

- Pewarta

Selasa, 08 Okt 2019 16:33 WIB

Manufaktur Lesu, Ekonomi Indonesia Tertahan di Angka Lima

SURABAYAPAGI.com - Pelemahan sektor manufaktur yang terjadi di Indonesia diprediksi bakal memperlambat pertumbuhan ekonomi tahun 2019 sebesar 0,1 persen. Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menyatakan, pelemahan manufaktur dan pertumbuhan ekonomi tidak terlepas dari situasi global saat ini. Pertumbuhan industrimanufaktur nasional yang lesu menjadi salah satu penghambat pertumbuhan ekonomi Indonesia. Akibatnya, angka pertumbuhan ekonomi selalu tertahan di level kisaran 5 persen setiap tahunnya. Sekretaris Jenderal Kemenperin, Achmad Sigit Dwiwahjono, menuturkan, dengan prediksi pelemahan 0,1 persen, pemerintah berharap agar pertumbuhan ekonomi nasional tidak sampai negatif hingga ke bawah 5 persen. "Mungkin pertumbuhan ekonomi turun 0,1 persen. Tapi kita harapkan pertumbuhan 2019 tidak sampai di bawah 5 persen," kata Achmad kepada wartawan di Padang, Selasa (8/10). Dia mengungkapkan pelemahanmanufaktur dan pertumbuhan ekonomi tidak terlepas dari faktor eksternal. Seperti diketahui situasi global saat ini tengah penuh ketidakpastian dan diperparah dengan adanya trade war atau perang adagang antara Amerika Serikat (AS) dan China. Kendati demikian, dia menyebut pemerintah masih optimis bahwa pertumbuhan ekonomi tahun ini akan berada pada level 5,1 - 5,2 persen. Karenanya, jika pertumbuhan mengalami perlambatan 0,1 persen akibat pelemahan manufaktur, akumulasi pertumbuhan ekonomi tidak akan minus ke level 4 persen. Sebelumnya, lembaga riset internasional, IHS Markit menyatakan, purchasing manufacturing index (PMI) pada kuartal III 2019 hanya 49,2. Angka itu merupakan yang terendah sejak akhir tahun 2016. Angka PMI yang berada di bawah 50 menunjukkan bahwa sektor industri manufaktur tengah mengalami penurunan produksi. Sementara itu, laju pertumbuhan ekonomi nasional juga dibayangi risiko. Menurut data Badan Pusat Statistik pertumbuhan masih di bawah 5,1 persen. Pada kuartal I 2019, ekonomi Indonesia hanya tumbuh 5,07 persen sedangkan kuartal II turun menjadi 5,05 persen. Secara year on year, pertumbuhan tersebut juga lebih rendah. Sebelumnya, Deputi Gubernur BI, Dody Budi Waluyo menyebutkan pertumbuhan sektor manufaktur nasional di kuartal II-2019 hanya tumbuh di kisaran 3,62 persen. Angka tersebut dinilai terlalu kecil, bahkan hanya separuh dari pertumbuhan normal sektor manufaktur yang seharusnya 6 persen-7 persen. "Tidak salah kalau ekonomi kita akan tumbuh diskisaran hanya sekitar 5 persen untuk di tahun 2019 ini. Jadi ini tantangan yang besar bagaimana kita bisa dorong sektor manufaktur untuk terus tumbuh," kata dia, dalam acara seminar nasional terkait pengembangan industri dalam negeri di Hotel Borobudur, Jakarta, Rabu (4/9). Dia menegaskan perlu usaha ekstra untuk mendorong sektor manufaktur sehingga lebih memacu laju pertumbuhan ekonomi. Namun semua itu tentu tidak lepas dari berbagai tantangan. Dia mengungkapkan, setidaknya ada dua tantangan dalam mendorong industri manufaktur tersebut. Pertama soal meningkatkan value chain dalam negeri. Menurutnya, banyak industri unggulan Indonesia yang belum saling terhubung dengan industri lainnya. Terutama yang produk pendukungnya ada di Tanah Air. "Seperti industri otomotif, yang produksinya cenderung dimanfaatkan untuk ekspor ke luar negeri, dibandingkan untuk dukung sektor industri dalam negeri," ujarnya. Selanjutnya, produk unggulan manufaktur harus didorong untuk bersaing di pasar global. Menurutnya, ditengah persaingan global yang semakin ketat, Indonesia perlu menentukan prioritas produk, tak bisa keseluruhan secara bersamaan. BI melihat potensi itu ada pada produk tekstil, otomotif, dan alas kaki.

Editor : Redaksi

Tag :

BERITA TERBARU