Menjaga Muruah Diri di Tahun Politik

author surabayapagi.com

- Pewarta

Selasa, 19 Feb 2019 09:13 WIB

Menjaga Muruah Diri di Tahun Politik

SURABAYA PAGI - Awal tahun 2019 menjadi awal tahun yang begitu riak dengan hiruk pikuk aktifitas politik. Tahun ini akan menjadi tahun yang terasa begitu bising dengan kegiatan-kegiatan politik. Bagaimana tidak, tahun ini akan menjadi catatan sejarah baru dalam penyelenggaraan pemilhan umum di Indonesia. Pemilihan umum yang sebelumnya dilaksanakan dalam waktu yang berbeda antara pemilihan umum untuk pemilihan anggota parlemen dengan pemilihan umum untuk memilih presiden, pada tahun ini akan dilaksanakan dalam waktu bersamaan yang disebut dengan pemilu serentak 2019. Tentu saja secara otomatis pemilihan umum serentak ini akan lebih riuh daripada pelaksanaan pemilihan umum terdahulu. Warna-warni dan logo bendera raksasa parpol berkibar ditiap pelataran jalan protokol, sebagai tanda mulainya aktifitas politik. Setiap pelaksanaan pemilihan umum selalu diikuti dengan fenomen-fenomena khas yang mengiringi. Calon-calon baru bermunculan sebagai opsi tambahan. Tidak hanya berbeda karena adanya calon-calon baru, tapi juga berbagai isu kekinian yang diangkat oleh para calon sebagai materi atau alat yang mereka kampanyekan kepada pemilih. Adu taktik untuk berebut meningkatkan daya tarik, beragam macam poster, stiker para calon terpampang di setiap pojok jalan, tertempel berjubel pada tembok-tembok pagar, dengan berbagai macam pose dan slogan. Pemilihan umum bahkan melintas batas dunia nyata, riuh kampanye tak hanya terlihat dan terasa dalam dunia nyata tapi juga dunia maya. Dahulu hanya terlihat kampanye jalanan, bergabung dan berkumpul, meneriakan yel-yel dan berbagai gerakan ciri khas calon, kini ruang dan waktu ditembus tak perlu mengumpulkan masa cukup hanya dengan memposting gambar atau video para calon sudah bisa mengkampanyekan diri kepada pemilih. Dengan berbagai inovasi, para calon berebut empati, obrolan pemiihan umum kini tidak hanya dipojok-pojok jalanan tapi juga dalam setiap jendela media sosial disusupi bahkan menjadi sebuah materi yang mendominasi pembicaraan. Positif negatif, dua hal berlawanan yang selelu berdampingan. Tidak terkecuali dengan politik atau pemilihan umum 2019 ini. Kampanye lintas batas terjangkit virus, dengan mudah masyarakat dan para calon melakukan sosialisasi mengkampanyekan diri semudah itu pula kita melihat kampanye negatif, saling menghujat, kampanye sara dan ujaran kebencian. Masih banyak para kontestan politik menggunakan kampanye negatif ini sebagai strategi politik yang mereka anggap efektif karena memang hal-hal yang demikian akan dengan mudah direspon oleh masyarakat karena merupakan isu yang sensitif. Ini menjadi sebuah fakta yang meprihatinkan yang terjadi di tengah masyarakat saat ini. Hal ini menjadi sebuah tantangan bagi kita semua untuk setidaknya mengurangi masifnya penyebaran dan penjangkitan virus ini. Minimnya pengetahuan, pemahaman politik masyarakat ditambah dengan perilaku elit politik yang provokatif, menyuburkan terus terjadinya kampanye negatif yang tidak jarang mengakibatkan konflik nyata dalam masyarakat. Oleh karena itu dibutuhkan orang-orang atau masyarakat yang setidaknya tidak mudah terpengaruh, mampu memposisikan diri dalam posisi yang mengedepankan akal pikiran dan akal sehat dalam menanggapi isu-isu yang berkembang khususnya isu-isu politik. Melawan isu-isu negatif tersebut dengan menularkan atau menyebarkan isu positif, atau setidaknya tidak ikut menjadi penyebar isu negatif tersebut. Dan orang-orang inilah orang yang menjaga muruah dirinya dan nantinya diharapkan mampu meluruskan mereka yang mudah tergerus arus terbawa oleh politik pragmatis yang menggunakan isu-isu negative dalam kontestasi politik. Agar kontestasi politik 2019 benar-benar bisa menjadi sebuah pesta demokrasi yang bisa dinikmati penyelenggaraannya oleh masyarakat bangsa ini.

Editor : Redaksi

Tag :

BERITA TERBARU