Home / Slc : Bengkel Muda Surabaya (BMS) menggelar aksi kesenia

‘Meruwat’ Kota Pahlawan

author surabayapagi.com

- Pewarta

Minggu, 23 Des 2018 14:44 WIB

‘Meruwat’ Kota Pahlawan

SURABAYAPAGI.com, Surabaya - Bengkel Muda Surabaya (BMS) menggelar aksi kesenian dan budaya, memberikan semacam catatan terhadap permasalahan kota, Surabaya khususnya dan kota-kota Indonesia umumnya, Sabtu (22/12/18) malam. Bertempat di Balai Pemuda Surabaya, aksi tersebut diberi tajuk Kota dan Konstruksi Kesunyian berupa pertunjukan berdurasi kurang lebih 120 menit. Pertunjukan ini menyajikan sebuah orkestra dari berbagai unsur seni. Aksi tersebut merupakan pertunjukan kompilasi dari berbagai macam disiplin kesenian seperti tari, teater, musik, senirupa, film dan sastra, yang mencoba merespon kondisi dan kesibukan sebuah kota. Masing-masing pelaku mengekspresikan hasil renungannya dari kondisi kota yang kompleks, termasuk didalamnya persoalan ekonomi, politik, budaya, termasuk pula permasalahan akses (serbuan,red) informasi global, jelas Wali Muhammad, Ketua Panitia pertunjukan Kota dan Konstruksi Kesunyian. Lebih lanjut Wali mengungkapkan, pertunjukan yang juga menampilkan aksi Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini itu dimaknai sebagai ruwatan -membarui kekeliruan lama- baik alam maupun tangan manusia, agar memberikan daya hidup kemanusiaan dalam dinamika kesibukan kota. Mawas diri terhadap kapitalisasi dan komersialisasi kesenian yang selalu memikirkan untung rugi semata tanpa mengindahkan kesetaraan hak dan kesempatan. Pertunjukan ini tidak membagi cerita kecuali dimaksudkan untuk mencari landasan baru terciptanya kesenian urban (urban art,red). Mencoba menjawab tantangan warga kota agar seni tidak dipersepsi sebagai sebuah kesia-siaan yang membebani tapi menjadi potensi yang berkontribusi terhadap perkembangan sebuah kota, jelas Wali. Sementara itu, Ketua Bengkel Muda Surabaya Heroe Budiarto menuturkan, meski di tengah-tengah arus global, sebagai insan yang menggeluti di bidang seni dan budaya harus selalu terbuka, waspada dan lebih giat belajar serta mengasah kepekaan sosial. Kendati muncul istilah industri kreatif, badan ekonomi kreatif, revolusi indutri kreatif 4.0 dan masih banyak istilah seabrek lainnya. Kami menyakini bahwa perkembangan tersebut tidak boleh lepas meninggalkan aspek sosial, memanusiakan manusia. Menghargai manusia bagian dari perubahan atau peradaban. Tidak berpaling karena melesatnya teknologi dan hati nurani tidak menjadi peka dan terasah, ujar Heroe.

Editor : Redaksi

Tag :

BERITA TERBARU