Meski Sementara, Harapan Perdamaian Terus Di Panjatkan

author surabayapagi.com

- Pewarta

Rabu, 03 Jul 2019 19:39 WIB

Meski Sementara, Harapan Perdamaian Terus Di Panjatkan

Pertemuan Presiden Amerika SerikatDonald Trump dan Presiden ChinaXi Jinping pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G-20 ke-14 lalu hanya meredakan situasi perang dagang untuk jangka pendek. Peneliti Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) Pingkan Audrine Kosijungan mengatakan, perundingan antara kedua presiden pada KTT G-20 akhir Juni lalu sebenarnya memberikan secercah harapan. Perundingan ini tidak menghasilkan pengenaan tarif tambahan. Namun, tarif yang saat ini sudah dikenakan kedua negara tidak dicabut. Kedua presiden juga mengemukakan ada upaya untuk me-reset kembali negosiasi perdagangan di antara kedua negara adidaya tersebut. Namun, ucapan Donald Trump di suatu kesempatan kembali menimbulkan pergolakan di dalam negerinya. Pernyataannya bahwa Huawei dapat kembali membeli produk-produk AS dalam waktu dekat disikapi negatif dan disebut tergesa-gesa mencabut kebijakan yang semula diindikasikan untuk menjaga keamanan domestik AS, serta menimbulkan pertanyaan atas kelanjutan negosiasi perdagangan. "Saya memperkirakan dinamika perdagangan global masih terus berlanjut. Oleh sebab itu, pemerintah perlu terus berhati-hati menyiasati perang dagang. Kemungkinan perubahan keputusan yang begitu cepat mengindikasikan ada kemungkinan perubahan atas kebijakan lainnya seperti saat di KTT G-20 lalu," ungkap Pingkan. KTT G-20 yang berlangsung di Osaka, Jepang pada 28-29 Juni 2019 lalu kembali mempertemukan pemimpin negara-negara anggota G-20, termasuk AS dan China, yang sejak setahun belakangan gencar mengenakan tarif impor satu sama lain. Pertemuan ini diharapkan mampu meredam tensi perang dagang yang sempat memanas di pertengahan kuartal kedua tahun ini. Beberapa minggu sebelum KTT G-20 berlangsung, China melakukan retaliasi tarif dengan besaran antara 20-25% untuk produk-produk AS. Besaran tarif ini meningkat dari yang semula berkisar 5-10% dengan total nilai mencapai US$60 miliar. Hal ini dilakukan China setelah pada Mei 2019, AS meningkatkan tarif impor menjadi 25% terhadap produk-produk China yang mencapai nilai US$200 miliar. Perang dagang antara kedua negara besar ini berawal dari langkah Pemerintah AS yang ingin memperkecil selisih neraca perdagangannya dengan China. Pada awal 2018, Donald Trump menginstruksikan pengenaan tarif impor oleh AS untuk produk panel surya. Meski demikian, berbagai pihak telah menyatakan harapan untuk berdamai dan selesainya perang dagang agar kapal perekonomian dunia tidak terombang-ambing oleh gelombang perang dagang yang sangat mudah untuk meluluh lantahkan perekonomian dunia.

Editor : Redaksi

Tag :

BERITA TERBARU