Multitafsir Ancaman Amien Rais

author surabayapagi.com

- Pewarta

Kamis, 22 Nov 2018 10:40 WIB

Multitafsir Ancaman Amien Rais

SURABAYA PAGI, Jakarta Pernyataan Amien Rais kembali menimbulkan perbincangan hangat. Pernyataan yang berniat menjewer Haedar Nasir, Ketum PP Muhammadiyah jika Muhammadiyah tidak memilih di Pilpres 2019. Ada yang mengkritik Amien Rais, ada juga yang membela dan menganggapnya hanya candaan. Ancaman Amien Rais itu disampaikan saat Tabligh Akbar dan Resepsi Milad ke-106 Masehi Muhammadiyah di Islamic Center Surabaya, Selasa (21/11). Dia berpendapat Muhammadiyah seharusnya punya sikap resmi di Pilpres 2019. "Di tahun politik, tidak boleh seorang Haedar Nashir memilih menyerahkan ke kader untuk menentukan sikapnya di pilpres. Kalau sampai seperti itu akan saya jewer," kata Amien pada kesempatan tersebut. Amien juga meminta Muhammadiyah menentukan sikap secara organisasi untuk selanjutnya disampaikan ke umat sehingga pada 17 April 2019 sudah tidak terjadi perdebatan memilih. Mantan Ketum PAN ini lalu mengungkap kriteria pemimpin yang menurutnya perlu dipilih. "Pilih pemimpin yang beriman, diyakini, dan tidak diragukan keislamannya. Tanpa harus saya sebut nama, pasti Muhammadiyah sudah tahu," ucapnya. Pernyataan Amien Rais ini kemudian mendapat berbagai respons. Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) menilai pernyataan Amien bertentangan dengan khitah Muhammadiyah. IMM mendukung Haedar Nashir. "Terkait pernyataan ayahanda Amien Rais yang akan menjewer Ketua Umum PP Muhammadiyah ayahanda Dr Haedar Nashir apabila membebaskan warga Muhammadiyah untuk memilih siapa saja dalam pilpres pada 17 April 2019 nanti, DPP IMM menilai pernyataan yang dikeluarkan oleh Pak Amien bertentangan dengan semangat khitah yang sudah pernah digagas dalam Muktamar Muhammadiyah tahun 1971 di Makassar yang menegaskan bahwa Muhammadiyah tidak terikat dengan partai politik apa pun dan menjaga jarak yang sama dengan semua partai politik," kata Ketua IPM Najih Prastiyo. Wakil Ketua Dewan Kehormatan PAN Dradjad Wibowo menilai ucapan Amien Rais itu sebagai bentuk keakraban seorang senior kepada junior, dalam hal ini Haedar Nashir. Pernyataan itu disebut sebagai cermin keakraban. "Mas Haedar itu junior Pak Amien di Muhammadiyah, dan beliau berdua sudah saling mengenal dengan sangat akrab. Jadi saya melihat istilah menjewer itu sebagai cermin keakraban," ungkap Dradjad. Tidak ketinggalan, Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah menilai hal itu sebagai candaan Amien Rais. Itu karena Amien dan Haedar memiliki hubungan pribadi yang khusus. Karena itu, orang tidak bisa sembarang menafsirkan perkataan Ketua Dewan Kehormatan PAN tersebut kepada Haedar. "Tanya dulu ke beliau, apa ininya, itu bercanda tingkat dewa itu. Kita nggak bisa menginterpretasi," ujar Fahri. "Mereka itu punya maqom masing-masing. Punya hubungan pribadi yang khusus, punya pengalaman yang khusus. Dan itu kan dalam lingkup para pimpinan-pimpinan negarawan Muhammadiyah kan, yang sudah teruji dalam sejarah ini, mereka punya bahasa-bahasa yang pada akhirnya nanti menjadi hikmah lah bagi kita," sambungnya. Berbeda, Sekjen PSI yang juga eks Ketum Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM), Raja Juli Antoni, mengkritik Amien Rais. Bagi Toni, pernyataan Amien mengubur semangat independensi dan netralitas Muhammadiyah. "Saya menyayangkan pernyataan Pak Amien Rais yang mau menjewer keras Ketum PP Muhammadiyah Pak Haedar Nasir yang membebaskan warga Muhammadiyah menentukan pilihan dalam pilpres. Sikap Pak Amien mengubur semangat independensi dan netralitas yang dipegang teguh Muhammadiyah selama ini," kata Raja. Jk

Editor : Redaksi

Tag :

BERITA TERBARU