Menelisik Asal Usul Kecap Tjap Jeruk

author surabayapagi.com

- Pewarta

Kamis, 20 Feb 2020 22:01 WIB

Menelisik Asal Usul Kecap Tjap Jeruk

SURABAYAPAGI.COM, Surabaya - Di masa lampau, geliat perniagaan yang diwarnai interaksi pedagang asing seperti dari Eropa, Gujarat, Arab, dan Tionghoa serta penduduk lokal di Surabaya, menumbuhkan suatu hubungan mutualisme. Dan tradisi dari negara-negara tersebut melebur jadi satu, sehingga memunculkan tradisi baru. Dan sampai saat ini membentuk sebuah akulturasi yang harmonis, tak terkecuali kuliner bernuansa peranakan (Tionghoa). Banyak makanan Indonesia populer yang sebenarnya jika digali lebih dalam berakar dari tradisi dapur Tionghoa, namun masyarakat tidak familiar dengan akar asal-usulnya. Hal tersebut karena proses adaptasi dengan kondisi serta selera lokal, telah menciptakan panganan yang justru tidak ditemukan di negeri asalnya. Contohnya adalah bakwan (ote-ote), nasi goreng, soto, kecap, onde-onde, lontong mi dan lainnya lebih terkanal di negara kita ketimbang di Tionghoa. Melalui program tematik tur Surabaya Heritage Track (SHT), trackers diajak untuk mengenali identitas kota Surabaya melalui keragaman kuliner khas yang sebenarnya masih berkaitan erat dengan kultur Tionghoa. Caranya, dengan mengunjungi tempat pembuatan kecap manis di Pabrik Kecap Cap Jeruk Pecel Tulen, serta mencicipi ragam jajanan khas seperti cakwe, bakcang, ote-ote, lontong mi, soto dan lain sebagainya di Pasar Atom Surabaya. Manager House of Sampoerna, Rani Anggraini mengatakan, Tur Tematik SHT diselenggarakan pada periode-periode tertentu guna memperkenalkan sejarah kota Surabaya serta berbagai bangunan dan kawasan yang memiliki nilai sejarah tinggi. "Tujuannya adalah agar trackers mengenal sejarah kota Surabaya dengan peninggalan bangunan-bangunan yang sekarang sebagian sudah menjadi cagar budaya dan juga ragam kuliner khas Surabaya," katanya. Sejak 2010 SHT telah menyelanggarakan 53 tur tematik dan mengunjungi lebih dari 100 bangunan cagar budaya baik museum, institusi pemerintahan dan swasta, tempat peribadatan, monumen, kampung, pasar, perpustakaan, pabrik, dan lain sebagainya. Hal tersebut juga menginisiasi Heritage Walk dengan nama Klinong-klinong ning Suroboyo yang menjadi pengembangan SHT dengan mengajak Trackers untuk secara langsung berinteraksi dengan masyarakat sekitar.indra

Editor : Redaksi

Tag :

BERITA TERBARU