Nushu, Satu-satunya Aksara dari China yang Dirancang untuk Wanita

author surabayapagi.com

- Pewarta

Selasa, 27 Nov 2018 17:32 WIB

Nushu, Satu-satunya Aksara dari China yang Dirancang untuk Wanita

SURABAYAPAGI.com, Surabaya - Jika Indonesia mengenal sosok Kartini sebagai tokoh emansipasi yang memperjuangkan hak wanita untuk mendapatkan pendidikan, China punya cara lain bagi wanitanya untuk dapat belajar membaca dan menulis. Adalah Nushu, sebuah sistem penulisan yang didesain secara eksklusif bagi para perempuan di China untuk membaca dan menulis. Nushu menjadi cara para bangsawan China di masa lampau untuk memberikan pendidikan bagi putri mereka. Sebab, pada masa itu para perempuan di China tidak memiliki akses untuk menikmati pendidikan. Berasal dari daerah Jiangyong, Nushu diperkirakan muncul pada abad ke-19. Secara harafiah, Nushu dalam bahasa China diartikan sebagai Tulisan Perempuan. Nushu umumnya digunakan untuk menulis surat antara saudara perempuan, otobiografi, merekam lagu rakyat, menuliskan teka-teki, menerjemahkan puisi Cina kuno, dan membuat lagu. Nushu tidak hanya dapat kamu temukan di kertas, para wanita China kuno biasanya juga menuliskannya di kipas mereka. Terkadang, ada pula yang menuliskan Nushu dalam bentuk sulaman di pakaian, sapu tangan, atau ikat pinggang. Menuliskan Nushu dalam berbagai media menjadi kebiasaan bagi para perempuan China tempo dulu. Mereka biasanya akan berkumpul untuk menjahit dan bernyanyi bersama. Adanya Nushu memberikan perempuan China di masa lampau ruang ekspresi dan curhat untuk menuangkan isi hati serta mengeringkan air mata, kata Tan Dun, seorang komposer dan konduktor ternama asal China yang juga Duta Besar Kehormatan UNESCO. Tan Dun juga mengungkapkan bahwa ketika ia mendengar lagu-lagu Nushu, ia yang seorang komposer ternama seakan mampu merasakan tangis para wanita China di masa lalu. Itu juga yang menjadi alasan Tan untuk kembali ke Hunan pada tahun 2008 untuk meneliti Nushu. Tak hanya menjadi media surat-menyurat dan berpuisi, Nushu ternyata pernah mengambil bagian dalam reformasi sosial China. Hal ini dibuktikan dari sebuah temuan artefak di Nanjing, Ibu Kota Provinsi Jiangsu. Sayang, Nushu saat ini berada dalam ambang kepunahan. Selain karena tak banyak lagi orang yang menggunakannya, pemegang budaya Nushu sekaligus penulisnya yang paling terkenal, Yang Huanyi telah meninggal pada 20 September 2004 silam.

Editor : Redaksi

Tag :

BERITA TERBARU