Negosiasi Perang Dagang Selanjutnya Diprediksi Gagal

author surabayapagi.com

- Pewarta

Senin, 12 Agu 2019 16:55 WIB

Negosiasi Perang Dagang Selanjutnya Diprediksi Gagal

SURABAYAPAGI.com - Seakan tak mungkin terlerai, perundingan perang dagang pada bulan September mendatang yang sekaligus sebagai perundingan kedua setelah gencatan senjata dimulai lagi diprediksikan tidak akan terealisasi. Pasalnya, melihat kondisi saat ini, AS dan China saling melempar serangan, terlebih hingga melabeli China sebagai manipulator mata uang setelah China memangkas nilai yuan. Hal ini menjadikan perang dagang mencapai titik didih terpanasnya. Negosiator perdagangan dari AS dan China dijadwalkan untuk bertemu kembali di Washington pada September 2019. Namun, ekskalasi perang dagang yang terjadi baru-baru ini meningkatkan kemungkinan bahwa negosiasi dapat gagal untuk kesekian kalinya. "Saya tidak siap untuk membuat kesepakatan dengan China. Apakah (pertemuan) akan dibatalkan atau tidak, kita lihat nanti," kata Trump di Gedung Putih, "Kita lihat saja nanti apakah pertemuan September akan berlanjut atau tidak. Jika berlanjut, bagus, jika tidak juga tidak masalah," tambah Trump. Presiden juga meredam spekulasi bahwa AS akan melakukan intervensi di pasar mata uang untuk mendevaluasi dolar. Namun dia menambahkan, penurunan suku bunga acuan The Fed merupakan tuntutan yang terus dia tekankan kepada Jerome Powell, dapat memberikan efek yang sama terhadap greenback. Sebelumnya, spekulasi telah berkembang di antara para ahli strategi bahwa AS dapat melakukan intervensi untuk secara paksa melemahkan dolar. Menurut beberapa analis, tindakan yang diambil As tersebut memiliki resiko yang dapat memberikan efek buruk terlebih setelah yuan merosot ke level terendah dalam satu decade terakhir, yang menyebabkan China mendapat label manipulator dari mulut Trump. Kami memiliki mata uang teraman di dunia. Kami memiliki standar dunia, kata presiden ketika meninggalkan Gedung Putih untuk penggalangan dana di Hamptons. Komentar presiden tersebut mengisyaratkan bahwa tidak ada resolusi untuk menghentikan perang dagang terbesar antara AS dan China, setidaknya hingga saat ini. Sementara itu di Gedung Putih, para pengamat ekonomi terus mendorong intervensi keuangan langsung di pasar mata uang dengan mengacu pada perlambatan manufaktur AS, yang disebabkan oleh tarif impor Trump dan ketidakpastian seputar perang dagang. Pekan lalu, Trump mengatakan tarif baru terhadap impor China akan mulai berlaku pada 1 September dan ini secara langsung menghentikan kesepakatan gencatan senjata dengan Presiden China Xi Jinping. Kebijakan tarif ini turut memicu tindakan balas-membalas pada perdagangan hingga merambah ke kebijakan mata uang yang berisiko meningkatkan intensitas pertarungan geopolitik antara kedua negara.

Editor : Redaksi

Tag :

BERITA TERBARU