Nakes Tewas, Alergi Makin Parah hingga Gatal di Tenggorokan

author surabayapagi.com

- Pewarta

Kamis, 07 Jan 2021 21:56 WIB

Nakes Tewas, Alergi Makin Parah hingga Gatal di Tenggorokan

i

Presiden terpilih Amerika Serikat (AS) Joe Biden telah menerima suntikan pertama dari dua dosis vaksin Covid-19 merek Pfizer-BioNTech yang harusnya ia terima, pada Senin (21/12/2020) lalu.

 

Efek Usai Bule di Vaksin Corona

Baca Juga: Tentara Bayaran WNI di Ukraina, Bisa Propaganda Rusia

 

 

 

SURABAYAPAGI.COM, Washington - Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat atau FDA memperingatkan, vaksin Covid-19 Moderna bisa menyebabkan efek samping pada beberapa orang dengan filler wajah.

Sejumlah kecil peserta uji coba vaksin tersebut melaporkan pembengkakan wajah sebagai efek samping, seperti disampaikan dokter bedah plastik, Dr. Amir Karam.

"Jadi apa yang mereka lihat dalam uji coba 30.000 peserta yang dilakukan Moderna, mereka menemukan sekitar tiga dari pasien tersebut bereaksi terhadap filler. Reaksi itu terlokalisasi di tempat filler disuntikkan, jadi dalam beberapa kasus terjadi di bibir dan pipi," jelasnya seperti dikutip oleh NBC7 News.

Menurut laporan tersebut, satu peserta melakukan filler wajah dua pekan sebelum vaksinasi dan yang lainnya melakukannya enam bulan sebelumnya.

Karam menjelaskan, ketika seseorang divaksin, sistem kekebalannya "meningkat".

Dia menjelaskan, sistem kekebalan dapat menargetkan area di mana filler berada yang kemudian menyebabkan "respons peradangan yang lebih kuat."

Efek samping, lanjutnya, yang "mungkin" tidak boleh menghentikan orang untuk vaksinasi dan semua reaksi yang terkait dengan filler telah diobati.

“Saya kira kalau terlokalisasi, jenis reaksi yang sangat ringan hanya di daerah yang bengkak, saya kira langkah pertama adalah menghubungi dokter yang menyuntikkan filler,” kata Karam.

Pada Desember 2020, dua orang yang menerima vaksin Pfizer-BioNTech di Inggris melaporkan mengalami reaksi, termasuk satu laporan anafilaksis, yang dapat menyebabkan tenggorokan bengkak, kesulitan bernapas, dan kesulitan menelan.

Orang-orang yang memiliki riwayat anafilaksis terhadap vaksin, obat atau makanan apa pun telah diimbau oleh regulator Inggris untuk tidak menggunakan vaksin tersebut

Sementara itu, Dr Anthony Fauci, pakar kesehatan penyakit menular dari Amerika Serikat yang juga menjabat sebagai Director of the National Institute to Allergy and Infectious Diseases (NIAID), bersama dengan hampir 2 juta penduduk AS, telah disuntik vaksin Corona buatan Pfizer-BioNTech dan Moderna pada minggu lalu.

Seperti kebanyakan orang yang disuntik vaksin Corona, Fauci mengatakan bahwa satu-satunya efek samping yang dirasakan adalah lengan terasa sakit.

"Satu-satunya hal yang saya rasakan, mungkin 6-10 jam setelah divaksin, saya merasa sedikit sakit di lengan dan mungkin masih terasa hingga 24 jam," kata Fauci, dikutip dari BGR.

Baca Juga: UNESA Gandeng Universitas Islam Madinah Perkuat Mutu Pendidikan dan Jaringan Internasional

Dijelaskan pula, kata Fauci, ia tak mengalami efek samping lain yang mengganggu usai disuntik vaksin Corona.

Selain itu, dikatakan bahwa tidak ada efek samping serius yang terjadi selama uji klinis vaksin Corona berlangsung. Jika relawan melaporkan gejala seperti sakit kepala atau nyeri otot usai disuntik vaksin, gejala tersebut biasanya akan hilang dalam 24 jam.

Meski begitu, tak bisa dipungkiri bahwa ada laporan penerima vaksin Corona mengalami reaksi alergi yang parah. Namun, indikasi awal menunjukkan bahwa individu tersebut cenderung memiliki riwayat alergi parah.

Misalnya, Dr Hossein Sadrzadeh, yang memiliki riwayat alergi parah terhadap kerang, mengatakan kepada The New York Times bahwa tekanan darahnya naik dan ia mengalami syok anafilaksis setelah disuntik vaksin Corona.

Namun, menurut laporan, kondisi Sadrzadeh saat ini sudah baik-baik saja. Meski begitu, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) masih menyarankan orang dengan alergi yang tidak terlalu parah untuk mendapatkan vaksin Corona.

 

Perawat Meninggal usai Divaksin

Efek samping yang terparah terjadi Porto, Portugal. Seorang asisten bedah anak dilaporkan meninggal dunia dua hari setelah mendapatkan suntikan vaksin corona buatan Pfizer. Otoritas kesehatan setempat saat ini tengah menyelidiki penyebab kematian mendadak tersebut.

Perawat yang diidentifikasi sebagai Sonia Acevedo ini bekerja sebagai asisten bedah anak di Instituto Portugues de Oncologia (IPO) di Porto, sebuah rumah sakit onkologi.

Baca Juga: Antisipasi Petugas KPPS Sakit, Dinkes Surabaya Siagakan Nakes dan Hotline 24 Jam

Sebelum dinyatakan meninggal, ibu dua anak itu mengaku tidak mengalami efek samping setelah mendapatkan suntikan vaksin. Dia merupakan salah satu dari 538 tim medis di IPO yang pertama menerima vaksin Pfizer.

Ayah Acevedo, Abilio, mengatakan jika anaknya sempat makan malam bersama keluarganya pada malam Tahun Baru sebelum ditemukan meninggal di kamarnya keesokan paginya.

"Saya ingin tahu apa yang menyebabkan kematian putri saya. Dia baik-baik saja, tidak punya masalah kesehatan," kata Abilio kepada tabloid Portugal, Orreio da Manha seperti dilansir Wio News.

Abilio menuturkan jika anaknya tidak menunjukkan gejala apa pun setelah divaksin.

"Dia mendapat vaksin corona, tetapi tidak menunjukkan gejala apa pun. Saya tidak tahu apa yang terjadi. Saya hanya ingin tahu apa yang menyebabkan kematian putri saya," ujarnya.

Dia menggambarkan anaknya sebagai orang yang "baik dan bahagia" yang "tidak pernah minum alkohol, tidak makan sesuatu yang istimewa atau luar biasa."

Senada, putri Acevedo, Vania Figueredo mengatakan jika ibunya meninggal dengan cepat dan sebelumnya tampak baik-baik saja.

"Kami tidak tahu apa yang terjadi. Itu semua terjadi dengan cepat dan tanpa pejelasan. Saya tidak melihat ada yang berbeda pada ibu saya, dia baik-baik saja. Dia hanya mengatakan bahwa area tempat di adivaksin terasa sakit, tapi itu normal," ungkap Figueredo.

Di sisi lain, Otoritas Kesehatan Portugal mengatakan saat ini sedang menyelidiki kematian mendadak Acevedo.abc/afp/ws/rl

Editor : Moch Ilham

BERITA TERBARU